-----oOo-----
Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian tak terduga antara Saddam dan Rara di dalam kamar lelaki itu. Dalam tiga hari itupun hubungan keduanya bukan semakin dekat, malah semakin merenggang. Setiap Rara datang untuk minta maaf, Saddam secara sengaja menjauh. Bahkan kini mereka terasa lebih jauh dari sebelum kejadian itu.Rara benar-benar merutuki dirinya sendiri. Ia benar-benar menyesal telah mencuri cium lelaki itu tanpa aba-aba terlebih dahulu. Jika dari awal endingnya akan seperti ini, Rara lebih baik memilih tak menyentuh Saddam saja asal bisa terus berdekatan dengan lelaki itu. Kini, Saddam benar-benar menjauh darinya.
Jika Rara ingin meminta maaf, lelaki itu akan spontan menjauh tanpa disuruh. Seperti saat ini, Rara datang lagi ke Kost untuk menemui lelaki itu. Belum saja bicara, hanya menunjukkan eksistensinya, Rara sudah ditinggal pergi begitu saja. Rara terus mengejar Saddam sampai lelaki itu masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat. Gadis itu terus menunggu di depan pintu kamar Saddam sambil terus menggumamkan namanya. Tangannya terus mengetuk secara brutal pintu kamar Saddam. Walaupun begitu, Saddam masih tak tergoyahkan.
Terus melangkah melupakanmu
Lelah hati perhatikan sikapmu
Jalan pikiranmu buatku ragu
Tak mungkin ini tetap bertahanSuara Ale yang menyanyikan lagu milik grup band Noah menggema di rumah itu. Rara tahu, niat lelaki itu hanya ingin menyindirnya.
Tangan Rara berhenti mengetuk pintu. Bibirnya juga mulai mengatup. Tapi, tatapan tajamnya mengarah pada Ale yang terus saja bernyanyi sambil tersenyum mengejek.
“Hahaha, lo sama Bang Saddam tadi barusan kayak lagi syuting video klip lagu. Judul lagunya Menghapus Jejakmu,” katanya sebelum tertawa kencang.
“Enyah lo!” Tendangan Rara hampir saja mengenai Ale jika saja lelaki itu tak menjauh.
Setelah kepergian Ale, Rara kembali mengetuk perlahan pintu kamar Saddam.
“Abang, ayolah Bang keluar bentar. Rara mau ngobrolin sesuatu sama Abang,” katanya terdengar begitu putus asa.
Rara mendekatkan mulutnya pada pintu kamar, “Tok tok tok, do you want to build a snowman?!”
“BERISIK!” teriak Saddam dari dalam.
Kemudian gadis itu kembali merengek, “Abaaang, hari ini hari terakhir marahannya kan? Udah 3 hari loh, Bang. Nggak boleh tau, marah lebih dari 3 hari itu. Dosa kata Pak Ustadz.”
Namun, Saddam hanya bergeming.
“ABAAAANG!!!” pekik Rara.
Dengan begitu, Saddam akhirnya keluarga dengan ekspresi yang sangat tidak enak untuk dipandang.
“Cepetan mau ngomong apa?” sahut Saddam.
“Anu.. ituuu... ” Rara tiba-tiba saja tergagap-gagap.
“Kalo nggak ada yang diomongin, tutup lagi ni__”
“Ehhh, jangan duluuu,” sergah Rara.
“Yaudah makanya cepetan.”
“Maafin buat yang waktu itu. Aku waktu itu beneran nggak bisa berpikir jernih. Kejadian itu berlangsung secara tiba-tiba. Aku tahu aku salah, makanya aku mau minta maaf. Maafin ya, Bang?” ucapnya dengan wajah penuh penyesalan.
“Oh, gitu. Yaudah,” balas Saddam singkat.
“Dimaafin kan?” tanya Rara semangat.
“Kata siapaaa??” sosor Saddam. Matanya memicing tajam.
“Yahhh, dimaafin dong, Abang,” rengeknya lagi.
“Kenapa sih penting banget buat dimaafin aku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
BALA-BALA GANG
General FictionIni bukan cerita tentang para geng motor yang menakutkan dan mengintimidasi banyak orang. Bukan juga tentang bagaimana tepung terigu, wortel, kubis, kecambah yang bersatu menghasilkan Bala-bala yang nikmat. Bukan! Ini hanya kisah tentang tujuh lela...