1. Awal

35 5 7
                                    

Matahari baru menyapa pagi yang cerah ini, namun seorang gadis sudah sibuk mengeluh sejak dini hari. Cahaya hangat yang menembus jendela ruang makan di kediaman keluarga Kim itu menyadarkannya bahwa hari sudah berganti.

"Bunda, Aya udah nyari dari malem tapi gak ketemu juga. Kebanyakan udah pada penuh, sekalinya ada, mahal..." keluh gadis bernama Aya, yang matanya sudah hampir menyerupai panda.

"Aduh Aya sayang, masih pagi loh ini. Udah ngeluh aja," sahut Bundanya— Bunda Irina, yang sedang menikmati secangkir kopi.

"Kenapa, Bun?" tanya seorang pria paruh baya yang datang ke ruang makan sambil merapikan dasinya.

Irina berdiri menghampiri Suaminya lalu membantu merapikan dasinya. "Ini Pih, Aya kan masih nyari-nyari kosan buat pindah. Katanya belum ketemu juga soalnya pada penuh sama mahal," jelas Bunda Irina pada Papinya Aya— Papi Juna.

"Lah, yaudah sih ambil aja yang mahal." sahut Papi santai sambil memakai jam rolex-nya sembari duduk untuk menyantap sarapan.

"Ih, ngga ah Papi. Mahalnya tuh gak ngotak, gak worth it," timpal Aya.

"Gapapa sayang, yang penting kamu bisa tidur. Lagian pasti fasilitasnya bagus kan, kalau mahal?" ujar Papi yang kemudian melahap roti bakarnya.

"Ngga Pih, masa kamar mandi di luar? Terus masa ada yang di ujung tanjakan? Terus ada yang single bed doang tapi dua juta, Pih. Ada juga yang—"

"Sssttt, yaudah nanti coba Bunda bantu cari ya, sayang." Bunda memotong perkataan Aya yang seperti tidak akan ada habisnya.

Aya menenggelamkan wajahnya ke dalam tangan yang terpangku di atas meja. Rasa kantuknya jelas lebih mendominasi dibandingkan rasa laparnya. Bunda Irina dan Papi Juna kemudian berdiskusi mengenai kosan yang harus segera Aya tempati, karena kos Aya yang sekarang akan direnovasi sehingga Aya terpaksa harus pindah dari sana.

"Bundaaa! Papiii! Abang vidcall nih!" teriak sang Kakak kesayangan keluarga Kim dari kejauhan yang kemudian memasuki ruang makan.

Perempuan yang biasa dipanggil Kak Eri itupun menghampiri kedua orangtuanya dan memberikan sebuah tab yang menampilkan wajah seorang lelaki yang biasa mereka panggil dengan sebutan Abang.

"Eh, Abang. Tumben pagi-pagi vidcall. Kenapa, Bang?" tanya Bunda.

"Butuh uang ya Abang," usil Papi.

"Abang kangen aja sama Bunda," kata Abang dari layar tab. "Bunda aja ya, yang lain sih ngga begitu," kelakarnya.

"Ihh tadi katanya kangen juga sama gue?" sewot Eri dari samping Bunda.

"Eh, iya ya. Sama Eri juga deh. Oh, sama Aya juga."

"Gitu." Papi manggut-manggut bete.

"HAHAHA engga lah Pih, kangen Papi juga pastinya" ujar Abang yang sudah sekitar tiga bulan tidak pulang ke rumah. "Eh, Aya mana? Kok gaada suaranya?" tanya Abang kesayangan Aya— Abang Yugi.

"Lagi suntuk gue, Bang." sahut Aya tanpa menampakkan dirinya di depan layar.

"Kenapa Bun, dia?" tanya Yugi.

"Aya lagi nyari kosan Bang, tapi gak nemu-nemu. Sedangkan tiga hari lagi harus udah pindah soalnya kosan dia mau direnov." jelas Bunda.

"Ooh. Gak bareng Mine atau Kaning aja?" tanya Yugi yang udah hafal banget bestie-bestienya Si Adik kesayangan.

"Udah penuh katanya," jawab Bunda.

"Yahh, gimana dong. Apa mau sama Abang aja di sini?" tawar Yugi dengan asal.

Tebak-Tebak Rasa ; Haechan Jeno Mark ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang