10. Limbo

22 4 0
                                    

Minho memang berencana ingin kabur dari dunia nyata malam itu. Jadi, dia pergi ke kedai minum milik keluarga temannya, Seo Changbin. Pasalnya, ia pikir kalau pingsan, Changbin akan mengurusnya.

Namun, sudah Minho bilang Tuhan itu suka bercanda kan? Rupanya Tuhan juga ingin bercanda hari ini. Ketika kepalanya terasa mau pecah, salah satu dari dua orang yang menjadi alasan kepalanya mau pecah tiba-tiba muncul di depannya.

Awalnya, Minho kira dirinya sudah mabuk, tetapi ia sadar tidak, ketika gadis itu bersuara.

"Aku rasa Korea memang sempit."

Bagus, akan lebih baik jika kepalanya benar-benar pecah saja.

Setelah mendengar hal mengejutkan dari Felix, dirinya benar-benat belum siap. Baru sekitar dua bulan Minho mengenal anak itu, dia menyayangi Felix sebagaimana Minho menyayangi Sonie, Dori, dan Dongie. Tidak, itu bukan bercanda, Minho menganggap kucing-kucingnya seperti adiknya.

Felix juga pertinya menyukai dirinya, jadi dia merasa senang karena pada akhirnya punya adik laki-laki yang benar-benar manusia, yang bisa memanggilnya 'Hyong' bukan hanya bisa mengeong. Baru saja Minho merasakan bahagia setelah sekian drama kehidupannya, Tuhan membuatnya kembali merasa sengsara.

Ditambah lagi, pernyataan Felix membuat luka Minho yang mulai mengering terkorek kembali. Ia hanya terus minum berharap pikirannya jadi kosong dan bisa bernapas lega sejenak, tetapi jangankan pingsan, toleransi alkoholnya terlalu tinggi. Lagi-lagi ia merasa frustrasi dengan hal itu.

Sementara Seungwan sudah terlihat tak berdaya di depannya. Minho tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Seungwan tau rahasianya dan Felix. Seperti ini saja, dia sudah cukup kesulitan. Namun, ia juga kebingungan menemukan cara agar Seungwan melupakan Felix dan kembali padanya. Agar ia bisa menjaganya. Itulah yang diinginkan Felix dan sejujurnya di dalam palung hatinya yang dalam, Minho juga menginginkannya. Minho ingin menebus kesalahannya. Ia seolah diberi kesempatan kedua.

Pada awalnya, hatinya sudah ia siapkan untuk merelakan Seungwan dengan mengatakan banyak hal yang tidak dikatakannya dahulu. Minho kira, semuanya sudah usai sampai disitu, sehingga ia tidak perlu khawatir tersiksa dengan rasa bersalah lagi.

Namun, kenapa juga takdir itu selalu tidak bisa diprediksi? Sekarang ia malah ingin kembali pada waktu lampau, dimana Seungwan masih miliknya dan melihatnya menangis malam itu, membuat Minho merasa hanya dirinyalah yang bisa melihat banyak hal tentangnya. Seberkas bagian dari dirinya merasa bangga karena dia begitu mengenal Seungwan lebih dari siapapun.

"Bisakah kau kembali melihat hanya padaku?"

Dengan hatinya yang terasa nyeri, Minho tidak punya pilihan selain mengantar Seungwan pulang dengan menggendongnya di punggung.

Minho begitu kaget karena saat ia mamasukkan kode kunci apartmen Seungwan yang ternyata tidak diganti semenjak mereka bersama dan itu tanggal hari jadi mereka.

"Kau pasti hanya malas menggantinya, kan?

🍑🍑🍑

Malam itu saat pekerjaannya di restoran baru saja selesai, Minho mendapat telepon dari ayah temannya, Changbin.

"Oh, Lino-ya!" Pak Seo memanggil Minho dengan nama kecilnya.

"Gadis yang kau gendong kemarin, itu temanmu, kan? Sekarang dia minum banyak sekali dan aku rasa dia pingsan. Aku menelpon karena khawatir, dia datang sendirian."

Minho yang sudah bersiap tidur dengan sonie di sampingnya pun kembali bangkit dan buru-buru berangkat ke kedai minuman milik keluarga Changbin itu.

Ia langsung menemukan Seungwan begitu sampai disana karena kedai sedang tidak ramai. Ada banyak gelas kosong yang ada di meja. Minho rasa gadis itu bisa mati kalau minum sebanyak itu, toleransi alkoholnya payah.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang