"Cinta seorang anak yang tidak berbalas, biasanya lebih menghancurkan daripada cinta kekasih yang tak berbalas."
*
*
*
Ingatan Sunghoon melayang kepada kenangannya di masa lalu. Hampir tujuh tahun yang lalu, ketika itu usianya baru dua puluh lima tahun, begitu juga dengan Sunoo.
Sunoo adalah adik kembarnya, mereka bukan kembar identik, karena itulah mereka tidak begitu mirip. Tetapi mereka sama-sama menerima anugerah dari kelebihan fisik kedua orang tua mereka. Sunghoon sangat tampan, dan Sunoo begitu menawan.
Sunghoon tentu saja sangat menyayangi adiknya, adiknya adalah satu-satunya di keluarganya yang sangat dia sayangi.
Sedangkan kedua orang tuanya... bisa dikatakan bahwa hubungan kedua orangtuanya sudah hancur sejak lama, mereka mempertahankan pernikahan hanya demi status di depan orang-orang.
Ibunya sangat sibuk dengan berbagai macam urusannya sebagai istri seorang pejabat kaya. Ayahnya apalagi, lelaki itu memang selalu pulang ke rumah setiap hari, tetapi hampir tidak pernah dekat dengan istri dan anak-anaknya, seperti ada pembatas yang menghalangi cintanya kepada anak-anaknya.
Sunghoon seorang lelaki tegar, dia sudah terbiasa menghadapi sikap ayahnya yang dingin dan kaku. Sejak kecil dia tidak pernah menerima kasih sayang ayahnya sedikitpun.
Pernah Sunghoon di waktu kecil ketika usianya baru tujuh tahun, berlari gembira, menghampiri ayahnya yang sedang bercakap-cakap dengan rekan sesama pejabatnya, ingin menunjukkan bahwa nilai rapornya bagus, ingin membanggakan diri kepada ayahnya.
Tetapi yang terjadi kemudian sungguh menyakitkan bagi anak sekecil dirinya. Ayahnya mengusirnya pergi dengan kasar mengatakan bahwa Sunghoon mengganggunya.
Sejak saat itu Sunghoon kecil menyadari bahwa tidak ada sedikitpun cinta dari ayahnya kepadanya. Sejak saat itu juga, Sunghoon memutuskan tidak akan mengemis cinta dari ayahnya.
Tetapi Sunoo berbeda, adiknya itu sangat memuja ayahnya. Sejak kecil dia selalu berusaha menarik perhatian ayahnya meskipun tanpa hasil. Sang ayah tidak pernah peduli kepadanya, seberapa keras pun Sunoo mencoba.
Cinta seorang anak yang tidak berbalas ternyata menyakitkan bagi Sunoo. Dia kemudian menggunakan cara lain untuk menarik perhatian dan kasih sayang ayahnya.
Sunoo melarikan diri ke dalam pergaulan yang merusak, penuh dengan kebebasan dan obat-obatan terlarang.
Dari usaha coba-cobanya untuk mencari perhatian, Sunoo pada akhirnya terjerumus, dia tidak bisa melepaskan diri dari obat-obatan.
Sampai puncaknya Sunoo hamil dan bahkan tidak bisa menyebutkan siapa nama ayah dari anak yang dikandungnya.
Dan bahkan setelah Sunoo seperti itupun, sang ayah hanya mengangkat sebelah alis. Dia memberi setumpuk beban kepada Sunoo agar menggugurkan kandungannya, menghina Sunoo yang tidak bisa menjaga diri, lalu sibuk kembali dengan kesibukan bisnis dan jabatannya.
Lain dengan Sunghoon, dia marah luar biasa kepada Sunoo, dia berteriak kepada Sunoo malam itu bahwa usaha Sunoo, apapun itu, untuk mencari perhatian sang ayah tidak akan membuahkan hasil.
Ayahnya tidak mencintai mereka. Bahkan kalau mereka matipun, mungkin ayahnya tidak akan peduli.
Kata-kata Sunghoon bagai bumerang, tanpa sadar kemarahannya karena emosi dan sedih melihat keadaan adiknya ditelan mentah-mentah oleh Sunoo.
Sunoo sudah putus asa, hancur dan lelah. Dia kemudian berpikir bahwa satu-satunya cara agar sang ayah memperhatikan mereka adalah dengan kematian.
Malam itu juga, Sunoo terjun dari balkon kamarnya, menghempaskan diri ke bawah, dalam kondisi hamil.