9. Mahen oh Mahen

10 3 10
                                    


Bintang malam yang tidak cerah hari itu menyapa Aya yang sedang menopang dagunya ke arah langit. Seolah bertanya apa yang sedang dia lakukan di teras selarut ini. Aya hanya menghela nafas. Pasalnya, Ia sedang dibuat pusing oleh tugas-tugas kuliahnya dan ingin beristirahat sembari menatap bintang malam.

Aya ingin berteriak saking pusingnya, tapi tidak mungkin karena nanti dikira ada maling di kosan berpenghuni enam orang ini.

Setelah beberapa menit menatap bintang yang tidak begitu indah malam itu, Aya masuk ke dalam kosan dan memutuskan untuk mencari camilan di dapur bersama. Aya mencari-cari di laci, rak, kulkas, tapi stok camilan yang disediakan Tante Sonya untuk bersama ternyata sudah habis.

"Apasih, kok gue sial banget hari ini?" gumam Aya sambil duduk di meja makan dan kemudian menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya.

ctek.

Tiba-tiba pintu ruang makan berbunyi lalu seseorang memasuki ruangan tersebut. Aya terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Astaga, Aya?" ucap seorang lelaki dengan rambut berantakan khas bangun tidur— Mahendra.

"Eh, Kak," sapa Aya sekenanya.

"Gue kira ada betrak betruk apa, ternyata lo." Mahendra berjalan dan ikut duduk di sebrang Aya. "Takutnya tikus, atau maling." lanjut Mahendra.

"Hehehe. Gue berisik ya Kak? Sori, sampe kebangun gitu lo." Aya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

"Santai sih," sahut Mahendra. "Lo ngapain jam segini? Laper?" tanyanya sambil melirik jam dinding.

"Iya Kak.. Tapi stok camilan abis.." keluh Aya singkat.

"Yaudah, bentar," Mahendra bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pantry.

Aya hanya memperhatikan dari jauh sambil menatap heran, 'Kak Mahen mau ngapain ya?' batinnya.

Mahendra membuka-buka laci lemari dan akhirnya menemukan roti tawar sisa yang memang Ia simpan tempo hari. Ia mengumpulkan peralatan dan beberapa topping di atas counter table.

"Lo suka roti bakar?" tanya Mahendra pada Aya yang menjawab dengan anggukan kecil. "Lo mau topping apa?" tanyanya lagi.

Aya berpikir sejenak sambil melihat beberapa topping yang sudah disediakan Mahendra di atas counter table.

"Meses aja deh, Kak." ujarnya singkat.

Mahendra tersenyum kecil, mengangguk sambil membentuk isyarat 'oke' dengan jarinya. Ia mulai membuat roti bakar untuk adik sahabatnya itu dan tentunya untuk dirinya sendiri. Tak butuh waktu lama bagi Mahendra untuk membuatnya, dan Ia juga tak mau membuat Aya menunggu terlalu lama.

Dua buah piring yang menopang roti bakar akhirnya Mahendra sajikan bersama dua gelas susu di atas meja makan. Aya menyambutnya dengan ceria. Mahendra yang melihat perubahan ekspresi Aya malah tertawa kecil.

"Kenapa Kak?" tanya Aya menatap heran Mahendra.

"Lo lucu," jawab Mahendra singkat.

"Hah?"

"Iya, lo lucu. Padahal tadi mukanya suntuk banget, bete banget gitu. Pas ada rotbak tiba-tiba kayak girang banget hahaha." ujar Mahendra.

Aya hanya terkekeh malu. Kemudian Ia sibuk melahap roti bakar coklat buatan Mahendra.

"Lagian lo kenapa dah, jam segini malah utek-utek di dapur?" tanya Mahendra sambil menyuap roti bakar keju miliknya.

"Biasa kak, stres sama tugas." sahut Aya. "Tadi padahal gue cari angin keluar, gataunya malah mendung. Gak asik banget, deh." curhatnya.

Tebak-Tebak Rasa ; Haechan Jeno Mark ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang