Hi, there.

471 43 6
                                    

"Would you be my girlfriend?"

"Iqbaal? Are you serious?"

"Yes, of course. Would you be mine?"

"Yes, yes I would."

***

"Sal, gue ke kamar dulu ya mau ngambil hp gue ketinggalan nih hehe." Ucap (nama kamu) pelan. "Iya jangan lama-lama ya." Salsha tersenyum melihat sahabatnya yang tegar itu.

"Cieeeee iqbaal sama adiba pajak jadiannya dong." Teriak kiki dan bastian serentak. "Apaan sih, pada ngiri ya?" Ledek salsha pada mereka berdua. "Yakali gue ngiri, kita mah udah pada punya kali!" Ucap bastian sewot.

Mereka pun pergi menuju ruang keluarga (nama kamu) terkecuali Iqbaal dan Adiba.

"Baal.." Adiba duduk disamping Iqbaal. "Hmm?" Jawab Iqbaal sembari menggegam tangan Adiba. Mereka berdua sekarang berada di depan kolam renang di rumah (nama kamu). "Aku nggak nyangka kamu bakalan nembak aku."

Adiba tersenyum melihat Iqbaal. "Hahahhaa, kenapa gitu? Coba liat wajah aku." Tangan Iqbaal kini berada di kedua pipi Adiba lalu mengarahkan wajah Adiba agar bisa menatapnya.

***

Suara tangis yang tak terdengar. Menyatu bersama angin yang berhembus kencang hari ini. Gadis ini, (nama kamu) tengah berdiri di balkon kamarnya dan menyaksikan Iqbaal dan Adiba di bawah sana.

'Harusnya gue bahagia ngeliat sahabat gue jadian sama sahabat gue sendiri.'

(nama kamu) terus melihat kebawah, melihat Iqbaal dan Adiba yang sedang bermesra-mesraan.

Ckrek...

Terdengar suara pintu terbuka dengan pelan, dengan langkah cepat (nama kamu) menghapus bekas air matanya.

Puk

Seseorang menepuk bahu (nama kamu) pelan.

"(nam...) lo harus kuat. Masih ada gue disini."

"Salsha? Maksudnya harus kuat?" (nama kamu) tersenyum hambar. "Lo harus kuat (nam..) gue tahu lo cinta sama Iqbaal." Salsha meletakkan kedua tangannya di atas bahu (nama kamu).

Hiks hiks..
(nama kamu) kembali menangis, kali ini ia tidak menangis sendiri. Ia menangis di pundak Salsha, orang yang selalu ada di sampingnya.

Mungkin baginya Iqbaal orang yang jahat, orang yang tidak mengerti akan perasaannya.

Tapi (nama kamu) sadar, Iqbaal hanyalah sahabatnya, tidak lebih.

***

"Dib, coba liat mata aku. Apa ada tanda bahwa aku bohong sama kamu?" Ucap Iqbaal meyakinkan Adiba sambil tersenyum manis.

"Iya, aku percaya kok sama kamu, percaya banget." Adiba melepas tangan Iqbaal yang masih berada di pipinya.

Sssstttt

"Dooorrr! Cielah pada ngapain nih berduaan. Pada mau makan gak?" Kiki dan Bastian mengagetkan mereka berdua.

Ck

Iqbaal berdecak, sebal. Bagaimana mungkin, Kiki dan Bastian telah menghancurkan acara romantis ini.

"Udahlah, Baal. Lagian kamu juga laper kan?" Adiba beranjak dari duduknya dan menunggu Iqbaal berdiri.

Iqbaal berdiri dengan wajah ditekuk seperti habis tertampar. "Ya ampun gitu aja ngambek, jangan baper dong!" Bastian, laki-laki ini berusaha menghibur sahabatnya yang sedang bermuram durja.

Bastian dan Kiki merangkul Iqbaal yang masih dengan ekspresi yang sama dan menuntunnya menuju ruang makan.

***

"Salsa, (nama kamu) ayo ma...." ucapan Aldi terpotong. Kedua gadis itu langsung menoleh ke sumber suara.

Didapatinya Aldi yang sedang berdiri dengan wajah bingungnya. Jelas saja, (nama kamu) sedang menangis. "Kok nangis? Kenapa?" Tanya Aldi ragu pada Salsha.

Salsha hanya mengedip-edipkan matanya, pertanda agar Aldi tidak kepo terlebih dahulu.

"Ya udah, makan yuk. Pasti udah pada laper kan?" Ucap Aldi mengalihkan pembicaraan.

"Duluan aja bisa gak, Di?" Ucap (nama kamu) pelan karena tidak ingin Aldi merasa terusir. "Gue masih ada perlu sama Salsha."

Aldi mengangguk lalj bergegas pergi dan menutup pelan pintu kamar (nama kamu).

"Udahlah (nam..) gak ada yang perlu di tangisin. Di dunia ini, masih banyak cowok lain yang mau sama lo." Salsha mengikuti (nama kamu) yang duduk di tempat tidur.

"Tapi apa gue bisa? Apa gue bisa ngegantiin posisi Iqbaal di hati gue? Sedangkan hati gue udah tertata rapi buat dia."

Salsha merangkul (nama kamu). "Gue tau (nam..), tapi gue juga tau (nama kamu) yang gue kenal gak kayak gini. Dia cewek yang hebat, yang kuat. Gue tau lo pasti bisa."

(nama kamu) melihat Salsha. "Makasih ya, Sal. Lo emang sahabat gue yang paling baik, yang bisa ngertiin gue. Oke! Mulai sekarang gue harus ngelupain Iqbaal." (nama kamu) menepuk-nepuk dadanya pelan.

Salsha tersenyum melihat sahabatnya kini bisa tersenyum kembali, walau belum seutuhnya.

***

"Kalian darimana sih kok lama banget." Ketus Iqbaal sambil melahap makanannya.

(nama kamu) hanya tersenyum tanpa menatap Iqbaal.

"Habis ngobrol tadi di kamar." Ucap Salsha dengan gayanya yang santai. "Loh, Adiba mana?" Tanya (nama kamu) kepada teman-temannya.

"Tadi sih bilangnya ke toilet." Ucap Iqbaal yang lagi-lagi jawababnnya tidak diindahkan oleh (nama kamu).

"Kenapa sih lo?"

"Gue?"

"Iyalah siapa lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Looking for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang