"Dendam yang terpelihara pada akhirnya akan menggerogotimu pelan, sampai kau tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah."
*
*
*
"Apa?" Heeseung hampir berteriak di seberang sana ketika mendengar seluruh cerita Jay yang diucapkan sambil menahan tangisnya.
"Apa yang ada di otak Sunghoon?"
Jay menghela napas panjang, "Aku hanya tidak tahu kenapa dia bersikap seperti itu, Heeseung. Dia sungguh berubah, tidak seperti yang kita kenal. Dia... aku hampir yakin kalau dia membenciku."
"Membencimu?" Heeseung mendesah pelan, Jay hampir bisa membayangkan lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya di seberang sana.
"Aku sungguh tidak bisa membayangkan kalau dia membencimu Jay, sikap lembutnya, kebaikannya, tatapan penuh cintanya kepadamu waktu itu, semuanya tampak tulus."
Suara Heeseung berubah prihatin, "Kau tidak apa-apa Jay? Perlukah aku menjemputmu?"
"Jangan, Heeseung." Jay berseru cepat,
"Pada awalnya kupikir kalau Sunghoon cemburu kepadamu, kepada kita."
"Itu konyol.... kau seharusnya memberitahunya kalau aku..."
"Yah, dia memang belum tahu Heeseung, dan hari itu ketika aku mengunjungimu setelah pernikahan, dia ada di rumah ketika aku pulang dan menungguku. Dia tampak marah besar, mengata-ngataiku sebagai istri yang tidak menghormatinya karena langsung mengunjungi kekasihnya setelah pernikahan. Dia mengira kita sepasang kekasih."
"Apakah kau tidak menjelaskan semuanya kepadanya?"
"Aku tidak punya kesempatan." Jay mendesah pedih, "Dia tidak memberiku kesempatan."
Hening lama, seolah Heeseung sedang berpikir keras.
"Sunghoon sungguh keterlaluan." Heeseung menggeram, tampak marah.
"Dia memperlakukanmu seperti ini, sama seperti dia sedang menghinaku. Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri, Jay, keluargaku. Kalau Sunghoon bersikap keterlaluan kepadamu, dia harus menghadapiku."
*
*
*
Sunghoon membanting tubuhnya di sofa kantornya. Dia tidak tahu harus kemana. Dia tidak bisa berada di rumah dan memancing terus menerus konfrontasi dengan Jay, yang membuatnya lelah.
Dia juga tidak bisa datang ke rumah tempat Sunoo dirawat, melihat kondisi Sunoo yang seperti itu makin lama makin membuat luka di dalam hatinya yang sudah parah semakin menganga.
Satu-satunya tempat yang bisa membuatnya nyaman dan sendirian adalah kantornya di hari Minggu.
Satpam perusahaannya tampak bingung melihat kedatangan bosnya tiba-tiba di hari Minggu, tetapi Sunghoon memasang tampang datar dan tidak peduli.
Benaknya berkelana tanpa arah, memikirkan tercapainya tujuannya. Semua rencananya sudah mengarah ke arah yang diinginkannya. Pernikahannya dengan Jay semakin mempermudah rencananya.
Sunghoon pada akhirnya berhasil menikahi Jay dan menjalankan rencana balas dendamnya. Pada akhirnya dia akan menahan Jay dalam pernikahan ini dan terus menerus menyakitinya tanpa Jay sadari.
Tetapi... semua keberhasilan ini tidak membawa kepuasan kepada dirinya. Entah mengapa.
Apakah karena batinnya sendiri menyadari bahwa dia telah membalas dendam kepada orang yang tidak tahu apa-apa?