Siang ini Aya sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia sudah berdiri sekitar sepuluh menit di depan pintu kamar Hazan namun masih tidak yakin apa yang harus dia lakukan.
Aya ingin mengetuknya, bahkan menggedor pintunya. Aya ingin bertemu, karena sudah tiga hari belakangan ini Hazan tidak terlihat batang hidungnya.
Aya ingin sekali bertanya apa yang terjadi dengan Hazan, apakah mungkin Hazan marah dengan Aya? Ia juga berusaha mengingat-ingat apa yang terakhir kali Ia lakukan bersama Hazan, apa yang terakhir Ia ucapkan pada Hazan. Takutnya, ada sesuatu yang salah dari Aya dan tanpa sadar menyakiti hati kecil Hazan.
'Ketok aja kali, ya?' batin Aya.
Ah.. Tapi Aya juga takut mengganggu, mungkin Hazan memang benar sedang sibuk saja? Ia bilang belakangan ini sedang ada proyek, dan sebagai anak teladan mungkin Hazan memang harus fokus dengan apa yang sedang Ia kerjakan saat ini. Aya tidak mau membuat pekerjaan Hazan terhambat karenanya.
'Ah sial, galau banget lagi.' gumam Aya dalam hatinya.
'Udahlah, kalau kata Hazan, jangan dipikirin!' kepribadian Aya yang lainnya menyahuti dan membuat keputusan yang sangat berani.
Aya akhirnya mengetuk pintu kamar Hazan.
tok tok tok
"Iyaaa, bentar," terdengar suara Hazan dari dalam kamarnya. Ia pun segera membukakan pintu dan menampakkan dirinya.
"Lagi apa? Sibuk ya?" tanya Aya.
"Mayan, tuh," Hazan membuka lebar pintu kamarnya dan menunjukkan Aya kamarnya yang sedang berserakan kertas dimana-mana. "Kenapa? Lo butuh apa?" tanya Hazan.
"Emm, ngga sih," Aya bingung juga mau bilang apa. "Anak Celestè mau nongki nanti malem di cafe pojokan, lo ikut kan?"
"Aduh, tapi ini gue sibuk banget, Ya."
"Malem kok, malem. Gak seharian, paling juga cuma dua jam tiga jam-an,"
"Gabisa dah gue, Ya."
"Plis Zan, lo udah berapa kali absen ngumpul nih. Gak seru banget,"
"Tapi Ya—"
"Lagian emang lo gak suntuk? Refreshing duluu sekali aja yuk, biar otak lo gak ngebul juga, biar proyeknya nanti lancar!"
Hazan terdiam. Sebenarnya Hazan mengerti Aya sedang berusaha memaksanya ikut, dan Hazan makin lama makin gak tega untuk menolak ajakan Aya yang sudah merengek-rengek begini.
"Yuk, yuk?" ajak Aya sambil meraih lengan Hazan.
"Iya deh, hayuk," sahut Hazan dengan senyum manisnya. "Tapi gue beresin ini dulu, ya?"
"Yeay! Santai ajaa, berangkatnya masih ntar malem kok," akhirnya Aya tersenyum lebar.
Hazan ikut tersenyum lebar begitu Aya terlihat senang.
***
"Menurut lo, kita butuh liburan gak sih?"
Semua mata tertuju pada Kaning yang baru saja bertanya dengan kedok mengusulkan keinginannya. Mereka langsung bergeleng dengan kompak. Kalau lagi suntuk secara bersamaan seperti ini, Kaning yang paling harus diselotip mulutnya.
"Ada yang bawa selotip?" tanya Hesa.
Yang lain menggeleng. Minella hampir tersedak karena tahu maksud Hesa adalah 'Kaning selotip aja mulutnya.'
"Ayolah ayolah, stres banget gue ini butuh hiburan," rengek Kaning.
"Konser aja yuk, Ning?" ajak Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebak-Tebak Rasa ; Haechan Jeno Mark ✔️
Fanfic"Laba-laba apa yang cuma gue doang yang tau?" "Apa?" "Laba-laba kayaknya gue naksir sama lo nih,"