Pindah - Cafe

279 23 0
                                    

๋࣭ ⭑

Naru sudah siap memindahkan barang-barangnya. Ia tidak membawa banyak, hanya yang dianggap penting, sementara sisanya ditinggalkan di rumah, mengingat kemungkinan ia bisa pulang lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Sudah semua?" tanya Bimo sambil memperhatikan barang-barang yang sedang dimasukkan ke dalam mobil oleh orang-orangnya.

"Sudah," jawab Naru, matanya tak lepas dari pemandangan itu, memastikan semuanya sesuai.

"Biar mereka yang antar barang kamu ke rumah saya, jangan khawatir,"

"Sudah sarapan? Kalau belum, ayo sarapan dulu, saya bawakan makanan untuk kamu."

Naru mengangguk dan mengajak Bimo masuk ke dalam rumah. Namun, saat hendak melangkah, matanya tanpa sengaja menangkap sosok ayahnya berdiri diam di luar rumahnya. Sejenak Naru mencoba mengabaikannya, tetapi tatapan ayahnya terasa seperti panggilan yang tak bisa dihindari.

Ketika Naru melihat ayahnya berbalik dan berjalan perlahan keluar, ia tak bisa menahan rasa penasaran. "Bapak, maaf. Bapak tunggu di dalam dulu ya sebentar, nanti saya nyusul," katanya sambil mendorong Bimo masuk ke rumah.

"Mau kemana kamu?" tanya Bimo.

"Keluar sebentar, ada yang perlu saya beli. Tunggu di sini ya," Naru bergegas mengejar ayahnya.

Kini mereka berhadapan. Bau alkohol yang kuat menyelimuti udara di antara mereka. Naru menahan napas, mencoba mengerti apa yang ayahnya inginkan kali ini.

"Ayah mau apa lagi dari Naru?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Mau pergi kemana lo?" Ayahnya bertanya dengan nada yang tak asing bagi Naru, penuh ancaman, namun kali ini tak ada kemabukan dalam suaranya, hanya bau alkohol yang kuat.

"Bukan urusan Ayah. Uang nanti Naru kirim," jawab Naru dengan tegas, mencoba mengakhiri percakapan secepat mungkin.

"Ini baru anak gua," ayahnya menepuk pundak Naru dengan bangga yang terasa penuh kepalsuan.

Naru menarik napas dalam-dalam. "Naru pindah. Soal utang, biar Naru yang urus. Tapi setelah itu, jangan pernah coba-coba Ayah sentuh rumah ini atau menghubungi Naru lagi."

Senyum ayahnya menghilang seketika. "Lo gak akan bisa lepas dari gua. Mau coba pergi kemana lo?" Tangan ayahnya bergerak cepat, menarik kerah baju Naru dengan kasar.

"Itu bukan urusan Ayah. Mulai sekarang, gak usah hubungin dan jangan coba-coba masuk ke rumah lagi," Naru mencoba melepaskan diri.

Saat ayahnya hendak menamparnya, tangannya tiba-tiba dihentikan oleh Bimo yang entah sejak kapan sudah berdiri di dekat mereka.

"Saya rasa bicara tanpa kekerasa bisa" Bimo menatap ayah Naru dengan tajam.

Ayah Naru terkejut dan terpaku beberapa detik, tak menyangka ada seseorang yang berani melawan.

"Jangan ikut campur lo, lo itu cuma orang luar!" sergah ayah Naru, nadanya semakin tajam, matanya menatap Bimo dengan amarah yang membara. Cengkeraman tangan Bimo di pergelangan tangan ayah Naru semakin kuat, mencegah tamparan yang hampir mengenai wajah Naru.

"Sudah cukup," suara Bimo terdengar tenang namun sarat dengan kekuatan. Kata-katanya membuat ayah Naru terpaksa menurunkan tangannya, meski wajahnya menunjukkan perlawanan yang kuat.

marry a rich man | minwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang