2. Orang baru

21 5 14
                                    


Hari baru, kosan baru. Tentu Aya perlu banyak waktu untuk membiasakan diri di tempat yang sangat asing itu. Meski ini adalah rumah Tantenya yang sering menjadi tempat mainnya saat kecil, tapi sekarang sudah menjadi kos putra yang disinggahi para lelaki asing dengan berbagai karakter.

Jam dinding baru menunjukkan pukul enam pagi, tapi cacing di dalam perut Aya sudah meraung minta diberi makan.

tok tok tok

Aya mengetuk pintu kamar yang berada tepat di sebelah kamarnya, kamar Yugi. Namun tak ada yang menyahut. Aya pun mengetuk lagi beberapa kali, tapi tetap nihil.

"Nyari Bang Yugi?" alih-alih Yugi yang muncul, malah seorang lelaki yang Aya lupa namanya siapa.

'Kalau gak salah.. Ini temennya Kak Eri, deh.' Batin Aya

"Eh, iya Kak," sahut Aya.

"Yugi belum pulang dari malem," ujar lelaki itu. "Kayaknya sih nginep di kantornya." tambahnya.

"Ooh, gitu ya," Aya hanya manggut-manggut lalu berniat kembali ke kamarnya.

"Lo mau sarapan gak, Aya?" tanya lelaki tadi sebelum Aya beranjak dari kamar Abangnya. "Yuk, ikut gue." ajaknya sebelum Aya sempat menjawab.

Aya hanya mengangguk pelan dan mengikuti lelaki tersebut ke ruang makan bersama.

"By the way, lo inget nama gue gak?" tanyanya sembari terkekeh pelan.

"Hehehe." Aya nyengir sambil menggaruk tengkuknya. "Lupa, Kak. Tapi gue inget lo temen Kak Eri," jawabnya semangat.

"Nah, itu bener. Gue Mahendra, panggil aja Mahen. Jangan Hendra ya, soalnya itu nama bapak gue hahahaha." ujarnya sambil tertawa.

Aya ikut tertawa karena tadi sempat berpikir untuk memanggil dengan panggilan Kak Hendra, tapi ngga jadi. "Siap, Kak Mahen!" sahut Aya.

Setibanya di ruang makan bersama, Mahendra langsung membuat beberapa tumpuk roti bakar untuk dimakan bersama dengan yang lain meski belum ada lagi yang keluar dari kamarnya.

"Eh Kak, kalo Kak Juan, ada gak di kamarnya?" tanya Aya sambil meneguk teh manis buatan Mahendra.

"Mmm, gatau sih," jawab Mahendra dari balik punggungnya. "Kalau Bang Jef kan sekantor, jadi pasti bareng Abang lo. Lo kenal juga, kan?" Mahendra berbalik dan menaruh sepiring roti di atas meja untuk Aya.

"Sama Bang Jefran? Pernah kenal sih kayaknya waktu kecil," ujar Aya sambil melahap sepotong roti.

Mahendra hanya mengangguk pelan sebelum kemudian bertanya lagi. "Emang kenapa nyariin Bang Juan? Perlu ditemenin ya? Mau gue panggilin?" Mahendra menawarkan karena kamar Juan cukup jauh alias harus melewati kamar penghuni lain.

"Iya Kak, gue mau minta anter ke kampus." jawab Aya sambil malu-malu. "Soalnya gue belum hafal kalau naik transportasi umum dari sini hehe," lanjutnya sambil nyengir.

"Oohh, oke. Bentar gue panggilin," usai membersihkan remah roti dari atas meja, Mahendra beranjak dari ruang makan dan menelusuri lorong menuju kamar Juan.

Ia mengetuk pintu kamar Juan dan setelah lima menit menunggu tanpa ada jawaban, Mahendra kembali ke ruang makan.

"Kayaknya Bang Juan juga gaada, atau tidur." Mahendra duduk di kursi seberang Aya dan ikut melahap roti bakar buatannya. "Bareng gue aja ntar berangkatnya. Jam berapa lo kelas?"

"Eh, gausah Kak. Gue naik ojek online aja kalau gitu," tolak Aya dengan sopan.

"Lah sans aja, orang sekampus ini."

"Emang lo fakultas mana, Kak?"

"Gue bisnis yang di gedung belakang sih sebenernya, Ya. Bukan yang di barat."

Tebak-Tebak Rasa ; Haechan Jeno Mark ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang