24. Kesal tapi sayang pt2 🔞

231 22 5
                                    

Iofi sedang sibuk memasak di dapur, ia mencoba beberapa alat memasak yang tidak pernah ia coba sebelumnya, yah.. memanfaatkan semuanya dengan baik. Suara panci dan juga wajan terdengar hingga sampai di kamar Moona.

Moona mengucek matanya yang masih setengah terbuka, rambutnya acak-acakan, mirip dengan anak jalanan tetapi versi cakepnya. "Bocah itu sedang apa?" Gumamnya penuh keheranan.

Ia bangun dari tempat tidur, meregangkan badannya sedikit lalu melangkah keluar. Kali ini, ia berjalan seperti orang sehabis sunat, salahkan saja Iofi yang main brutal semalam hingga ia tidak bisa berjalan sempurna.

Yah, bayangkan saja, wanita itu melakukannya selama 3 jam penuh. Bagaimana Moona tidak tersiksa coba?

"Ah, sialan.. ini perih banget bangsat," Rintihnya.

Pagi ini hanya ada mereka berdua, Pekora sudah memesan tiket pesawat dan sekarang ia harus melakukan pemotretan terakhirnya di Pantai Pandawa. Mungkin ini adalah yang terakhir baginya berlibur di Bali.

"Sudah bangun?" Suara Iofi terdengar lembut. Ia mengikat rambutnya dengan model ponytail. Sesekali melirik ke arah Moona lalu balik menatap masakannya. "Aku tau selangkangan kakak masih sakit," lanjutnya.

"Yah, kamu harus membayar untuk ini,"

Iofi tertawa kecil, ia mendekat ke arah Moona. Perlu diingat, tinggi Iofi hanya sebatas bahu Moona. Iofi kemudian menarik tengkuk Moona lalu mencium bibirnya pelan walaupun sedikit bernafsu.

"Mmmhh.."

Yesterday, Bali | 19.23

Ketika Moona masih memilih pakaian dan tidak sadar betapa gelisahnya Iofi, akhirnya Iofi kehilangan kesabaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Moona masih memilih pakaian dan tidak sadar betapa gelisahnya Iofi, akhirnya Iofi kehilangan kesabaran. Dengan tarikan yang kuat, Iofi menarik Moona dengan tiba-tiba, menyebabkan Moona terjatuh ke kasur dan Iofi menindihnya.

Jam masih menunjukkan pukul 7 malam. Cahaya lampu yang redup memantulkan bayangan di wajah mereka.

"Oh.. shit, lo mau apa sih?" Moona akhirnya membuka mulut. Ekspresi wajah nya masih datar.

"Sedikit kepuasan," jawab Iofi singkat, tangannya memegang leher Moona.

Moona memutar mata, berusaha mencari kendali dalam situasi ini. "Jangan sekarang," katanya dengan nada sedikit putus asa.

Iofi mengerutkan alis. "Kenapa Seharusnya kakak juga mau, kan?"

"Gue.. hmmm.. gue lagi gak mood,"

Iofi menyeringai pelan. "Yang bener? Atau cuma alasan doang nih?"

Moona tidak menjawab. Ia menatap lekat mata Iofi yang berada di atasnya.

"I might be becoming very obsessed with you. One thing is for sure, you will always be mine, forever. Everything about you, all of it, belongs to me,"

MOONA IOFI: TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang