0.03

4.4K 230 3
                                    

⚠ᴛʏᴘᴏ ʙᴇʀᴛᴇʙᴀʀᴀɴ!⚠

Marvin terbangun dari tidurnya sekitar jam tiga pagi, kepalanya terasa sangat sakit bahkan dia tidak ingat apapun. Dia menatap bingung pada kamar yang dia tempati.

"Lho? Saya dimana? Ini.. Inikan kamar apartemen dian! Saya engga ngelakuin apapun kan ke dia"

Marvin dengan buru buru bangun dan berjalan keluar dari kamar, dia kaget melihat dian yang tidur diatas sofa bahkan tanpa selimut.

Apa dia tidak kedinginan? AC menyala bahkan diluar suaranya seperti hujan deras, pikirnya.

"Dian?" Marvin berjalan mendekati dian, dia mengambil remot AC dan langsung mematikannya.

Marvin melihat wajah dian yang pucat, dia menempelkan punggung tangannya di kening dian. Ternyata panas, dian demam.

"Dian? Hey, bangun"

Tidak ada jawaban apapun, Marvin menghela nafas lalu dia berdiri dan menggendong dian lalu memindahkan nya kekamar.

Dia dengan perlahan membaringkan tubuh lemas dian diatas kasur lalu menyelimuti nya, Marvin memerhatikan wajah dian yang terlihat sangat pucat.

Tangannya membenarkan rambut dian yang sedikit berantakan, tiba-tiba dian bangun dan batuk.

Pandangan dian buram, dia menatap wajah Marvin. "P-pak Marvin-uhuk! Uhuk!"

"Ya? Ini saya"

"Sekarang jam berapa?"

"Baru jam setengah empat pagi, tidur lah. Kamu demam"

Dian mengangguk lemas. "Uhmm.. Pakk.. Peluk boleh gak? Dinginn"

Marvin terdiam sekejap lalu dia mengangguk. "Boleh"

Marvin langsung membaringkan tubuhnya disamping dian dan langsung memeluk tubuh panas dian, dian menyamankan posisinya dan kembali memejamkan matanya.

Tangan Marvin mengusap usap punggung dian dengan lembut, entah kenapa rasanya tidak tega melihat dian yang sakit.

**

Dian dengan perlahan membuka matanya, badannya sudah terasa lebih baik karna tadi sudah minum obat.

Dia melirik kearah jam di dinding, ternyata sudah jam sebelas siang. Dia dengan perlahan duduk dan menyender pada senderan kasur.

Cklek!

Pintu kamarnya terbuka dan dia melihat Marvin yang berjalan masuk sambil membawa mangkuk dan gelas, Marvin menaruh mangkuk dan gelas diatas meja.

"Pak?"

"Hm?"

"Bapak.. Kok masih disini? Bapak engga kekampus?"

"Hari ini tanggal merah jadi saya libur"

"Engga pulang?"

"Kamu ngusir saya?"

"E-ehh! Engga pak bukan gitu.. Dian kira.. Bapak pulang"

Marvin menghela nafas lalu mengecek suhu tubuh dian. "Badannya udah lumayan mendingan, mungkin besok sudah sembuh"

"Emm.. Makasih pak.. Uangnya nanti dian ganti"

"Tidak usah, anggap saja saya sedekah"

"Uang saya banyak ya pak"

"Tidak usah banyak omong, cepat buka mulut. Kamu harus makan, setelah itu minum obat agar kamu cepat sembuh"

Dian menatap Marvin sebentar lalu menerima suapan darinya, dian memakan bubur buatan Marvin. Mulutnya yang terasa pahit sekarang sudah mulai normal, dia makan dengan lahap hingga bubur itu habis.

MarvinDiandra || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang