Chapter 1 (Kembali Pulang)

693 23 0
                                    

Flashback On

"Pokoknya nanti kalo udah nikah kita harus beli villa di Malang, Sar!" Karin berujar antusias. Namun mendapati tidak adanya respon dari Aksara membuatnya dengan kesal menoleh pada pria yang tengah fokus di balik kemudi.

"Ck! Kamu denger aku ga sih?" Karin berdecak.

"Denger sayang," Ujar Aksara pelan, sembari mengelus lembut kaki karin yang diselonjorkan di pangkuannya.

"Denger apa coba?" Karin masih terdengar kesal.

"Kalo udah nikah, nanti kita harus beli villa di Malang. Right?" Aksara tersenyum, menampilkan sebelah lesung pipi yang manis.

"Absolutely right!!" balas Karin kembali tersenyum antusias, lalu sepersekian detik kemudian kembali memasang wajah kesal, "Yang bener mijitnya, Aksa ih! masih pegel nih, gara-gara kamu."


———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

CHAPTER 1 [Kembali Pulang]

Aksara melepas kancing teratas kemejanya dengan tidak sabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksara melepas kancing teratas kemejanya dengan tidak sabar. Hoodie abu-abu yang membungkus tubuh bagian atasnya sudah lebih dulu ditanggalkan, namun tidak mengurangi gerah yang dirasakan. Kemeja biru mudanya sudah terlihat kusut di beberapa bagian dan terasa lengket di bagian punggung. Cuaca Surabaya yang sedang panas-panasnya memang tidak pernah gagal merusak mood nya sejak dulu. Lima tahun tidak berkunjung sekalipun ke Kota Ini tentu Membuat Aksara harus kembali beradaptasi saat Surabaya seolah menghadiahinya dengan Matahari pribadi begitu keluar dari Juanda tadi. Dengan sebelah tangan yang terbebas dari kemudi, Aksara mengambil botol minuman di sebelahnya. Sambil terus berusaha fokus dengan kemudinya, Aksara membuka tutup air mineral dengan satu tangan lalu menegaknya hingga tandas.

Sialnya, AC mobil yang dikirimkan oleh–entah siapapun itu nama pria suruhan papanya tadi malah rusak, membuatnya serasa seperti sedang simulasi di neraka saat ini. Keinginan untuk membuka jendela muncul di benak, namun dia urungkan lantaran menyaksikan bagaimana udara dari luar yang juga panas dan penuh polusi dari asap kendaraan. Aksara melirik arloji mewah di pergelangan, putaran jarum jam disana terasa melambat di tengah jalanan yang macet dan padat. Dilihat dari kesialan yang Aksara alami, sepertinya, sama seperti dia yang sebenarnya tidak sudi kembali ke Kota ini, Surabaya juga lebih tidak sudi menyambutnya lagi.

In Love With the PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang