Holaa aku up. Semoga kalian belum bosan yaa. Seperti biasa jangan lupa baca flashback chat Karin-Aksara Vol 10 di instagram aku @ecaa.depari. Postingannya sudah aku sematin dan link instagram ada di bio profil aku ya, oiya mulai chapter 10 nanti aku bakal aktif banget di ig jadi jangan lupa follow ig aku biar kalian ga ketinggalan. THX.
Muach!
Bagaimana mungkin aku mengabaikan kamu, yang pergerakan kecilnya pun mampu mempesona penglihatanku.
Chapter 9 [Diantar Pulang]
Aksara menghela langkah ke ruangan Karin, mengambil tas wanita itu yang tersampir di sandaran kursi lalu mulai menyusun barang-barangnya untuk dimasukkan. Setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, barulah Aksara keluar dan menutup ruangan. Begitu kembali, dia melihat Karin sudah mulai mengaitkan heels dengan susah payah.
"Kok dipasang lagi?"
"Kan mau pulang. Yakali aku nyeker, Aksa."
Aksara berdiri di hadapan Karin, merasa ngilu kaki yang terluka itu kembali dipasangkan dengan heels. "Ga usah aja. Entar kita turun agak sorean biar udah gaada orang. Nyeker dulu aja, Karin." Waktu memang sudah menunjukkan pukul lima sore.
Karin protes, "Ih ga mau, pasti ada yang lembur. Jelek banget kalo keliatan nyeker!"
Karin masih terus memaksakan kaitan pada heels itu, membuat Aksara ngilu sendiri. "Yaudah aku minta satpam beli sendal di minimarket depan. Gausa di pake dulu heels nya, entar memar lo yang tadi."
Karin menghentikan kegiatannya, "Oiya. Kenapa ga gitu aja ya?"
Aksara membuang nafas lalu mulai mendekati meja kerjanya untuk meraih gagang telepon disana. Dia menekan beberapa kode angka yang menyambungkan langsung pada resepsionis di lantai satu. Begitu panggilannya diterima, Aksara menyampaikan tujuannya agar dibelikan sepasang sandal wanita dengan ukuran 38 di minimarket terdekat untuk segera diantarkan ke ruangannya. Hal yang membuat pihak resepsionis sedikit bingung, namun tanpa protes langsung menyanggupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With the Pain
RomanceBagi Aksara, Karin adalah dunianya. Karin adalah alasan dia ingin bangun pagi tepat waktu hanya agar bisa menjemput gadis itu terlebih dahulu. Karin adalah alasan dia belajar menuliskan puisi-puisi romantis hanya demi bisa melihat wanita itu membaca...