ĈĤĂPŤÊŘ [ 3 ]

116 16 12
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Jam menunjukkan pukul 8 malam, suasana rumah sudah begitu sunyi. Hanya terdengar suara dua gadis yang sedang mengobrol di atas kasur.  Luna mengajak Ruka untuk menginap di rumahnya malam ini. Meski Ruka sempat menolak tetapi akhirnya dia luluh juga karena memang sudah lama dia tak menginap bersama. Padahal kegiatan ini sering mereka lakukan dahulu secara bergantian, semuanya berubah setelah kecelakaan itu.

"Kamu lihat enggak foto yang dikirim Dion?" tanya Ruka sambil tertawa.

"Iya aku barusan lihat, masa dia ketemu babi di kebun teh, haha." Luna ikut tertawa dan kembali memperlihatkan foto yang dikirim Dion siang tadi yang katanya membuat laki-laki itu terkejut sampai terjungkal.

"Ayahmu ke mana?" Ruka mengambil buah apel yang berada di atas meja.

"Lagi keluar, katanya pergi ngambilin obat ibu di kota," jelas Luna meraih potongan apel di tangan Ruka.

"Bagaimana keadaan Ibumu?" tanya Ruka.

Luna berhenti mengunyah apelnya, tatapannya malah menerawang keluar jendela. Hamparan kebun teh yang diselimuti kabut tipis.

"Luna!" panggil Ruka sambil menyentuh tangan Luna. Butuh beberapa detik hingga Luna menoleh pada Ruka.

"Kamu kenapa?"

"Hah?" Luna malah terlihat kebingungan.

"Jangan ngelamun ih, serem lihatnya," tegur Ruka.

Pesan singkat dari Dion masuk ke ponsel Luna. Ruka sedikit mendongak untuk melihat pesan tersebut.

'Aku udah di sumur itu'

"Dion udah gila ya, ngapain perginya malam-malam, kan bisa besok." Ruka mengambil alih ponsel Luna dan mengirim pesan suara yang menyuruh Dion segera pulang. Laki-laki itu malah mengirim sebuah video dengan durasi 15 detik yang hanya menunjukkan bagian lututnya ke bawah, juga mengarahkan senternya ke arah dinding tua di hadapannya. Tanpa basa-basi Ruka langsung meneleponnya. Namun, Dion malah sengaja mematikan ponselnya. Foto baru muncul di layar telepon menunjukkan sumur tua.

Luna dan Ruka menunggu pesan berikutnya, Dion tampaknya sedang merekam suaranya namun beberapa menit berlalu tak ada pesan lagi yang masuk.

"Ini Dion enggak kenapa-napa kan ya," tutur Luna.

"Aku harap begitu," doa Ruka.

'Aku balik ya'

Pesan dari Dion yang membuat mereka bernapas lega.

Luna dan Ruka bertukar pandang karena mendengar ketukan samar dari arah bawah. Luna menaruh telunjuknya di depan bibir Ruka untuk menyuruhnya diam. Namun kali ini hanya suara decakan cicak yang terdengar.

"Mungkin tikus," bisik Ruka.

Luna melihat ke kolong ranjang dan tak ada apa-apa di sana selain debu. Sebenernya gadis itu lebih khawatir kalau suara itu berasal dari kamar ibunya.

Make A WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang