“Cintalah yang membuatku mempertanyakanmu. Seberapa jauhkah kau akan berkorban atas nama cinta?”
*
*
*
Pernikahan mereka luar biasa mewah dan sangat indah, sayangnya ibu Sunghoon tidak bisa hadir karena kata Sunghoon, sang ibu sedang berobat di luar negeri.
Kondisi pernikahan mereka yang mendadak membuat ibu Sunghoon tidak bisa mengatur ulang jadwalnya.
Tetapi kata Sunghoon mamanya mengirim salam dan segera setelah pulang dari luar negeri, beliau akan menengok mereka berdua sambil membawa kado pernikahan.
Mereka memasuki kamar pengantin yang sudah didekorasi dengan mewah oleh dekorator terkenal, tentu saja bunganya dipasok oleh rumah kaca Jay.
Beberapa merupakan sumbangan dari Heeseung sahabatnya yang sangat senang dengan pernikahan Jay. Heeseung memang sahabat dekat Jay, yang selalu membantunya kapanpun dia siap.
Banyak yang mengira mereka berhubungan dekat, tetapi hanya Jay dan Heeseung yang tahu bahwa mereka tidak bisa lebih dari itu.
Jay masih menyimpan rahasia itu sendiri, dia belum mengatakannya kepada Sunghoon, semula dia masih ragu karena Heeseung sendiri yang membuatnya berjanji untuk tidak mengatakannya kepada siapapun.
Lelaki itu masih malu dengan kenyataan dirinya dan tidak ingin siapapun tahu, kecuali Jay sahabatnya.
Tetapi Jay mempertimbangkan untuk meminta izin Heeseung supaya dia bisa memberitahu Sunghoon. Sunghoon suaminya dan Jay yakin Sunghoon tidak akan menghakimi Heeseung.
Lagipula Sunghoon beberapa kali mempertanyakan kedekatannya dengan Heeseung dan tampak cemburu karenanya.
Kalau Sunghoon sudah tahu bahwa Heeseung adalah seorang aromantic, mungkin lelaki itu akan tenang.
Setelah berganti pakaian dengan piyama warna putih miliknya, Jay duduk dengan ragu di atas ranjang. Sunghoon belum masuk dari tadi karena masih banyak tamu diluar meskipun waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Para tamu itu kebanyakan rekan kerja Sunghoon.
Jay tadi masuk duluan karena dia kelelahan sejak pesta mewah tadi pagi, sedangkan Sunghoon masih harus menemani tamu-tamunya demi kesopanan.
Sudah larut malam ketika Sunghoon akhirnya masuk. Jay masih menunggu dengan terkantuk-kantuk duduk di tepi ranjang, dia mendongak ketika lelaki itu menutup pintu kamar pengantin mereka.
“Semua sudah pulang?”
Hening.
Sunghoon menatapnya lama sekali, lalu menjawab singkat, “Sudah.”
Sekarang jantung Jay berdegup kencang, dia hanya berdua saja dengan suaminya sekarang. Jay tidak pernah berduaan di kamar dengan lelaki manapun sebelumnya.
Sunghoon adalah lelaki pertamanya dalam segala hal. Dan malam ini mereka adalah suami istri.
Pipi Jay merona, membayangkan bagaimana mereka akan melewatkan malam ini.
Jay bagaimanapun juga menyimpan ketakutan kalau dia akan mengecewakan Sunghoon yang sepertinya sudah begitu dewasa dan berpengalaman dibanding dirinya.
Selisih usia mereka delapan tahun, Jay baru dua puluh empat tahun, sedangkan Sunghoon tigapuluh dua tahun. Orang bilang usia mereka berdua adalah usia yang pas untuk hidup berumah tangga.
“Belum tidur?” Sunghoon masih berdiri di dekat meja rias, dan mulai melepas dasi, jasnya sendiri sudah disampirkan secara sembrono di kursi rias.
Jay menggeleng, tersenyum malu-malu, “Belum, aku menunggumu.”