"Keadilan sangat berbeda dengan balas dendam. Keadilan berarti keseimbangan, sedangkan balas dendam hanyalah pemuasan manusia."
*
*
*
Jay melangkah mengikuti Sunghoon memasuki kamar tidur mereka, tiba-tiba merasa takut kepada suaminya.
Sunghoon benar-benar terasa asing, seperti bukan dirinya. Dan Jay merasa tidak nyaman dengan Sunghoon yang sekarang menjadi suaminya ini.
“Kenapa kau marah-marah kepadaku, Sunghoon?”
Jay memberanikan diri bertanya, mencoba bersikap lembut kepada suaminya. Bukankah dulu Sunghoon berkata bahwa dia sangat menyukai kelembutan Jay?
Tetapi Sunghoon tetap bersikap dingin, sama sekali tidak tersentuh dengan kelembutan Jay, ditatapnya Jay dengan sinis, “Suami mana yang tidak marah ketika istrinya malahan mengunjungi lelaki lain di hari pertama setelah mereka menikah. Seolah tidak tahan untuk segera menghambur ke pelukan lelaki itu?”
Wajah Jay memucat mendengar tuduhan Sunghoon, tetapi dia mencoba membela diri, “ Kau yang meninggalkanku untuk bekerja di hari pertama pernikahan kita, dan aku bingung tidak tahu harus bagaimana. Lagipula aku ke sana bukan untuk menemui Heeseung, aku ingin menengok rumah kacaku.”
“Alasan.”
Sunghoon menatap Jay dengan merendahkan, “Dari awal aku sudah curiga ada sesuatu yang lebih di antara kalian. Dan jangan mencoba melempar kesalahan dengan menyalahkanku karena pergi bekerja. Aku berkerja kau pikir untuk siapa? Untuk menghidupi istriku juga. Kau juga menerima keuntungan dari rumah mewah, pakaian mahal, dan makanan enak yang akan selalu disediakan untukmu. Jadi kuharap kau menghargainya dan jangan menjadi pria cengeng hanya karena aku pergi bekerja.”
Kata-kata kasar Sunghoon sekali lagi telah membuat hati Jay terasa teriris. Dia sampai mundur satu langkah, menjauhi suaminya, menatap Sunghoon dengan wajah tidak percaya.
“Sunghoon?” suaranya bergetar, “Ada apa sebenarnya?” tanyanya lirih. Menahan perasaan.
Sunghoon tampaknya tidak tersentuh melihat ekspresi Jay, dia menatap dingin, “Tidak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba aku menyesali keputusan bodohku untuk menikahi seorang pria kampung dari kelas rendahan yang tidak tahu terimakasih dan malahan sibuk menjalin affair dengan lelaki lain.”
Mata Sunghoon tampak kejam menatapnya, “Dan kupikir aku terlalu muak untuk tidur sekamar denganmu. Keluar dari kamarku, dan tidurlah di salah satu kamar kosong di rumah ini. Dimanapun itu, carilah yang paling jauh dari kamarku.”
“Sunghoon?” kali ini Jay tidak mampu menahan air matanya, dia merasa sangat bingung.
Sunghoon melangkah ke pintu, sebelum ke luar dia menoleh dengan dingin, “Aku akan pergi keluar, dan aku harap ketika aku pulang, kau cukup tahu diri untuk memindahkan seluruh barangmu dari ruangan ini.”
*
*
*
Jay tidak tahu harus berbuat apa, ini adalah hari pertama pernikahannya. Dan Sunghoon sudah memperlakukannya dengan begitu kejam.Sebenarnya ada apa dengan Sunghoon? Apa salah Jay sehingga Sunghoon setega itu dan sekasar itu kepadanya?
Benak Jay berpikir keras, tetapi dia tidak menemukan pertanda apapun. Bahkan setelah pesta pernikahan itu sebelum Jay masuk ke kamar, Sunghoon masih bersikap lembut kepadanya, memeluknya mesra di dansa pengantin mereka sambil berbisik betapa bahagianya dia ketika pada akhirnya bisa menikahi Jay.
Sambil mengusap air matanya, Jay mengemasi pakaiannya. Dia sebenarnya tidak ingin melakukannya, diusir seperti ini dari kamar suaminya dan direndahkan karena disuruh mengemasi pakaiannya sendiri dan berpindah tempat.