"Enak ciuman sama dia ??"
Sejenak Luna mengalihkan tatapannya dari pemandangan jalanan yang lengang di luar jendela. Gadis itu memutar kepalanya ke samping, tersenyum tenang seolah sudah menjadi ciri khasnya.
"Apa aku kelihatan menikmatinya ?"
"Kamu ga nolak, itu artinya iya."
Luna pikir Chenle akan membentaknya, berkata kasar atau memukulinya setelah dia kepergok 'pura-pura ciuman' dengan Renjun. Tapi ternyata tidak. Kekerasan tidak pernah di ajarkan dalam kehidupan Chenle.
Meskipun wajah kesalnya tampak jelas dan sindirannya terkesan tajam tapi Luna bersyukur Chenle bukan termasuk sekumpulan binatang yang tidak bisa memperlakukan manusia selayaknya makhluk hidup.
"Kamu salah. " Luna tak ingin terlihat beralibi meskipun dia jelas melakukan penyangkalan. Gadis itu kemudian melanjutkan,
"Aku lebih menyukai ciumanmu. "
Kemarahan Zhong Chenle rasanya telah larut dalam senyuman tenang dan nada lembut Luna, tapi lelaki itu masih ingin menuntut kejelasan.
"Apa yang sebenarnya kamu mau ? Kamu mau godain Renjun? "
"No, ga pernah kepikiran sedikitpun." Luna Kembali menatap kedepan, memperhatikan bagaimana mobil Chenle mulai menepi dengan sangat hati-hati.
"Terus ?"
"Dia tiba-tiba saja menciumku. Aku diam karena terkejut. " Alasan yang cukup masuk akal.
Chenle menghembuskan nafas gusar. Lelaki itu bersandar dengan kasar dan satu tangan memijit pelipisnya.
"Dia selalu merebut apa yang aku punya."
"Terkadang sesuatu itu memang harus di rebut dulu untuk bisa di miliki. Bukankah manusia hidup seperti dalam perlombaan? "
Luna kembali memutar kepalanya, beradu tatapan dengan pemilik mata hazel indah di sampingnya.
"Kamu benar. Tapi itu adalah fakta yang ga bisa di benarkan. "
Bai Lina lagi-lagi menunjukkan senyuman manisnya yang mampu membuat orang lain terhanyut. Gadis itu melepas seatbeltnya, tubuhnya sedikit condong kesamping lalu sebuah kecupan dia hadiahkan pada laki-laki di sampingnya.
Zhong Chenle sedikit terkejut lalu kemudian tersenyum.
"Hey.. apa-apaan itu?"
"Mau kencan denganku malam ini?? "
Senyuman Chenle menjadi semakin melebar.
"Kemana ? Taman hiburan? Pantai? Gunung? "
"No daddy.. no. In your room, 8pm, wine and scented candles must be there."
"Sure baby.. as you wish."
Luna tidak pernah terpikir untuk menyakiti orang lain. Ini adalah pertama kali baginya mengambil jalan serumit ini.Tadi pagi dia melihat Chenle bertengkar hebat dengan Gao Yuen di rumah Chenle.
Yuen secara tidak sengaja mendengar ucapan Chenle pada Renjun di tribun lapangan basket pada hari sebelumnya. Dan gadis itu datang pagi-pagi sekali untuk meminta penjelasan dari Chenle.Tapi bukannya permintaan maaf yang dia dapat, melainkan sebuah ucapan yang menandakan bahwa dia telah di campakkan.
Luna merasa bersalah, dia menjadi salah satu antagonis yang merusak hubungan orang lain. Tapi ini adalah pilihannya sendiri, dia tidak boleh menyesalinya.
Sama seperti hari sebelumnya, Luna duduk di salah satu tribun lapangan basket yang sepi. Menikmati bekalnya disana di temani semilir angin yang berhembus ringan.
Tidak ada pertandingan yang berlangsung di lapangan, suasananya menjadi lebih tenang dari kemarin. Saking tenangnya, Luna bisa mendengar langkah kaki orang lain yang terdengar semakin jelas.
Gadis itu menoleh ke arah tangga, melihat sosok Yuen yang berdiri mengawasinya dengan sepasang mata marah dan penuh luka.
"Ternyata kau orangnya." Dia berkata sinis.
Luna menutup kotak bekalnya, meletakkannya di kursi yang kosong lalu dia berdiri. Apakah ini sudah saatnya adegan saling menampar dan memaki?
"Ya, aku orangnya. Chenle menyembunyikan aku di rumahnya biar ga ketahuan sama pacarnya." Luna bisa melihat air mata Yuen berkumpul di pelupuk matanya.
"Kamu juga pasti ga tau kan? Aku yang nemenin dia di korea, aku tidur di kamarnya setiap malam bahkan kami sudah melihat tubuh satu sama lain...."
Plaakkk.....
Sebuah tamparan keras menerpa pipi kiri Luna. Gadis itu menunduk, memegangi pipinya dan merstapi rasa sakitnya tapi itu cuma sebentar saja. Lalu dia kembali mengangkat kepalanya, menunjukkan senyuman tenang yang selalu dia jadikan sebagai topeng.
"Dia bosan denganmu. " Luna masih punya nyali untuk menyiram bensin di tengah kobaran api dan menjadikannya semakin membara.
"Dasar jalang. "
"Ahh.. benar, kamu baru tau? Mereka bilang aku ini jalang premium, Chenle saja sampai terpikat. "
Percuma saja bicara dan mengolok Bai Luna. Gadis itu seperti tidak memiliki rasa sakit hati, sebaliknya apapun yang keluar dari mulut Luna justru lebih melukai perasaan Yuen.
Dengan hati yang enggan, Yuen mengaku kalah. Dia menyeka air matanya dan pergi begitu saja. Tidak mau kalau tenaganya habis untuk mendebat Luna yang bermulut iblis ini.
"Nona Gao.. tunggu " Luna menghentikannya tepat ketika Yuen telah sampai di anak tangga terakhir.
"Ada seseorang yang tanpa kau sadari telah lama mencintaimu dengan tulus. "
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE ME DADDY !! | ZHONG CHENLE
FanficZhong Chenle tau kalau semua orang suka uang, tapi Bai Luna berbeda. Dia mencintai uang lebih dari dirinya sendiri hingga Chenle keheranan. "Ayolah.. ini bukan sesuatu yang aneh. Aku butuh uang dan kamu butuh partner sex. Kita bisa jadi rekan yang...