6

156 30 3
                                    

Amelia mengangkat gelas winenya hendak membenturkannya dengan gelas Winter yang memang sudah berdiri mengangkat gelas juga. Tapi Winter segera memberikannya kedipan mata yang membuat Amelia bingung.

"Mulai," ucap Amelia dan melemparkan air wine yang ada di gelasnya ke wajah Amelia yang segera basah kuyup.

Marco yang menyaksikan apa yang dilakukan tunangannya segera berlari mendekat. Dia menatap Winter dengan marah. "Winter, apa yang kau lakukan?"

Amelia segera meraih lengan Marco dan menangis. Sungguh pandai karena airmata itu segera berjatuhkan. "Marco, kau akhirnya datang. Nona Winter sungguh keterlaluan." Amelia menunjuk dengan sedih ke arah Winter.

Marco bingung. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa bersama?"

Amelia dengan tenang menceritakan, "nona Winter menyuruhku datang, mana berani aku tidak datang. Aku sudah memberitahunya bahwa aku tidak ingin bertengkar dengannya tapi dia tetap membuat masalah denganku. Marco, tidak masalah dia menindasku, tapi bagaimana bisa dia mengatakanmu seekor anjing. Jadi aku bertengkar dengannya untuk membelamu."

Wajah Marco memerah kesal menatap pada tunangannya. "Winter, di matamu aku hanya seekor anjing?"

Telunjuk Winter mengarah ke Amelia. "Jangan dengarkan yang dikatakan rubah licik itu. Marco, aku tunanganmu.

"Winter ...." Marco sudah luluh dan segera hendak mendekat.

Tapi dengan cepat Amelia meraih tubuh Marco dan berpura-pura lemah. Dia hampir jatuh dan Marco dengan segera meraih tubuh Amelia, membawanya dalam gendongannya.

"Marco, berani sekali kau menggendongnya di depanku," protes Winter dengan tidak senang.

"Nyawa lebih penting. Aku akan menjelaskannya nanti." Marco sudah hendak berlari pergi tapi Dona datang melempari Marco dengan tasnya. Membuat Marco menghentikan langkah dan menatap Dona dengan tidak senang. "Winter, awasi sahabatmu. Jangan sampai aku membuat perhitungan dengannya." Dan Marco yang dipenuhi dengan kekhawatiran segera melangkah pergi.

"Jika kau pergi, jangan pernah harap kau bisa kembali lagi bersamaku!" seru Winter akhirnya.

Begitu Marco hilang dari pandangan mereka, kedua segera tersenyum dengan lebar. Winter menepuk tangan dengan lega dan bahagia. Dia bersedekap memberikan tatapan penuh muslihat.

Winter dan Dona kemudian meninggalkan tempat itu bersama.

"Kau benar-benar berhasil membuat dirimu menjadi menyedihkan, Winter."

Winter tertawa dengan riang. "Tentu saja. Aku seorang gadis yang selalu mendapatkan apa yang aku mau tiba-tiba kalah oleh pihak ketiga. Bukankah itu sangat menyedihkan."

"Hati-hati saja ayahmu akan membuat perhitungan denganmu."

"Siapa yang peduli. Selama aku mendapatkan yang aku mau." Winter mengangkat tangan dengan bahagia. "Karena aku sudah berhasil, saatnya pergi ke bar dan mabuk. Ayo."

Keduanya melangkah sambil bernyanyi riang.

***

Ewan sedang duduk di kursi kerjanya saat wajahnya terlihat tidak tenang. Beberapa kali dia memeriksa layar ponsel seolah hendak memastikan sesuatu di sana. Dan beberapa kali juga dia tampak kecewa saat tidak menemukan apa pun.

Segala gerakannya tidak lepas dari pengamatan sang asisten. "Bos, ada sesuatu yang tidak yakin harus aku katakan atau tidak kukatakan."

"Jangan katakan kalau tidak yakin."

"Ini soal nona Winter."

"Apa hubungannya dia denganku?" timpal pria itu dingin.

Vernon yang mendengarnya hanya memberikan anggukan dengan senyuman yang disembunyikan. Dia kembali menatap ke dokumen berpura-pura tidak menyadari betapa penasarannya si bos.

Dan Ewan menyerah. Dia tidak dapat menahan untuk tidak bertanya. "Ada apa dengannya."

Vernon yang mendengarnya tersenyum lebih lebar. Dia mendekatkan wajahnya. "Saya mendapatkan kabar kalau hari ini nona Winter mendatangi selingkuhan tunangannya."

Wajah Ewan berubah tidak menyenangkan.

"Saya juga mendengar dia mendapatkan banyak kerugian."

Ewan dipenuhi dengan pikiran buruk. Dia ingat perkataan Winter yang mengatakan akan mendatangi wanita itu, Ewan pikir itu hanya perkataan impulsif seorang gadis yang sedang sakit hati. Siapa sangka Winter benar-benar melakukannya. Ewan harusnya menghentikannya.

Menyelesaikan pekerjaannya dengan terburu-buru, Ewan masuk ke mobil. Asistennya yang menyupirinya. Ewan tidak habis pikir betapa besar cinta Winter untuk Marco, sampai gadis itu sendiri mendatangi selingkuhannya. Kecewa dan sakit hatinya Ewan membuat dia terlihat lebih menyeramkan dari biasanya.

Vernon mematikan sambungan teleponnya. Dia menatap ke spion dan melihat wajah buruk bosnya. "Saya baru saja mendengar kabar," ucap Vernon yang memang mendengar dari temannya kalau dia melihat Winter di sebuah bar. "Bahwa nona Winter yang mendapatkan banyak kerugian sakit hati dan pergi ke bar."

"Bar mana?"

"Bar Viskel."

"Pergi ke sana. Cepat!"

Vernon segera mengebut dan hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai ke sana. Mereka tiba denga cepat di mana Ewan langsung turun dari mobil dengan mobil yang belum sepenhnya berhenti. Buru-buru dia mengejar dan melangkah di belakang bosnya.

Mereka tiba di dalam bar dan Vernon tercengang menemukan leluhur kecil itu sedang tertidur duduk di sofa dan ada seorang pria di dekatnya yang sudah hendak menciumnya.

Ewan tanpa kata melangkah mendekat, meraih kepala pria itu dan memukulnya kemudian menendangnya pergi. Semua orang yang ada di sana melihat dengan takut. Tidak ada kalangan atas yang tidak mengenal Ewan. Jadi mereka patut waspada.

Winter sibuk memanyunkan bibirnya dengan tubuh mabuk tidak terkendali. Dia memicingkan mata menemukan satu wajah ada di depannya yang cukup dikenalinya. Telunjuk gadis itu mengarah ke wajah sosok tersebut. "Kau siapa?" tanyannya tanpa dosa melihat wajah yang siap menelannya habis. "Kau baru di sini?" tanya Winter lagi dengan senyuman menggoda. Dia meraih dasi sosok tersebut.

Ewan meraih tangan Winter dan menghempaskannya. "Winter, lihat dengan benar. Siapa aku."

Dona yang melihatnya segera memberikan peringatan dengan mendekati Winter dan membisikkannya. Tapi Winter yang sudah mabuk jelas tidak peduli. Dia menepis Dona dan segera berdiri, lalu dia meraih kerah kemeja Ewan dan menariknya. Pria itu jatuh ke atasnya dengan tanpa pertahanan.

Dona yang melihatnya hanya bisa meringis dan memilih melarikan diri. Tapi Dona kemudian tersenyum memberikan semangat lewat pandangannya.

"Aku tidak peduli siapa kamu. Malam ini aku memilihmu untuk menemaniku." Winter sudah manyun hendak mencium. Tapi Ewan segera meraih tubuhnya dan menggendongnya. Membawanya pergi dari bar itu dan menatap semua orang yang segera menunduk tidak ada yang berani menantang matanya.

Dia melempar Winter masuk ke mobil. Kemudian merapikan sendiri pakaiannya dan ikut masuk ke mobil. Duduk dengan kesabaran penuh di dalam mobil itu, Ewan mengangguk ke arag Vernon agar segera menjalankan mobilnya. Mobil melaju meninggalkan tempat tersebut. Tapi hanya beberapa meter saat Winter mulai melakukan sesuatu yang tidak lagi dapat ditolerir.

Gadis itu merangkak mendekat ke arah Ewan. Dan mulai naik ke pangkuan pria itu. Ruang mobil yang cukup besar mempermudahnya, membuat Ewan sendiri yang kewalahan menyingkirkannya.

Vernon yang melihat itu dari spion hanya bisa meneguk ludah dengan susah payah. Apalagi saat Winter mulai menggerayangi tubuh Ewan.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Beautiful Trap (SEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang