12

11K 54 5
                                    

Pov. Malia

Tak terasa sudah hampir setahun lamanya aku menikah dengan papa. Pernikahan yang selalu papa yakinkan kepadaku kalau ini adalah pernikahan yang sah.

Namun aku selalu meragukannya karena fakta dari hubungan kami sebenarnya,kecuali papa bukan ayah bio logisku tapi papa tak pernah berkata apapun dan akupun tak terlalu ambil pusing.

Yang terpenting buatku papa sudah menjadi milikku dan aku miliknya.

Setiap hari aku dengan hati-hati menjalani peranku sebagai istri papa didepan mama dan papa juga selalu jujur apa yang dilakukannya dengan mama,selama ini tidak pernah lagi ada sentuhan fisik diantara mereka berdua,aku yang memenuhi segala nafsu papa.

Seperti hari ini aku bangun memandang wajah papa yang selalu tampan, alisnya yang tebal, hidung mancungnya, bibir lembutnya yang selalu candu buatku.

Akhir Akhir ini aku merasa resah karena sikap mama yang berubah dan seperti ingin selalu memisahkan aku dan papa.

Ada saja alasan mama untuk ikut bersama saat kami ingin berdua, menghadiri undangan undangan berdua dengan papa. Hingga sangat sulit bagiku untuk berduaan dengan papa tapi melihat sikapnya tidak berubah denganku aku yakin mama belum tahu apa apa.

Dan juga aku belum mendapatkan menstruasiku sudah dua bulan ini, memikirkan semua ini membuatku sangat resah.
Aku masih melihat wajah tampan papa lalu menciumi seluruh wajahnya.

“Selamat pagi honey..”ucapnya terbangun karena ciumanku.

“Pagi sayangku..”

“Jam berapa kak?”kulihat jam di nakas

“Masih jam lima pa, papa tidur aja lagi masih ada satu jam lagi nanti biar kakak yang bangunin”

“Kakak kenapa cepat bangun padahal semalam kita telat tidur”

“Nggak tau mau lihat papa lagi tidur”
“Nenen honey..”ku keluarkan ne nenku dari dalam piayamaku dan menyodorkannya ke mulut papa, papa lagsung menghisapnya dan tak lama papa kembali tidur.

Kubelai rambut papa, teringat dua bulan lalu kami baru pergi bulan madu ke Maldives setelah meyakinkan mama kalau aku hanya ingin menemani papa dan lagi aku belum pernah kesana sampai akhirnya mama setuju, lima hari kami habiskan bersama disana.

Kami menikmati indahnya laut disana, papa juga memberikan surprise candlelight dinner yang romantic dan tentu saja menghabiskan malam-malam kami dengan saling berbagi keringat.

Flashback

Saat kami selesai makan malam dan bersantai duduk dipinggir Pantai, papa mengutarakan keinginannya untuk memiliki a nak bersamaku.

“Kak..kita sudah menikah delapan bulan menikah,papa ingin kita punya an ak honey, seorang an ak yang menjadi bukti cinta kita kak yang papa harap akan cantik seperti kamu,kakak mau?”

Melihat kesungguhan dimata papa, aku tidak bisa lagi menolak seperti pertama kali papa meminta. Aku juga sangat ingin memiliki buah cinta kami dan bukan tidak ingin memberikan seorang a nak hanya saja aku takut.

“Tapi pa..kakak..emm..pa,apa nggak sebaiknya..”
“Kamu nggak mau kita punya an ak sendiri?”wajah papa terlihat kecewa.

“Bukan gitu maksud lia..lia hanya,lia takut pa kalau nanti ada yang salah dengan a nak kita”
“Tidak akan kak, a nak kita akan jadi a nak yang sehat percaya sama papa”
“Lia percaya sama papa tapi..”

“Kakak..pleasee” papa meremas bahuku dan matanya menatapku tajam.

“Pa..apa lia bukan anak kandung papa?”melihat papa sangat yakin dengan perkataaannya tak sadar aku menanyakan hal ini. Kulihat papa yang terkejut namun Kembali menyangkal dan mengatakan aku adalah an aknya namun tak sekalipun papa mengatakan dia adalah a yah bio logisku dan memintaku percaya padanya.

I Love You, PaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang