𝔸𝕝𝕒𝕟𝕘-𝕒𝕝𝕒𝕟𝕘 𝔹𝕖𝕣𝕕𝕒𝕨𝕒𝕥 𝔹𝕚𝕒𝕣𝕝𝕒𝕙 ℍ𝕚𝕥𝕒𝕞

0 0 0
                                    

Dewan menemukan prasasti kuno yang tertanam di dalam tanah. Padahal tidak pernah ditemukan prasasti semacam itu sebelumnya.

Namun, aksara pada prasasti itu tidak bisa dibaca karena menggunakan teknik kuno. Di bawah tulisan, ada sebuah lubang yang mirip seperti lubang kunci seukuran lubang jari.

"Lubang kunci? Yang benar saja! Pasti Seita punya kuncinya."

Iseng-iseng Dewan memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang. Tiba-tiba jarinya putus dan membuatnya berteriak kesakitan.

Darahnya yang menetes, jatuh mengenai aksara itu. Seketika aksara itu bergerak dan saling menyatu, membentuk sebuah lingkaran.

Dari tengah lingkaran, sebuah lubang terbuka. Kotak kecil naik dari lubang itu kemudian menutup lagi.

Pemandangan itu membuat Dewan takjub; mengalahkan rasa sakit yang dia derita. Ketika sadar pun dia hanya mengaduh lalu kembali fokus pada kotak itu.

Tanpa ragu dia buka kotak itu. Sesuatu yang sangat kecil bergerak masuk ke mulutnya. Seketika tubuhnya terasa panas.

Beberapa menit kemudian, dia merasakan tubuhnya telah dipenuhi kekuatan besar. Jari telunjuk yang semula hilang, telah kembali seakan tidak pernah lepas.

"Mungkinkah ini kekuatan yang dimaksud? Sungguh luar biasa! Ternyata tidak perlu bantuan keluarga sialan itu agar bisa menemukannya!"

Dewan tertawa lagi. Dia merasa puas dengan kekuatan baru yang diterimanya.

Sebuah suara membisikinya. Suara seorang wanita yang halus dan menggoda.

"Terima kasih karena telah melepaskanku. Sebagai gantinya, kamu boleh memiliki kekuatanku sesuka hatimu."

Entah mengapa, Dewan mampu membayangkan seorang wanita yang sangat cantik. Hatinya yang dengan mudah luluh, mengiyakan bisikan wanita itu. Dia tidak tahu jika tubuhnya sedang diambil alih wanita itu.

Mata Dewan berubah merah. Senyumannya yang sangat lebar terlihat menyeramkan. Dewan yang sedang dirasuki itu menghancurkan tanah di sekitarnya hanya dengan sekali langkah. Otomatis, setiap pijakannya menghasilkan gempa.

Zulheif menghentikan larinya saat melihat Dewan sudah menghancurkan banyak rumah warga. Orang-orang berlarian melewatinya. Mereka berusaha menyelamatkan diri; menjauhi Dewan yang tertawa seperti orang gila sambil menghancurkan segala yang dia lihat.

Pikiran Zulheif mulai melantur. Dia membayangkan jika Tya dan ibunya sudah menjadi korban dari Dewan yang mengamuk.

Sambil menerobos orang-orang, Zulheif membekali diri dengan puing-puing besar menggunakan telekinesisnya. Ketika jaraknya semakin dekat, dia lemparkan puing-puing itu langsung ke arah Dewan.

Tidak ada elakan atau tepisan yang Dewan lakukan. Ajaibnya, dia baik-baik saja setelah menerima serangan langsung itu. Perhatiannya teralihkan pada Zulheif yang semakin mendekat.

Zulheif kembali menyerang. Dia membuat Dewan terkubur di dalam reruntuhan yang dibuatnya, lalu menekan tubuhnya dengan keras.

Orang biasa pasti akan hancur tubuhnya. Akan tetapi, tidak dengan Dewan. Zulheif kesulitan saat ingin meremasnya. Hanya dengan sekali pukul, kuburan itu hancur berkeping-keping.

"Kamu kuat juga, Anak Muda! Dibanding pria ini, tubuhmu sepertinya lebih cocok untuk kugunakan. Maukah kamu menerimaku dan menggunakan kekuatanku sesukamu?"

"Siapa kamu?"

"Aku adalah Marez, penjaga desa ini. Akulah yang melindungi desa ini dari kejahatan orang asing. Jadi, apakah kamu mau menerima tawaranku?"

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang