8 - Sayang, bangunlah...

492 52 13
                                    

"Cinta dan benci itu hanya berbatas selaput tipis tak terlihat. Jika kau membenci seseorang, telaahlah perasaanmu, karena jangan-jangan pada kenyataannya, kau mencintainya."

*

*

*

Sunghoon berdiri terpaku dan bingung ketika ditinggalkan oleh Jay.

Perceraian.

Pada akhirnya Jay pasti akan mengajukan itu kepadanya, dan dia tahu itu akan terjadi. Dia bahkan sudah merencanakan perceraian yang menyakitkan untuk Jay.

Tetapi sekarang dia tidak mungkin menerima perceraian itu. Demi Tuhan, Jay sedang mengandung anaknya, dan pria itu dengan mudahnya mengatakan bahwa dia menginginkan perceraian.

Mau dia bawa kemana anak Sunghoon nanti? Apakah dia akan lari ke pelukan Heeseung dan kemudian menjadiakan Heeseung ayah dari anaknya?

Sunghoon meringis dengan marah. Tidak! Tidak akan Sunghoon biarkan Jay lari kembali ke pelukan Heeseung.

Selama ini dia sudah menahan kebencian kepada lelaki itu, Heeseung, lelaki yang terlalu dekat dengan Jay. Dia tidak akan mengizinkan anaknya yang sekarang ada di perut Jay berdekatan dengan Heeseung.

Sunghoon akan mempertahankan Jay dan anaknya mati-matian agar selalu berada di sampingnya.

*

*

*

“Jadi kau akan pergi?”

Heeseung terdengar bersemangat ketika malam itu Jay meneleponnya, Jay menghela napas panjang dan tanpa sadar menganggukkan kepalanya, lupa kalau Heeseung tidak bisa melihatnya.

“Jay?” Heeseung bertanya lagi menunggu jawaban Jay.

“Ya Heeseung, aku akan pergi.” Jay cepat-cepat menjawab.

“Kapan?”

“Aku tidak tahu, aku akan mencari cara melarikan diri dari supir yang diperintahkan oleh Sunghoon untuk selalu mengawasiku.” Gumam Jay pelan, takut terdengar dari luar.

Heeseung tampak berpikir diseberang sana, “Sunghoon pasti akan langsung mengejarmu kemari, ke rumah kaca dan ke rumahku.”

Suaranya berubah serius, “Kau tidak boleh pulang kemari, aku akan mencarikan tempat untukmu bersembunyi, tempat yang tidak diketahui oleh Sunghoon.”

Jay memikirkan perkataan Heeseung dan tiba-tiba merasa takut ketika mengingat ancaman Sunghoon kepada keluarga Heeseung.

“Aku takut Heeseung.” Gumamnya pelan, mulai ragu.

“Takut apa?”

“Sunghoon...” suara Jay tercekat, “Sunghoon pernah mengancam, kalau aku sampai melarikan diri atau menemuimu, dia akan menjadikan kau sasarannya, kau, mamamu dan kedua adikmu, dia akan menyerang mereka. Aku takut dia akan melaksanakan ancamannya dan melukai kalian.” Bisik Jay gemetar.

“Kami bisa menjaga diri kami sendiri.” Heeseung bergumam dengan suara tegas, “Jangan pikirkan itu, Jay, kau harus memikirkan dirimu dan anakmu. Sunghoon memang berkuasa, tetapi dia tidak bisa berbuat semena-mena dan melukai kita. Aku akan menghadapinya.” Sambung Heeseung dengan yakin.

Jay memejamkan matanya berusaha meredakan ketakutanya. “Semoga Heeseung... semoga semua baik-baik saja. Aku akan mencari cara untuk pergi dari rumah ini, segera.”

“Kau harus benar-benar memikirkannya segera Jay. Tinggalkan saja Sunghoon!”

Jay mendesah, “Kau tahu aku masih mencintainya.”

Pembunuh Cahaya [Sungjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang