Iqbaal memakirkan mobilnya dengan sempurna lalu keluar dan membukakan pintu untuk Adiba.
"Makasih." Adiba tersenyum dan segera turun dari mobil. Dia menatap sekelilingnya sejenak. "Lo bawa gue ke danau, Baal?" Adiba menengok Iqbaal di sampingnya. Iqbaal mengangguk, "Iya, suka kan?" Iqbaal menarik lembut tangan Adiba untuk digenggamnya. Membawanya ke tepi danau.Danau ini memang tidak banyak pengunjungnya karena berada di tempat yang jarang di lewati oleh kendaraan bermotor dan tempatnya pun di desa.
Kebetulan disini ada perahu yang bebas digunakan siapapun dan tanpa membayar sepeserpun.
"Kita naik perahu yuk, kalo cuma di lihat dari sini doang gak asyik." Iqbaal terkekeh. Adiba hanya menuruti ajakan Iqbaal. Entah kenapa dirinya sangat nyaman berada di samping Iqbaal.
***
"Kak, nanti gue mau ngasih makan ikan nih." (nama kamu) mengobrak-abrik tas kecil yang ia bawa. "Emang lo bawa tadi?" Kak Bima masih memasukkan kunci motornya ke sakunya.
"Bawa kok, gue ambil punya adik tadi hehe." (nama kamu) terkekeh mengingat kelakuannya tadi.
"Yuk, ada yang gak ke pake satu tuh perahunya."
(nama kamu) pun berlari dan menaiki perahu yang dimaksud kak Bima tadi. Kak Bima yang melihat tingkah adeknya itu hanya bisa geleng kepala.
"Kakak, buruan!" (nama kamu) melambai-lambaikan tangannya menyuruh kakaknya duduk di belakangnya.
***
Iqbaal menoleh ke arah suara perempuan yang tadi berteriak. Ia sepertinya mengenali suara itu dan sudah ia duga itu adalah suara (nama kamu). Ia tak pernah tahu bahwa sahabatnya itu mengenali danau ini.
Adiba yang juga mengetahui keberadaan sahabat perempuannya itu langsung menyapanya senang. "(nama kamu)!" Gadis yang merasa namanya dipanggil pun segera menoleh ke arah panggilan tersebut.
(nama kamu) memutar bola matanya. Tadinya ia kesini kan untuk mendinginkan pikiran dan hatinya. "Heh! Kok lo malah bengong sih!" Kakak (nama kamu) membuyarkan lamunannya. Ketiga orang tersebut bingung, terutama Iqbaal. Dari kemarin malam gadis itu berubah dan ia tidak tahu alasannya.
"Eh, enggak kok. Hai Dib, Baal!" (nama kamu) tersenyum hambar melihat mereka juga berada disini. "Kok bisa disini?" Kak Bima, melanjutkan pembicaraan. Ia tahu kelihatannya adik perempuannya ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Iqbaal yang ajak, kak." Adiba tersenyum. Iqbaal, dia tidak tersenyum. Sedari tadi ia hanya melihat (nama kamu). Mengapa gadis itu memasang wajah murung seperti orang sakit hati. Tapi (nama kamu) kan tidak mempunyai ya semacam gebetan atau cowok yang ia suka.
"Kak ayo ke tengah danau. Ikannya kan yang banyak disana." (nama kamu) sedikit kesal karena kakaknya masih saja mengajak ngobrol kedua sahabatnya itu. "Iya-iya bawel ah." Kak Bima segera mengkayuh perahunya. "Gue kesana dulu ya." Kak Bima pamit kepada Iqbaal dan Adiba.
"(nama kamu) kenapa ya, Baal?" Adiba bertanya kepada Iqbaal yang masih fokus melihat (nama kamu). Adiba memutar bola matanya. "Baal!" Badan Iqbaal sedikit terangkat karena kaget. "Hah? Apa? Yuk yuk." Iqbaal segera mengkayuh perahunya juga. Adiba memutar bola matanya, lagi.
***
"Kak, gue bosen nih." Kak Bima memutar bola matanya. "Lah, gimana sih lo? Tadi yang ngajak ngasih makan ikan."
"Ya juga sih, ah udah pulang yuk." (nama kamu) mengkayuh perahunya menuju tepi danau.
(nama kamu) melewati Iqbaal dan Adiba tanpa memberi sapa pada kedua sahabatnya itu.
"Gue duluan yah. Ada yang galau nih." Kak Bima menunjuk (nama kamu) di depannya yang sedang memasang wajah super duper ngeselin.
Iqbaal dan Adiba saling tatap menatap bingung.
***
Brukk
(nama kamu) menghempaskan tubuhnya ke kasur kesayangannya. Menenggelamkan wajahnya ke bantalnya. 'Kenapa sih, kenapa gue kayak gini. Gue itu gak suka sama dia. Kenapa gue harus sakit hati begini? Sejak kapan gue suka sama dia'
Ckrek
(nama kamu) mendongakkan kepalanya agar bisa melihat siapa yang datang. "Eh kak, ngapain?" (nama kamu) segera mengusap pipinya yang basah karena air mata. "Lo habis ngapain? Sembab gitu, nangis?" Kak Bima segera duduk di tepi tempat tidur. "Enggak, gak ada apa-apa kok."
Tring
(nama kamu) segera mengambil handphonenya yang berada di nakas.
/Line\
Iqbaal : Lo kenapa tadi?(nama kamu) menghela napasnya sebentar lalu meletakkan handphonenya sembarang. "Siapa?" Kak Bima hanya pura-pura tidak tahu, padahal dia kan duduk tepat di samping (nama kamu). (nama kamu) hanya menggelengkan kepalanya lalu mengusap wajahnya pelan. "Orang iseng kak."
"Lo kenapa sih? Cerita dong. Buat apa punya kakak kalo gak punya peran apa-apa?" Kak Bima, merangkul pundak adiknya itu.
"Gue... gue.." (nama kamu) belum sempat mengatakan bahwa ia menyukai Iqbaal. Tiba-tiba air matanya turun dengan segera ia mendekap kakaknya.
Kak Bima mengelus pelan punggung adiknya. "Udah, kalo gak kuat jangan cerita. Kakak udah tau kok."
(nama kamu) mendongakkan wajahnya. "Maksud kakak?"
"Lo suka kan sama Iqbaal?"
"Hmmmm...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking for You
FanfictionPergilah sesukamu. Jika kamu di takdirkan berjodoh denganku. Sejauh apapun kakimu melangkah. Kamu pasti akan kembali ke titik awal. _______ Aku tahu bahwa hati akan selalu berlabuh entah kamu atau di manapun itu. _______ Copyright ©2015 mrchhpsr