Chapter 4 [Si Cantik, Luka.]

236 15 7
                                    

Holaa, chapter kali ini panjang bangett :( semoga kalian ga bosan. Ada beberapa hal penting yang harus aku jelaskan sebelum lanjut ke pertemuan mereka setelah lima tahun. Aku coba seringkas yang aku bisa, tapi karena menurut aku ini penting banget jadi ga terlalu banyak juga yang bisa aku pangkas :(. Oh iya, sebelum lanjut, baca duluu Flashback Chat Karin Aksara Vol 4 dan 5 sama Picture From the Past mereka yang ke dua di instagram aku: @ecaa.depari. Udah aku sematin kok, dan link instagram nya ada di bio aku. thx.

Enjoyy guys, muach!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoyy guys, muach!

---

Chapter IV [Si cantik, luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter IV [Si cantik, luka.]

Kali pertama Aksara bertemu dengan Karin adalah saat usianya lima belas tahun, yang artinya itu sudah dua belas tahun silam. Saat itu, Aksara duduk di bangku kelas dua SMA, dan merupakan seorang wakil ketua osis di SMA Trinusa Bangsa, Jakarta. Sekolah mereka akan ada perayaan memperingati hari ulang tahun sekolah yang ke dua puluh lima. Karena ini merupakan pesta perak, perayaan yang dibuat juga lebih meriah dari biasanya. Apalagi, mereka mengundang serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beserta beberapa jajarannya, sehingga sudah pasti persiapan yang dilakukan tidak main-main.

Tiga hari sebelum acara, seluruh seragam dari team marching band tiba, maka Aksara meminta seluruh anggota marching band mengambil seragam langsung di ruang osis. Aksara sangat sibuk membuka box, memastikan dengan teliti bahwa nama yang tertera pada seragam dan ukurannya sudah sesuai sebelum menyerahkan pada si empunya, lalu membubuhkan paraf pertanda seragam itu sudah diterima. Awalnya berjalan dengan seperti itu sampai sepasang matanya yang lelah secara tidak sengaja menangkap seorang wanita cantik yang berdiri ikut antri mengambil seragam. Aksara mudah sekali mengingat nama dan wajah orang sehingga dia yakin betul kalau wanita itu bukan anggota marching band, dan... bukan juga partisipan dalam perayaan. Jujur, dia terlihat asing- dan sangat cantik tentu saja, tapi Aksara saat itu lebih fokus pada asing. Aksara belum pernah melihatnya sebelumnya. Tapi dari dua garis hitam pada dasinya, menunjukkan bahwa mereka satu angkatan.

In Love With the PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang