20. The Life That Bai Luna Lives

117 18 1
                                    

Terkadang manusia memang berpikir di luar nalar untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Meletakkan ambisinya di atas segalanya dan rela mengambil resiko demi mencapai tujuan tersebut.

Merebut milik orang lain itu bukanlah hal yang terpuji, menghabisi nyawa orang lain bahkan lebih buruk dari itu.

Zhong Chenle bukanlah orang yang berpikiran dangkal seperti itu. Meskipun dia marah dan kecewa dia tetap bisa memakai logikanya dengan baik.

Lelaki itu masih mau menemui Huang Renjun dengan kondisi yang stabil dan elegan. Baginya menggunakan emosi adalah sesuatu yang akan mempermalukan dirinya dan juga keluarganya.

"Aku terkejut kau masih mau menemuiku." Belum juga Chenle duduk Huang Renjun menyambutnya dengan untaian kata bernada sarkastik.

"Aku mau menemuimu karena kau sudah membuat masalah denganku bukan karena aku menyukaimu." Balas Chenle tajam.

Lelaki itu duduk bersandar dengan kedua tangan berada di atas lengan kursi. Pandangannya mengarah jauh ke sekeliling ruangan tenang yang berbalut alunan musik Jazz yang berkelas.

Chenle pikir dia memilih restaurant yang tidak tepat untuk membuat perhitungan dengan sepupunya, tapi.. yah.. sudahlah. Dia bisa membayar orang untuk tutup mulut jika terjadi keributan.

"Membuat masalah? Aku cuma coba memungut sesuatu yang kau sia-siakan. "

"Gao Yuen maksudmu ??? " Chenle tertawa remeh.

"Aku ga bakal buat perhitungan tentang dia. Terserah kau mau ambil dia. "

"Lantas?" Renjun ikut bersandar mencoba bersikap lebih santai.

"Ini tentang Bai Luna. Bukannya kau buat masalah sama dia ? Terus kenapa malah lepas tangan dan membuat Bai Luna menanggung dosa-dosa mu ???"

"Dosa-dosaku ??? " Renjun tertawa cekikikan.

"Kenapa itu jadi dosa-dosaku?? Keluarganya punya hutang besar padaku dan membuat kerugian untuk propertiku, aku cuma nyuruh dia bayar itu semua dan dia nyerahin organ ayahnya untuk itu. Aku hanya menerima keputusannya."

Chenle diam selama beberapa saat, lelaki itu kehabisan kata-kata. Dia memang tidak membenarkan perilaku Huang Renjun, tapi menyalahkannya juga tidak menyelesaikan masalah. Huang Renjun tidak akan pernah mengakui kalau dia juga bersalah.

"Dia mungkin sedang kesakitan di penjara, ibunya nyaris membunuhnya di kuil. "

Chenle langsung menoleh dengan tatapan tajam yang seolah akan membelah kepala Renjun menjadi dua bagian.

"Ibunya ?"

"Dia ga cerita ?? Ibunya ada di rumah sakit jiwa yang dikelola kuil. Dia bersikap agresif saat putrinya datang."

Zhong Chenle kembali bersandar, tatapannya berubah kosong tapi isi kepalanya sangat rumit.

Hidup seperti apa yang sedang Bai Luna jalani?
Dibesarkan di lingkungan yang sangat buruk, ayahnya penjudi banyak hutang dan ibunya terkena gangguan jiwa. Keadaan membuatnya mengambil jalan terjal, menjajakan tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup.

Gadis itu telah menanggung banyak sekali rasa sakit. Dan dia tidak punya siapapun untuk mengadu.

"Dimana dia sekarang ???"

Dunia ini tempat untuk bersenang-senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dunia ini tempat untuk bersenang-senang. Sebagian orang berpikir begitu. Tapi dunia seorang Bai Luna sama sekali tidak menyenangkan.

Apa itu kebahagiaan?
Apa itu kesenangan?
Apa itu cinta?? Dan bagaimana rasanya dicintai??

Itu semua terasa sangat asing. Luna tidak tau apa tujuannya dilahirkan. Dia juga tidak berpikir bahwa dia adalah anak yang diinginkan.

Memiliki seorang ibu yang terkena gangguan jiwa sejak Luna kecil membuat gadis itu hidup mandiri di atas kakinya sendiri. Dia bahkan telah menanggung hidup ayahnya yang tak berguna, yang dengan tega menyiksa dan memanfaatkannya.

Setiap kekejamannya Luna masih mengingat itu, setiap inci luka di tubuhnya dan sakit di hatinya, Luna masih mengingatnya dengan sangat jelas, bertumpuk-tumpuk di dalam hingga akhirnya meledak tidak karuan.

Dan ketika dia telah benar-benar muak dan ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri hidup orang yang selama ini telah menyiksa dan mengancamnya. Orang-orang justru men-cap dia sebagai anak durhaka.

Tapi dimanakah peran orang-orang itu ketika Luna disiksa si depan mata mereka ??
Tidak bisakah mereka juga memberi tittle orang tua durhaka kepada ayahnya ?

Kenapa hanya ada anak durhaka di dunia ini? Padahal banyak orang-orang tak beradab yang menjadi orang tua.

Gadis itu terbaring tanpa alas di atas lantai penjara yang dingin. Luka di punggungnya telah mengering, tapi rasa sakitnya masih bisa dia rasakan.

Dendamnya telah terbalaskan meskipun ada harga mahal yang harus dia bayar. Orang itu telah tiada, tubuhnya telah terbelah-belah dengan organ yang menghilang dari tubuhnya. Itu adalah penghinaan setimpal untuk membalas setiap perlakuannya pada putrinya sendiri.

Tinggallah Bai Luna yang tak merasakan apapun. Dendamnya telah pupus, kebenciannya telah tersalurkan, dan sedihnya ???

Entahlah. Perasaan itu rasanya sudah terlalu lapuk.
Luna tidak merasakan apapun lagi sekarag. Dia tidak sedih tapi juga tidak merasa senang. Hanya sebuah tubuh kosong tak berjiwa yang terus menghela nafas.

Bahkan suara langkah kaki pelan yang menggema dari ujung lorong sama sekali tak mengusik pikirannya.

"Dia ada di dalam."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TAKE ME DADDY !! | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang