11

131 33 1
                                    

Winter yang tidur semalaman di rumah Dona harus dibangun paksa oleh Dona pagi harinya. Itu karena mereka begadang dengan curhatan-curhatan Winter seputar Ewan. Dona menyerahkan ponsel ke Winter yang baru saja membuka mata dengan malas. Mengatakan kalau orangtua Winter terus menghubunginya.

Saat Winter mengecek ponselnya, dia mendapatkan pesan dari ibunya kalau ayah Ewan sudah kembali dari perjalanan keluar negeri. Itu membuatnya bangun, bukan karena pria tua itu kembali tapi karena tujuannya kembali. Si tua itu mau membicarakan masalah pertunangannya dengan Marco. Itu membuat Winter harus segera bertindak,

Dengan cepat dia mengenakan pakaian dan membawa Dona pergi ke hotel di mana Marco memiliki kamar pribadi di sana. Saat mengetuk pintunya, Amelia sudah menunggu dengan tidak sabar. Mengatakan kalau Marco ada di kamar sedang tidur, Winter menyerahkan ponsel ke Dona untuk merekam.

Kemudian Winter mengambil air di teko kaca itu dan membawanya ke kamar. Dia menyiram air itu ke wajah Marco yang tertidur pulas. Kemudian pertengkaran terjadi dengan Amelia yang ikut terlibat ke dalammnya. Amelia juga mengatakan soal dia hamil yang pikir Winter adalah dia melakukannya dengan sengaja. Untuk membuat segalanya menjadi lebih rumit bagi Marco.

Winter dan Marco kembali ke rumah utama keluarga Thomson. Di sana sudah menunggu orangtua Winter dan ayah dari Ewan yang merupakan kakek dari Marco.

Mereka sibuk membicarakan pernikahan tapi Winter menjatuhkan bom dengan mengatakan perempuan yang tidur dengan Marco hamil. Si tua itu marah besar dan memukul Marco. Bahkan mengatakan agar Marco mengakuinya. Tapi Marco bersikeras mengatakan tidak melakukannya.

Tidak lama Ewan juga datang dan menemukan gadis yang dicarinya semalaman baik-baik saja, dia tidak bisa tidak merasa lega. Meski dia marah tentu saja.

Winter mengeluarkan kartu terakhirnya. Mengatakan kalau dia pernah memergoki Marco selingkuh dan Ewan ada di sana bersamanya. Ayahnya bertanya pada Ewan, Ewan menyerahkan pada Marco mengakui kejahatannya sendiri.

Marco yang tersudut dengan kesal mendekati Winter dan menamparnya. Membuat semua orang segera terkejut dengan Ewan yang menendang kaki Marco.

Winter menangis memegang pipinya. Menatap pada Ewan dengan mata mereka yang bertemu sesaat. Kemudian orangtuanya membawa Winter pergi dengan menyisakan Marco yang diadili oleh Ewan dan kakeknya. Permintaan maaf yang dilayangkan Marco tidak diterima oleh siapa pun.

Setelah adegan drama sehari itu, Winter mengurung diri di kamar. Orangtuanya coba membujuk tapi dia bersikeras tidak mau membuka pintu. Itu membuat orangtuanya menyerah. Winter baru keluar kamar esok harinya saat mendengar Amelia yang ingin bertemu di rumah sakit. Siapa sangka saat dia datang ke sana, Amelia malah menunjukkan hasil USG yang menyatakan dia benar-benar hamil.

Winter memegang kertas itu dengan wajah datar. "Aku pikir kau sengaja mengatakan hamil untuk membuat segalanya lebih meyakinkan."

Amelia memegang perutnya dengan tatapan mengarah ke Winter. "Jadi bagaimana, apakah aku harus mempertahankannya atau menggugurkannya?"

Winter yang mendengarnya menatap Amelia. "Kau cukup bersikap dingin, Amelia. Aku pikir kau akan memohon agar aku mengizinkanmu mempertahankannya. Tidak kusangka kau bahkan siap menggugurkannya jika aku mengatakannya."

"Kau juga cukup kejam pada dirimu sendiri." Amelia menatap pipi Winter yang memiliki bekas cetakan jari. "Marco yang memukulmu?"

"Tamparan yang aku terima tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Marco yang sepertinya tidak bisa berjalan beberapa waktu." Winte tersenyum. Ingat saat Ewan menendang Marco.

Amelia mengangguk tapi tidak bisa tersenyum seperti Winter yang memang selalu menantang segala hal dalam hidupnya. Memiliki sisi lain yang cukup menantang dibalik kelembutan sang gadis muda itu. "Dia pantas mendapatkannya," komentar Amelia.

"Anak itu, kau pertahankan saja dulu. Akan ada yang memutuskannya untukmu. Si tua Thomson itu pasti akan segera mendatangimu dan lihat apa yang akan dia lakukan pada anak itu." Winter berlalu pergi setelah mengatakannya.

Dengan bibir lesu dan langkah lunglai, gadis itu keluar dari rumah sakit. Dia melangkah dengan perlahan dan menunduk tapi begitu tiba di gerbang rumah sakit, dia sudah menemukan mobil di depan gerbang besar itu, terparkir apik dengan Vernon yang berdiri di dekat pintu mobil di mana Vernon sejak tadi menunggu dirinya ditatap. Saat Winter menatapnya, Vernon memberikan senyuman sedikit canggung.

Winter menatap sebentar dan kemudian melengos dengan langkah meninggalkan.

"Berani melarikan diri lagi, aku akan membuat tidak ada tempat bagimu di kota ini lagi."

Winter yang mendengarnya berbalik. "Kau gila."

Ewan keluar dari mobil dan bergerak ke arah Winter. Berdiri di depan gadis itu dan menyentuh pipinya. "Sudah, jangan berbuat ulah lagi," ucanya selembut kapas. Siapa pun yang akan mendengarnya pasti akan merasakan betapa sayangnya Ewan pada gadis muda itu.

"Lalu kau tahu di mana letak salahmu?" tanya Winter tidak mau langsung berdamai.

"Jika Susan bisa membuatmu begitu marah padaku. Bisakah aku mulai sekarang memikirkan hubunganmu dengan Marco dan memupuk kecemburuanku?"

"Ini berbeda!" seru Winter. Mengingat dulu Ewan sampai bertengkar dengan ayahnya karena ayahnya mengirim Susan pergi. Itu membuat Winter berpikir kalau Ewan masih mau bersama wanita itu. Lagipula Ewan juga membuat pernikahan mereka menjadi pernikahan rahasia. Bukankah itu karena Ewan memang tidak mau Susan tahu?

"Apa bedanya?"

"Tidak ada. Aku lelah." Wajah itu memang menunjukkan kelelahan.

Ewan menyerah. Dia mengangguk kemudian. "Kalau begitu aku akan mengantarmu kembali dulu. Tunggu aku malam ini. Aku ada acara makan malam."

Mendengarnya Winter tidak mengatakan apa pun. Dia hanya melangkah mengikuti Ewan masuk ke mobilnya.

***

Ewan sendiri mengadakan makan malam bisnis dengan beberapa kolega termasuk ayah Winter juga yang sedang membujuknya untuk tetap bekerjasama meski Winter dan Marco memang sedang bermasalah. Ewan yang sangat profesional tentu saja setuju. Dia tidak akan menghancurkan bisnisnya hanya untuk keponakannya yang tidak memiliki otak. Apalagi Ewan memang tidak terlalu menganggap Marco sebagai keponakan. Itu karena Marco lahir dari simpanan kakaknya. Sedangkan Ewan begitu menghargai kakak iparnya tersebut. Membuat dia membenci kelahiran Marco. Tapi hanya karena ada darah kakaknya di tubuh Marco, itu yang membuat Ewan tidak pernah benar-benar bisa menyingkirkan sosok itu di keluarganya.

Seorang kolega tua dengan kumis tipisnya segera tertawa dengan kencang menarik perhatian semua orang. Dia meminta seorang wanita yang ada di sana untuk menuangkan anggur ke gelas Ewan. Wanita itu mengangguk dan segera mendekat dengan tampilan agak genit. Dia sudah mengambil anggur dan hendak menuangkan. Tapi Ewan segera menutup gelasnya dengan satu tangan. Menghalangi wanita itu lebih dekat. Apalagi dengan tatapan dinginnya. Siapa yang berani mengikis jarak mereka.

"Ewan, kau masih saja kaku seperti sebelumnya. Kau sampai menakuti gadis muda itu," ucap si pria kumis.

Ewan tersenyum tipis. "Ada kelinci kecil yang begitu pecemburu di rumah. Aku tidak berani pulang membawa aroma tubuh wanita lain. Kukunya cukup tajam." Ewan memainkan gelasnya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Beautiful Trap (SEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang