ĈĤĂPŤÊŘ [ 6 ]

115 15 8
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

3 bulan yang lalu.

Pada malam yang dingin dan basah, hujan turun dengan derasnya, sebuah keluarga kecil sedang perjalanan pulang ke rumah setelah liburan. Mobil melaju perlahan di jalanan yang licin dan gelap, dengan wiper mobil yang bekerja keras untuk menyapu tetes-tetes hujan yang membasahi kaca depan. Darman yang duduk di belakang kemudi berusaha keras menjaga kendali mobilnya. Kondisi jalanan yang buruk dan pandangan mulai terbatas membuat perjalanan itu terasa menegangkan. Laura yang berada di sebelahnya berusaha tetap tenang.

Dua gadis di kursi penumpang bertengkar membuat suasana semakin tak terkendali. Laura berbalik menatap putrinya agar diam sejenak namun itu tak mengubah apapun.

"DIAM!" bentak Darman.

Bersamaan dengan itu sebuah truk besar melaju kencang dari arah berlawanan. Darman sempat menghindar, namun karena jalannya yang licin mobil itu tergelincir. Dalam hitungan detik, mobil mereka menabrak pembatas jalan dan terbalik beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di pinggir jalan. Suara dentuman keras dan remuknya logam terdengar di tengah hujan yang deras.

***

Luna menatap wajah Darman yang tampak gusar dan gugup, tak seperti biasanya. Karena diamnya ini membuat Luna membuka suara.

"Ayah, apa benar aku pernah lupa ingatan?" tanya Luna seperti yang dikatakan Ruka siang tadi. Luna tak bisa menyembunyikan ekpresinya saat itu. Tak banyak yang diceritakan Ruka, ketika Luna bertanya lebih Ruka menggeleng tak tahu. Luna percaya kalau Ruka menyatakan hal sebenarnya. Tetapi mengapa orang-orang berusaha menyembunyikan hal ini. Lalu, mengapa ingatan Luna belum juga kembali dan mengapa Ruka juga tahu kejadian ini. Banyak sekali pertanyaan dalam kepala Luna.

"Dari mana kamu tahu?" Darman menyapu pelipisnya yang berkeringat.

"Ruka."

Darman menunduk menyembunyikan tangisnya yang tiba-tiba saja datang.

"Itu benar, Nak. Namun kecelakaan malam itu ada baiknya kita lupakan. Hati Ayah terlalu sakit untuk mengingatnya kembali, " tutur Darman yang menghindari kontak mata dengan Luna. Mata pria berkedip cepat menghilangkan bekas air mata.

Luna langsung memeluk tubuh ayahnya. Gadis itu berpikir lebih baik menyimpan pertanyaan lainnya yang bergemuruh di kepala dari pada harus mengungkit kejadian yang membuat ayahnya bersedih.

Walau dalam keadaan seperti itu Darman tetap menceritakan sedikit kejadian di mana dia dan keluarganya kecelakaan. Tidak secara detail hingga Luna hanya menggambarkan kejadian itu di kepalanya. Luna mengakhiri percakapan malam itu dengan membuatkan Darman, teh rosella kesukaan pria itu, Luna juga.

Make A WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang