Kenzie

264 27 0
                                    

๋࣭ ⭑

Semua tampak kembali normal di kafe. Hari-hari berlalu seperti biasa, sama seperti saat Naru pertama kali bekerja di sana. Sudah hampir sebulan sejak ia kembali bekerja, dan semakin dekat juga dengan tanggal perjanjian pernikahannya dengan Bimo.

Selama ini, tak ada gangguan dari Ayahnya. Naru merasa sangat bersyukur karena akhirnya bisa merasakan ketenangan yang sudah lama ia rindukan. Sesekali, Naru kembali ke rumah lamanya untuk memastikan barang-barang, terutama milik ibunya, tetap aman dan tidak ada yang berubah. Setiap kali ia pulang, kenangan akan ibunya selalu hadir, membawa perasaan rindu yang mendalam.

Hari ini, Naru menjalani rutinitasnya di kafe seperti biasa. Ia merasa sangat berterima kasih kepada Bimo, meskipun Bimo tidak pernah mengakuinya. Naru akhirnya tahu bahwa keramaian di kafe waktu itu adalah ulah Bimo yang ingin memastikan Naru kembali bekerja. Olivia, yang sangat dekat dengan Naru, akhirnya mengaku setelah beberapa kali Naru mendesaknya.

Setelah selesai bekerja, Naru pulang ke rumah Bimo. Selama tinggal di sana, banyak perubahan yang ia rasakan. Dulu, ketika pulang bekerja, ia selalu disambut oleh ibunya. Namun, kali ini, senyum kecil muncul di wajahnya ketika ia membuka pintu dan melihat Vito sudah menunggu di kamarnya, siap menyambutnya dengan keceriaan khas anak-anak.

"Es krim!"

Naru tersenyum melihat Vito yang sedang asik bermain iPad di atas kasurnya.

"Halo, jangan peluk aku dulu ya, aku kotor," ucap Naru sambil melepaskan sepatunya.

"Oh, oke," jawab Vito dengan patuh.

"Vito, tunggu di sini, ya. Aku mau mandi dulu," kata Naru sambil mengusap kepala bocah itu.

"Iya."

Naru keluar dari kamar mandi, tetapi Vito sudah tidak ada di kasurnya. Merasa heran, ia keluar dan mencoba mencari Vito di sekitar kamar, namun tak ada tanda-tanda keberadaan bocah itu

"Vito?" panggil Naru, sedikit khawatir.

"Kak Naru cari Vito?" tanya Mbak Yuni.

"Oh, iya, Mbak. Vito tadi ada di kamar saya. Dia ke mana ya?"

"Vito diajak keluar, Kak, sama Bapak dan temannya."

"Oh, oke deh. Terima kasih ya, Mbak."

Naru kembali ke kamarnya, merasa sedikit lega tapi juga aneh karena tidak diberitahu sebelumnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, pandangannya tertuju pada jas putih yang akan ia pakai minggu depan. Perasaan campur aduk muncul-antara ketidakpercayaan bahwa ia benar-benar akan melakukan hal itu dan rasa bersalah karena semua ini demi uang bukan cinta.

Saat pikiran Naru mulai tenggelam dalam keheningan, ia tiba-tiba teringat bahwa dia belum memberitahu Kenzie tentang pernikahannya. Naru merasa bimbang; apakah sebaiknya ia ceritakan semuanya kepada Kenzie, atau justru diam saja dan biarkan semuanya berlalu begitu saja?

Fokusnya terpecah ketika mendengar suara tangisan Vito yang kencang dari luar kamarnya. Dengan cepat, dia bangkit dan mengikuti arah suara itu. Betapa terkejutnya Naru saat melihat Kenzie berdiri bersama Bimo di sana.

"HAH, Naru?" Kenzie tampak kaget.

"Hah?!" Naru sama terkejutnya, tapi perhatian langsung beralih ke Vito yang semakin menangis tak karuan. "Ini Vito kenapa, Pak?"

marry a rich man | minwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang