PROLOG

3 1 0
                                    

☁🌏☁

Angin sore yang sejuk di taman bermain, mengiringi kebahagiaan gadis kecil berusia 9 tahun dengan jepit kupu - kupu di rambutnya asik bermain ayunan bersama  anak laki - laki berbalut jaket hitam yang membalut seragam sekolah mengayun gadis itu dari belakang.

"Eh! Awas syaa. Kalau kamu jatuh gimana nanti?" Aska - anak laki laki berusia 10 tahun itu panik saat esya loncat secara tiba tiba dan terkekeh sambil berlari.  Aska pun lantas menyusulnya.

"kalau aku jatuh, ya sakit dong ka." aska menyentil kening gadis itu dengan gemas yang di balas cengesan kecilnya.
"kamu gak boleh sakit. Nanti aku juga sakit."

Kedua bocah itu melihat lihat taman lalu aska memberhentikan langkahnya saat esya diam tengah memandang sesuatu, membuatnya ikut melihat.

"mau kesana?" tawar aska.
Esya mengangguk senang. "mau.

Aska menautkan jari jemari nya dengan milil esya, berjalan menuju tempat itu.

Tempat dimana suasana sunyi tanpa suara bising kendaraan. Tempat dimana manusia bisa menenangkan pikiran mereka yang penuh,  karena banyak pohon rindang yang dengan rela mau menjadi saksi bisu cerita mereka.

Esya menyenderkan kepalanya di bahu aska, menatap air danau yang begitu tenang. Sedikit sedikit gelembung kecil keluar dari dalam danau itu, seakan akan menyapa kedua insan tersebut dengan ramah.

"aska?"
Merasa namanya di panggil, ia pun menoleh menatap esya yang kini juga menatapnya.

"iya? Kenapa, hm?"
Esya terdiam sejenak, memainkan jari jemari lentiknya.

"kalau kita berpisah, aska bakal lupain esya gak?"

Anak laki laki itu seketika menggeleng tegas.
"aku gabakal lupain kamu dan kita gaakan berpisah."

"kalau misalkan kamu yang ninggalin aku?"
Tanyanya dengan antusias yang seketika mengaduh kesakitan karena hidungnya di cubit oleh aska.

"jangan ngomong yang aneh aneh. Aku gak bakal pergi ninggalin kamu Queen."
"yakin?" tanya esya memastikan.
"kamu masih ga percaya sama aku?"

Esya merasakan sorot mata keyakinan yang terpancar dari netra hitam pekat milik aska. Ia berusaha mencari cari letak kebohongan perkataan aska, namun hasilnya nihil.

"percaya sama aku sya. Mau sejauh apapun aku pergi bahkan sampe ke ujung dunia, aku bakal tetep balil lagi ke kamu. Kamu tujuan ku sya, rumahku." aska mengusap lembut surai rambut esya yang lembut.

"betulan?"
"iya yaya." jawaban aska membuat gadis itu berdiri lalu berlari menuju tas sekolah yang mereka sisihkan lumayan dekat dengan mereka. Gadis itu kembali dengan membawa 2 buku kecil berwarna biru laut dan hitam.

Aska menautkan alisnya, bingung saat esya menyodorkan padanya 2 buku itu dan sebuah pen.

"ayo janji sama esya, kalau aska gabakal ninggalin dan lupain esya."
Pinta gadis itu.

Aska pun menerima buku dan pen tersebut dengan senang hati.
"tulis yang rapi lho!" ancam esya yang tiba tiba duduk menempel dengannya, mencoba melihat hasil tulisannya nanti.

"iya - iya."
Anak laki laki itu dengan fokus terus menyeret pena itu hingga tercipta sebuah rangkaian tulisan di kedua buku tersebut.

Senyum bahagia terbit dari bibir tipis pink muda milik gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum bahagia terbit dari bibir tipis pink muda milik gadis itu. Esya menyodorkan jari kelingking kanannya pada aska.

"janji buat esya."
Aska tersenyum dengan kekehan kecil, lalu menautkan kelingking kanannya dengan milik esya.

"aska janji buat esya."

☁🌏☁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DANESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang