Cookies

306 28 0
                                    

๋࣭ ⭑

Setelah seminggu berlalu sejak malam ketika Sofia datang ke rumahnya, Naru memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan. Ia memilih untuk menjadi guru privat matematika bagi anak SMA, memanfaatkan hari-hari liburnya dari pekerjaan di kafe.

"Zidan, belajarnya sampai sini dulu ya. Besok kita ketemu lagi, oke?" kata Naru sambil merapikan buku-buku di meja.

"Oh oke, Kak. Makasih untuk hari ini," jawab Zidan dengan senyuman.

"Iya, sama-sama. Semangat terus belajarnya ya," sahut Naru, memberikan semangat.

"Iya, Kak."

Saat Naru bersiap-siap untuk pergi, Zidan memperhatikan dan merasa perlu menawarkan bantuan.

"Kak, lo pulang naik apa?" tanya Zidan.

"Bis, kenapa?" Naru menjawab santai sambil memasukkan buku ke dalam tas.

"Gua anter aja ya, Kak. Udah malam juga, kan halte bisnya lumayan jauh," tawar Zidan dengan nada serius.

"Eh, gak usah. Belum malam banget juga kok," Naru menolak halus, merasa tidak ingin merepotkan.

"Kak, udah malam. Gua antar aja ya. Gua ganti baju dulu, lo tunggu di bawah ya." Zidan memotong, sudah memutuskan.

Naru menghela napas pelan, "Zidan, gak—aduh kebiasaan deh," gumamnya sambil tersenyum kecil.

Naru akhirnya turun ke garasi untuk menunggu. Sebenarnya, ia bisa saja pergi lebih dulu, tetapi dia tahu bahwa Zidan akan tetap ngeyel dan mengejarnya untuk mengantarnya pulang.

Tidak lama kemudian, Zidan datang dengan mobilnya. "Yuk, tas lo taruh di belakang aja," katanya.

"Lo yakin? Zidan, ini udah malam. Papi lo gak marah kalau lo bawa mobil malem-malem gini?" tanya Naru.

Naru masuk ke dalam mobil dan menatap Zidan yang sedang mengemudi.

"Ini mobil gua, Kak. Lagi pula, gua udah biasa keluar malam buat nongkrong sama temen-temen. Jadi, gak usah takut sama Papi, dia paham kok," jawab Zidan sambil tersenyum, mencoba menenangkan Naru.

"Arahin jalannya ya, Kak."

"Iya, makasih ya," balas Naru dengan lembut.

Saat mereka mendekati area rumah Bimo, Naru merasa ada baiknya untuk tidak membuat Zidan terlalu repot. Ia pun memutuskan untuk berhenti di supermarket yang tidak terlalu jauh dari kompleks.

"Turunin gua di supermarket itu aja ya Dan, ada yang mau gua beli soalnya," kata Naru, menunjuk ke arah supermarket.

"Mau gua tungguin?" Zidan menawarkan dengan ramah.

"Ah, gak usah. Lo anterin sampai toko itu aja gak apa-apa," jawab Naru dengan senyuman.

Zidan segera memfokuskan setirnya, membawa mobil berhenti tepat di depan supermarket yang Naru tunjuk. Setelah mobil berhenti, Naru keluar dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Makasih ya, hati-hati di jalan. Kalau udah sampai rumah tolong kabarin ya," ucap Naru.

"Iya, lo juga ya Kak. Makasih buat hari ini," balas Zidan sebelum melambaikan tangan dan melanjutkan perjalanan pulang.

Naru menatap mobil Zidan yang semakin menjauh, memastikan sampai mobil itu benar-benar hilang dari pandangannya. Setelah yakin, ia pun berbalik dan masuk ke dalam supermarket.

marry a rich man | minwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang