"Hahaha, apaan sih." Adiba mengibaskan tangannya di depan muka Iqbaal, ya gadis itu memang Adiba. Semua terkekeh melihat tingkah kedua sahabatnya itu.
Apa mereka lupa, bahwa salah satu di antara mereka merasa tak di anggap? Padahal dia kan tuan rumah disini. (nama kamu) bangkit dari duduknya dan pergi keluar kamar tanpa disadari oleh mereka.
Tap
Tap
Tap
(nama kamu) menuruni anak tangga satu persatu. "Loh, ngapain lo disini?" Kakak (nama kamu) menatapnya heran, bukankah jika ada acara seperti ini dia selalu di kamar dan tidak pernah turun?
(nama kamu), gadis itu menggeleng pelan lalu mengambil segelas air jeruk buatan kakaknya lalu pergi ke ruang keluarga.
Mungkin ada film menarik yang bisa ia tonton, batinnya. Kak Bima hanya melihat tingkah adiknya yang berubah lalu menghampirinya.
***
"Hahahahhha, gak lucu tau, Ki!" Ucap Salsha terbahak-bahak mendengar lelucon Kiki barusan. "Eh tunggu-tunggu kok gue ngerasa ada yang kurang ya." Salsha mengangkat jari telunjuknya, menghitung satu persatu sahabatnya.
1
2
3
4
5
..
"Loh, (nama kamu) mana?" Salsha melirik sahabatnya. Mereka saling tatap menatap sambil mengangkat kedua bahunya.
Salsha langsung berlari ke bawah, (nama kamu) pasti sedang disana, pikirnya.
Salsha menghentikan langkahnya di tangga nomor 3 dari bawah. Ia melihat seorang gadis sedang menangis sesenggukan ditemani seorang pria.
"Harusnya lo jujur sama perasaan lo, kalo kayak gini bakalan nyakitin diri lo sendiri."
"Tapi gue gatau kak, gue bingung sama perasaan gue."
'Perasaan? (nama kamu) kenapa?' Salsha bingung atas obrolan (nama kamu) dan kak Bima.
'Gue tau lo sama Iqbaal udah sahabatan lama, tapi lo tau kan? Sahabat bisa jadi cinta (nama kamu).."
Salsha menutup mulutnya tak percaya, lalu mencoba mendengarkan lebih jauh lagi.
'Jadi gue ha...."
Puk
Belum sempat Salsha menguping lebih jauh ada tangan yang menepuk punggungnya pelan. Refleks dia menoleh, didapatinya Aldi, menatapnya penuh pertanyaan.
Salsha melirikkan matanya ke arah (nama kamu) dan kak Bima lalu menyuruh Aldi untuk ikut dengannya kembali ke atas.
"Sal, kenapa (nama kamu) nangis tadi?" Di sela-sela perjalanan menuju kamar (nama kamu) Aldi mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi di simpan di otaknya.
"Udah nanti aku ceritain, kalo sekarang belum tepat." Salsha tersenyum lalu membuka pintu kamar (nama kamu).
***
"Ya udah sekarang apus air mata lo dan balik ke kamar, keburu di cari." Kak Bima, mengusap air mata di pipi (nama kamu) sambil tersenyum, sungguh malang adiknya ini. (nama kamu) mengangguk dan tersenyum lalu bangkit dari duduknya.
***
Cklek
Semua orang di dalam kamar langsung melihat siapa yang datang.
"Ngapain pada liatin gue begitu? Cantik ya?" Ucap (nama kamu) dan langsung duduk di samping Salsha. Salsha dan Aldi saling tatap menatap. "Habis ngapain lo? Sembab gitu?" Bastian menatap tajam wajah (nama kamu).
Dengan cepat (nama kamu) mengalihkan pertanyaan Bastian. "Tadi gue abis cuci muka dan mata gue jadi merah." (nama kamu) tersenyum tipis lalu melihat sahabatnya satu persatu.
"Kok lama banget?"
"Khawatir ya?"
"Nggak juga. Hahahha"
Mereka pun terkekeh. Kecuali Salsha dan (nama kamu). Salsha melirik (nama kamu) yang tersenyum kecut, ia tahu gadis itu masih sedih.
***
"Gue nginep rumah lo ya?" Salsha sedikit memaksa (nama kamu) untuk menginap agar bisa mewawancarainya, tanpa menolak (nama kamu) pun mengangguk.
Memang Salsha sering menginap tetapi bukan di malam minggu melainkan malam senin, agar bisa mengerjakan tugas bersama katanya.
"Tadi lo bilang apa?" Ucap laki-laki yang baru muncul dibelakangnya. "Mau nginep." Ucap Salsha polos. "Lah ngapain?" Ucap Iqbaal sedikit tidak santai. "Ya terserah gue dong! Lo sendiri ngapain belum pulang?" Ucap Salsha yang tak kalah sewot.
Iqbaal tersenyum puas. "Lo lupa ya?" Yak, setiap malam minggu Iqbaal pasti menginap di rumah (nama kamu). Salsha menepuk jidatnya pelan, sangat malu. "Ah bodo amat, gue ke kamar dulu ya (nam..), wle!" Salsha menjulurkan lidahnya dan langsung pergi ke kamar (nama kamu) yang berada di lantai dua.
"Eh (nam..) gue laper nih, cari makan yuk!" Iqbaal memasang wajah melasnya agar bisa membujuk (nama kamu). "Tadi kayaknya Ibu gue masak. Bentar ya gue liat."
***
Iqbaal membuntuti (nama kamu) ke dapur. "Gimana?" Iqbaal menyenderkan tubuhnya di tembok. (nama kamu) menggeleng pelan. "Habis, Baal. Gue lupa kalau tadi Kiki sama Bastian makan-makan." (nama kamu) nyengir dan menggaruk tengkuknya.
"Gue masakin aja deh." Ucap (nama kamu) tersenyum. Iqbaal tersenyum lebar. "Emang bener-bener gak salah pilih gue, calon istri gue baik banget." Iqbaal terkekeh. "Apasih lo!" (nama kamu) terkekeh mendengar ucapan Iqbaal lalu segera pergi memasak.
Iqbaal, pria itu memandangi (nama kamu) yang sedang memasak makanan untuknya.
'Kalo suatu saat (nama kamu) udah punya suami, apa iya dia mau masak buat gue kayak gini?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking for You
FanfictionPergilah sesukamu. Jika kamu di takdirkan berjodoh denganku. Sejauh apapun kakimu melangkah. Kamu pasti akan kembali ke titik awal. _______ Aku tahu bahwa hati akan selalu berlabuh entah kamu atau di manapun itu. _______ Copyright ©2015 mrchhpsr