7.

1.2K 226 29
                                    

Sore ini jennie di perbolehkan dokter untuk pulang, terhitung sudah hari ketiga dia di rawat di rumah sakit. Dan katanya lisa yang akan menjemput dia dan ibunya setelah pulang sekolah. Kebetulan sekarang sudah jam pulang sekolah adik kecilnya itu pasti sudah di jalan.

Namun tiba-tiba anak itu sudah sampai, seperti mengemudi ugal-ugalan lagi hingga cepat sampai.

"Apa kata dokter?" Tanyanya setelah baru saja sampai, tangan satunya ia masukan kedalam saku rok pendeknya

"Tak ada masalah sudah boleh pulang" ucap jiwon sambil menarik resleting tas besar berisi perlengkapan jennie.

"Baguslah setidaknya tidak membuatku susah harus bolak-balik ke rumah sakit setiap hari"

Jiwon dan jennie menolehnya, mendengar kalimat sensitif dan tidak sopan membuat jiwon mulai merasa lisa diluar batas, keterlaluan.

"Keterlaluan bicaramu lisa!"

"Itu fakta mom"

"Tidakkah kau memikirkan perasaan kakakmu dia baru saja sembuh, lihat dia sakit pun karena campur tanganmu juga, kakakmu bekerja siang malam untuk kita dan khususnya untukmu jadi jangan berkata keterlaluan karena mommy tidak akan membiarkan putri sulung mommy dikatai oleh mulut tidak sopanmu!" baru kali ini jiwon sedikit menaikkan nada bicaranya pada lisa, dan terbukti wajah lisa nampak terkejut, semoga saja anak itu paham dan tidak membuat rasa bencinya kembali timbul untuk jennie.

"Mommy, sudahlah aku tak apa, jangan bertengkar" jennie menyentuh lengan ibunya yang ada di depannya, posisi jennie sedang duduk di brangkar dengan kaki menjuntai kebawah.

Lisa mendesis sebal ketika melihat kakaknya berlaku sok lembut pada ibunya, ntah kenapa rasanya dia tidak suka jennie bertingkah seperti itu seakan dia terlihat seperti yang paling baik diantara keduanya, pintar mengambil hati orang tua begitu pikir lisa. Padahal yang sebenarnya bukan seperti itu, yang jelas meluruskan isi kepala lisa tidak semudah meluruskan pedang bengkok.

"Aku tunggu di mobil" ucap lisa yang pergi begitu saja meninggalkan ibu serta kakaknya yang nampak kecewa terlihat dari raut wajah mereka.

"Anak itu benar-benar ya"

"Mom, sudah" jennie mengingatkan jiwon supaya tidak perlu memperbesarnya karena jennie tidak ingin ibunya banyak pikiran lantas jatuh sakit sepertinya. Lantas jiwon beralih menatapnya dan menyelipkan anak rambut jennie kebelakang telinganya dengan menunjukkan senyuman manis berusaha membuat jennie terhibur.

"Terimakasih mom" jennie tersenyum dengan mengusap punggung tangan ibunya yang ada di pipi kanannya.

"Kau bisa berjalan?"

"Bisa mom"

"Tidak lemas?"

"Sedikit mom"

"Mommy ambilkan kursi roda dulu ya"

Belum juga jennie menjawab, seseorang suster datang bersama kursi rodanya.

"Selamat sore, mari saya antar nona"

"Oh iya terimakasih" jiwon pikir putrinya tidak akan di antar dengan kursi roda namun ternyata salah, tak apa lagi pula jennie memang belum begitu pulih.

Ketiganya sampai di dekat mobil lisa yang sudah terparkir di halaman tempat penjemputan pasien.

"Cepat sembuh nona jennie"

"Terimakasih suster"

"Sama-sama nona dan jangan lewatkan obatmu supaya lekas sembuh total, minggu depan juga ada jadwal rawat jalan dan jangan lupakan jadwalmu"

"Iyaa, terimakasih"

_

Lisa membuka pintu mobilnya ketika sang ibu menyuruhnya membukakan pintu dimana tempat jennie duduk, anak itu tidak menolak dan ntah dorongan dari mana tangannya terulur membiarkan kakaknya menggenggam tangannya untuk berdiri secara perlahan. Awalnya jennie terkejut dan ragu-ragu memegangnya, namun lisa yang menatapnya dengan wajah datar membuat jennie yakin bahwa lisa tidak ingin berlama-lama dalam posisi tersebut. Ibu mereka membiarkan keduanya, memberikan ruang untuk keduanya agar lebih dekat, itulah maksud dari ibunya dengan sengaja tidak membantu jennie keluar dari mobil.

linkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang