Bab 2

28 4 5
                                    


Zeyn pun terbangun dari tidur lelapnya. Ia segera bergegas untuk mengambil air wudhu dan menunaikan shalat Subuh. Setelahnya, Zeyn mandi, lalu mengenakan seragam Pramuka lengkap yang harus dikenakan karena hari ini adalah, hari keberangkatan menuju perkemahan di Keujiwan.

Di sekolah, suasana tampak lebih ramai dari biasanya. Para siswa terlihat sibuk mempersiapkan diri, memeriksa kembali barang-barang yang akan dibawa ke perkemahan. Zeyn yang sudah lebih dulu tiba, langsung menuju lapangan tempat mereka berkumpul. Di sana, ia melihat teman-teman dari regunya, Komodo, sudah saling menyapa dan berbincang.

"Eh, Zeyn! Sudah siap, belum? Tadi pagi, sempat sarapan, kan?" tanya Maulana sambil menepuk pundak Zeyn.

"Siap, dong! Sarapan juga sudah. Kamu gimana, lana?" Zeyn membalas dengan senyuman.

Maulana mengangguk. "Aku juga sudah siap. Rasanya nggak sabar buat mulai perkemahan ini."

Tidak lama kemudian, Pak Kizri datang dan memberikan arahan kepada seluruh peserta perkemahan. Mereka akan berangkat menuju Keujiwan dalam satu rombongan besar, diiringi oleh para guru pembina. Semua siswa tampak antusias, suasana penuh dengan canda tawa dan obrolan tentang rencana kegiatan di perkemahan nanti.

Perjalanan menuju Keujiwan memakan waktu sekitar satu jam. Sepanjang perjalanan, Zeyn duduk bersebelahan dengan Maulana di dalam bus. Mereka berdua terus mengobrol, membicarakan hal-hal ringan, bercanda tentang apa yang mungkin terjadi selama perkemahan.

Setibanya di Keujiwan, Zeyn dan regunya langsung menuju area perkemahan yang telah ditentukan. Mereka segera memasang tenda dan mengatur peralatan sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati sebelumnya. Zeyn, yang bertugas membawa palu, langsung membantu teman-temannya memasang patok-patok tenda.

Saat itulah, Zeyn melihat sekelompok siswa perempuan dari sekolah lain. Mereka juga sibuk mendirikan tenda di area yang tidak jauh dari regunya. Salah satu dari mereka, seorang gadis dengan wajah ceria dan senyuman manis, menarik perhatian Zeyn. Gadis itu tampak memimpin teman-temannya, memberikan arahan sambil sesekali tertawa riang. Zeyn yang sedang memukul patok, sesekali melirik ke arah gadis tersebut.

"Siapa, ya, dia? Sepertinya dari sekolah lain," batin Zeyn sambil terus memukul patok tenda.

"Oi, Zeyn! Fokus dong, nanti palunya malah kena tangan," seru Haidar, yang melihat Zeyn sesekali melamun.

Zeyn tersadar dan tersenyum canggung. "Iya, iya, maaf," jawabnya sambil kembali fokus ke tugasnya.

Sore itu, setelah semua tenda berdiri kokoh, Zeyn menyempatkan diri untuk berkeliling area perkemahan. Ia penasaran dengan gadis yang dilihatnya tadi. Saat berkeliling, ia kembali melihat gadis itu, yang kali ini sedang duduk bersama teman-temannya, menikmati udara sore di bawah pohon rindang.

"Eh, Zeyn, kamu lihat-lihat apa, sih?" Maulana yang ternyata mengikutinya bertanya sambil mengangkat alis.

"Nggak, cuma lihat-lihat suasana aja," jawab Zeyn cepat, sedikit salah tingkah.

Maulana tertawa kecil. "Udah, jangan sok cool gitu. Kalau kamu tertarik, tinggal kenalan aja. Mungkin bisa jadi teman baru."

Zeyn hanya tersenyum kecil, tapi dalam hatinya, ia mulai memikirkan cara untuk bisa mengenal gadis tersebut.

---

Cinta Sebatas Patok Tenda Where stories live. Discover now