3

37.3K 117 3
                                    

Pov malia

Papa meninggalkan aku sendiri dikamar ini, aku masih bisa merasakan ciuman papa yang lembut, bagaimana aku menghadapi papa besok.

Semalaman aku menangis dikamar, saat mama membangunkanku, aku melihat mataku bengkak, sepertinya aku tidak bisa pergi kuliah hari ini, kuambil hpku mengabarkan nana kalau aku tidak masuk.

"Halo na..titip absen ya, aku lagi nggak enak badan"
"Lia sakit? Sakit apa? Nanti pulang kuliah nana kerumah lia ya?lia mau dibawain apa?"

"Nana..satu cuma demam biasa, dua mau dibawain mie ayam yang dikampus"
"Ok lia sayang.."
"Kamu cuma boleh sayang daddy baby.." terdengar suara suami nana.
"Ok lia sayangnya nana..tunggu nana ya"
"Iya aku tunggu" aku mematikan telponnya.

Enaknya jadi nana, bisa bersama orang yang dicintai.
Seharian ini aku tidak keluar kamar, mama beberapa kali masuk kekamar melihat keadaanku, aku hanya mengatakan sedikit sakit kepala.

Aku tak tau tapi mengingat papa yang memilih mama membuatku tak ingin melihat mama sekarang.

Sorenya nana datang membawa mie ayam, nana yang ceria selalu bisa membuat siapapun kembali semangat, sahabatku satu ini seperti mood booster, salahnya pawangnya yang terlalu posesif selalu menelponnya.

"Jadi belum mau cerita kenapa bisa sakit?"
"Mm..sebenarnya aku ditolak sama seseorang yang aku cintai, aku udah lama mencintai dia tapi ditolak, dia lebih memilih istrinya" jawabku singkat.

Plakk..nana memukul lenganku.

"Aww..sakit ishh..tangannya cabe rawit, kok aku dipukul"

"Pertama jatuh cinta nggak cerita, kedua kenapa harus suami orang, nana tau banget walaupun istrinya setuju, nggak akan mudah buat jalaninya, tertekan setiap saat"ucap nana.

Aku tau dia sudah menceritakan bagaimana dia jadi istri kedua.

"Iya..iya nggak lagi ini udah ditolak kan, cuma tinggal tunggu waktu yang menghilangkan perasaan ini, tapi sepertinya nggak mudah karena dia selalu didekat aku"

"Cowo itu tinggal dekat sini"

"Eh..iya..dekat dekat sini, jadi aku mau ngekos dulu untu sementara biar jauhan dari laki laki itu"

"Ngapain ngekos, nana punya apartemen yang keamanannya bagus, viewnya juga bagus, lia tinggal disana aja sementara"

"Beneran..tapi aku nggak tau bakalan diijinin sama mama papa"

"Coba aja dulu"

Ringg..ringg..

"Ini pasti si daddy deh, bentar ya, nana angkt dulu, kalau nggak diangkat ngambeknya lama"

"Halo.."

"Baby kamu janji pulang jam enam, sekarang udah lima tiga puluh, kalau kamu nggak pergi sekarang nggak akan sampai rumah jam enam"

"Daddy please..nana masih mau sama bicara sama lia"

"Baby, daddy jemput kamu".

Aku mendengar pembicaraan mereka.

"Buseet..suami kamu posesifnya gila..itu beneran pak abian jemput?"

"Iya..tunggu aja disini"

"Seneng banget ya pastinya dicintai ugal ugalan??

"Nggak juga, nana sama daddy juga pernah punya saat nggak bahagia, sekarang sudah lebih baik, lia juga yang sabar ya..pasti nanti juga ada saatnya jadi indah", nana memelukku.

"Trimkasih na.."

Ringg..ringg...ringg..

"Hahhaha..gila ya pak abian" nana mencibir.

"Ya daddy..ya..tunggu, nana turun"

"Nana pulang dulu ya lia, semangat lia sayang, ingat mati satu tumbuh seribu"
"Iya iya..pulang sana, nanti pak abian naik lagi kesini, yok"

aku turun mengantar nana, papa dan mama tidak ada dirumah pergi ke acara teman papa, jadi aku tidak perlu ketemu mereka berdua.

Dihalaman depan terlihat pak abian bersandar dimobil rolls royce mewah, memakai jas lengkap sepertinya baru pulang kerja tapi tetap ganteng maksimal, meresahkan sekali om om satu itu.

"Baby.."pak abian memanggil nana.

"Lia, nana pulang ya" saat nana mendekati mobil pak abian langsung  mencium nana dengan ganas.

Kulihat nana menendang kaki pak abian sehingga ciuman mereka terlepas, nana langsung masuk kedalam mobil.
"Woww..si om om benar benar meresahkan" sepulangnya nana aku kembali ke mode patah hati. Tidak keluar kamar.

Tok tok

"Kakak..ini papa honey, buka pintunya kak", aku membuka pintunya terlihat papa yang sepertinya tidak baik baik saja.
"Makan dulu ya..kakak belum makan kan?papa temani",seperti kerbau yang dicucuk hidungnya aku mengikuti papa yang menarik tanganku.

"Kakak udah makan pa tadi nana datang bawain mie ayam"kataku saat sudah sampai didapur.

Papa diam sebentar lalu berkata "kalau gitu temani papa nonton ya, mama udah tidur", papa menarikku lagi duduk di sofa.
Papa tidak melepaskan tanganku, kami duduk diam dengan papa yang memainkan jariku, mengelusnya dan sesekali mencium tanganku dalam genggamannya, aku merebahkan kepalaku didadanya, skinship papa seperti ini yang membuat aku selalu berharap.

Saat  aku meminta izin untuk tinggal sendiri di apart nana untuk sementara, alasanku hanya ingin konsentrasi karena sebentar lagi ujian, awalnya papa tidak mengizinkan tapi karena mama mendukung akhirnya papa setuju.

Nana membawaku ke apartemen yang katanya punya pak abian.

Besoknya papa mengantarku ke apart ini, papa kelihatan tidak senang tapi apa boleh buat ini jalan yang terbaik, kami tidak banyak bicara.
"Kakak..coba pikirkan lagi untuk tinggal sendiri, papa nggak bisa tanpa kamu honey"ucap papa yang sedang memelukku.
"Kakan cuma butuh waktu sebentar pa..nanti kakak pasti pulang ngertiin kakak ya..hmmm?"

"Papa pulang"
Saat itu aku tidak tau apa yang kupikirkan, aku hanya tidak ingin papa sedih, aku mendekatkan bibirku padanya dan menciumnya.

ku rasakan papa terkejut dan hanya diam dan saat aku akan menarik bibirku, tangan kanan meraih belakang kepalaku dan memperdalam ciuman kami,sedangkan tangan kirinya dipinggangku, rasanya ada banyak kupu kupu diperutku.

Aku makin mendekatkan tubuhku pada papa, apalagi saat papa menjilat bibirku agar terbuka, aku membukanya dan papa memasukkan lidahnya kedalam mulutku.

Ummmpphh..uummphh..

kami terus berciuman, papa mendorongku kearah pintu, memperdalam ciumannya, aku makin mendesah, "lidahnya kak,ikutin papa" aku mencoba walaupun masih tidak terbiasa lalu ciuman papa turun ke leherku, menghisap kuat leherku, aku mengangkat kepalaku agar papa lebih mudah menciumnya, tanganku membelai rambut papa.

Kurasakan tangan papa yang masuk ke baju ku, namun tiba-tiba papa berhenti menciumku, dengan nafas tersengal dan berat, mencoba mengontrol hasratnya.

Papa mengeluarkan tangannya dan menjauh dariku sambil menunduk, aku mulai takut kalau papa akan mengatakan ini semua adalah kesalahan.

"Papa.."

Papa menatap mataku dan apa yang kutakutkan terjadi.

"Ini semua kesalahan kak, anggap saja ini tidak pernah terjadi, ini nggak akan pernah terjadi lagi" ucapnya.

Tapi aku tau ini akan terjadi lagi karena aku mencintai papa dan dapat aku lihat ada cinta saat dia menatap mataku.

"Honey, kamu tau kita tidak bisa walaupun papa juga menginginkannya, papa pulang"

Lagi aku ditinggalkan.

aku ingin mencari angin segar agar sesak didada ini sedikit teralihkan, aku mengendarai mobilku sambil menangis saat melihat ada motor yang hendak menyalip didepan, aku membanting stirku kesamping dan menabrak pembatas jalan, kurasakan darah mengalir dari kepalaku hingga aku hilang kesadaran.

I Love You, PaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang