7. Hazan oh Hazan

14 5 19
                                    


Pagi ini semua penghuni kos Tante Sonya berkumpul di ruang makan untuk menyantap sarapan bersama, mumpung Tante Sonya lagi ada di kosan. Ini cukup jarang terjadi, karena Tante Sonya bekerja sebagai pramugari. Ia biasanya tidak ada di rumah kos, selalu sibuk dengan penerbangan internasional atau lebih suka singgah di apartemennya yang berada di dekat bandara.

"Ini udah semua, kan? Ayo dimakan," ujar Tante Sonya dengan ceria.

Aya dan kelima lelaki di sana duduk mengelilingi meja makan yang sudah penuh dengan berbagai jenis masakan Tante Sonya dan beberapa buah serta kue tradisional.

"Banyak banget Tan, dalam rangka apa ini?" tanya Mahendra.

"Gue ultah, Hen." sahut Juan asal.

"Oiya? Gws lo Ju," timpal Jefran.

"Habede gak sih anjir?" Yugi mengikuti percakapan. "Perasaan ultah lo masih lama dah, ngarang." Yugi menempeleng kepala Juan.

"Tante, ini buahnya gak seger ya?" Hazan menunjuk buah-buahan di atas meja.

"Eh? Yang mana, Zan?" tanya Tante Sonya sambil menghampiri Hazan.

Yang lain ikut memandangi buah yang sedang ditunjuk Hazan.

"Ini, Tan. Alpucet," kelakar Hazan yang kemudian tertawa renyah.

Yang lain udah males sama ocehan Hazan tapi tetap ikut tertawa.

"Bang Yug, betewe gue mau ijin," ujar Hazan pada Yugi yang berada di sebelahnya.

"Awas kalau nyeleneh," sahut Yugi.

"Gimana kalau mulai sekarang, Aya pulang-perginya sama gue aja, Bang? Boleh?"

Aya yang berada di sebelah Yugi menoleh bersamaan dengan Yugi yang kaget dengan ucapan Hazan.

"Kenapa emang?" tanya Yugi berusaha santai.

"Yaa abis, kan kalau dipikir-pikir gue sama Aya sekampus, gedungnya gak sejauh Bang Mahen, dan gue gak sesibuk lo, Bang Ju dan Bang Jef. Bang Mahen juga suka nginep di kampus, kan?" jelas Hazan panjang lebar.

"Iya sih, make sense." Yugi berpikir sejenak. "Lo gimana, Ya?" tanya Yugi pada Aya.

"Gue oke kalau lo oke, Bang." sahut Aya sambil melahap makanannya.

"Iya lagian lo mah yang penting gak keluar ongkos, kan?" Yugi mengacak-acak rambut Aya.

Aya cuma nyengir, soalnya sambil makan.

"Sok aja, Zan. Gue percaya lo gak aneh-aneh." ujar Yugi pada Hazan sambil menyantap sarapannya. "Tapi awas ye, kalau macem-macem." ujung mata Yugi memberi tatapan peringatan pada Hazan dari samping.

Hazan merinding. "Siap, Bang Yug," Hazan memberi pose hormat pada Yugi.

"Setuju aja gue juga," celetuk Mahendra yang daritadi diam-diam mendengarkan.

"Yeee lo gak diajak, Mahen." Yugi menoyor kepala Mahendra yang berada di seberangnya.


•••


"Adaw! Apaan sih, gila lo ya?"

Aya mengelus daun telinganya yang habis dijewer oleh Hesa satu detik yang lalu.

"Baru gue bilang kemaren, jangan ganti-ganti mulu cowok lo,"

"Ganti cowok apa sih????? Gue masih single." Aya berdecak kesal.

"Ganti cowok yang nganterin lo, maksud gue." Hesa merangkul kasar pundak Aya dan berjalan berdampingan. "Itu tadi si Hazan kan, Ya?" tanya Hesa.

"Iya. Lo kenal, kan?" Aya melirik Hesa yang menjawab dengan anggukan. "Mulai sekarang, dia tebengan gue. Gue kan se-kos, se-kampus juga. Udah di-approved juga sama Abang." jelas Aya.

Tebak-Tebak Rasa ; Haechan Jeno Mark ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang