11. My Angel

12 5 0
                                    

Hari berlalu, bukan berganti. Musim mulai kembali hangat kembali dan orang-orang mulai melepas mantelnya. Seungwan memperhatikan ponselnya di meja dan lambat laun mulai merasa jengah. Ia berharap Felix menghubunginya kembali setelah semalam mendapat pesan darinya.
Ya, Felix mengirimkan pesan dan satu foto semalam.

"Nuna Anyeong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nuna Anyeong. Maaf aku tidak bisa menghubungimu aku tau Nuna pasti menunggu-nunggu padahal kau tdak suka menunggu."

"Aku melakukan banyak hal dan dapat banyak pengalaman disini, menyenangkan melihat orang-orang tersenyum karenaku. Aku rasa aku betah, hehe jadi jangan terlalu merindukanku 😝"

"Aku makan dengan baik dan aku sehat. Aku yakin Nuna juga baik-baik saja karena Nuna, kan? Bersenang-senanglah bersama Minho Hyong disana."

"Ah aku harus pergi kembali ke tempat yang tidak ada sinyal, aku merindukan Nuna♡"

____

Dia memang nampak baik-baik saja, pikirnya. Pesan-pesan itu dikirim tengah malam saat Seungwan tengah tertidur. Saat pagi hari bangun, ia begitu senang mendapat notifikasi pesan itu. Seungwan buru-buru menelponnya, tetapi nomornya sudah tidak aktif. Ia tebak, Felix sudah kembali bertugas.

Seungwan mengetuk-ngetuk jarinya di meja kerjanya. Berharap ponselnya bergetar dan mendapat notif dari Felix.

"Seungwan!" Tegur Irene, sahabatnya yang kebetulan juga magang di tempat yang sama dengannya.

"Oh?" Seungwan agak terkejut.

"Kau tidak makan siang? Ayo makan siang di kantin bersamaku! Hari ini menunya tumis daging brokoli kesukaanku."

Ajakan itu tentu tidak Seungwan tolak. Iapun bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan bersama gadis berambut panjang itumenuju kantin perusahaan. Namun, atensi Seungwan masih pada layar ponselnya.

"Simpan ponselmu, nanti ja ... Yah!!"

Irene berteriak karena Seungwan benar-benar jatuh saat mereka menuruni 2 anak tangga pendek menuju kantin.

"Seungwan-ah, gwenchana?" Irene memeriksa keadaan Seungwan yang merintih kesakitan memegangi kakinya.

"Ouh, yah!" Kakinya terkilir.

Beberapa orang disana membantu Irene memapah Seungwan dan membawanya ke rumah sakit untuk ditangani.

Kata Dokter, dia tidak perlu rawat inap, tetapi harus bena-benar mengistirahatkan kakinya karena anklenya benar-benar dislokasi.

🍑🍑🍑

Seungwan mengambil jatah cuti dari perusahaan karena harus memulihkan kakinya yang cedera. Irene menemani Seungwan di rumahnya karena ia masih kesulitan jalan tanpa dipapah, kakinya di gips.

"Pulanglah, sudah sore hari." Seungwan mengusir Irene karena orangtuanya tipikal Asian parent yang strict.

"Aku sudah ijin untuk menemanimu karena kau sakit, tetapi tidak dapat ijin untuk menginap." Irene merasa bersalah, tetapi Seungwan justru merasa tidak enak karena merepotkannya seharian.

Tears In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang