01.

44 23 7
                                    

🍁🍁🍁

Naura Kaisara Austen.hanya dengan  mendengar namanya saja, dapat membayangkan bagaimana cantiknya paras gadis itu.nampaknya tak hanya cantik, ia adalah gadis pintar, ia sangat disiplin, rajin, dan tentunya penyabar.

Menjadi anak tunggal dari keluarga kaya, tidak membuatnya menjadi manja dan sombong seperti remaja pada umumnya, justru ia bersikap mandiri terhadap segala hal.meskipun terlahir kaya, ia tak pernah merasa sekalipun bahagia dengan apa yang ia miliki saat ini.baginya, uang sama sekali tak bisa membeli kebahagiaan.jadi, untuk apa kita merasa bahagia ketika memiliki segalanya?.

Apakah dirinya tak layak untuk bahagia,tuhan?!.

Bagi naura ia sama sekali tak tertarik dengan isi dunia saat ini, ia terlalu fokus didalam dunianya sendiri.dunia yang dipenuhi buku tebal, rumus yang susah diketahui, serta dunia yang mana hanya ditempati oleh dirinya seorang.seolah-olah ia terjebak didalam lubang, sehingga sangat sulit untuk ditarik keluar.

Bagaimana rasanya bahagia?.

Tuhan! Apakah ia benar-benar lupa akan rasa bahagia?.ataukah ia hanya berpura-pura seolah dia melupakan tahun-tahun lalu?.

Namun dalam lubuk hatinya, ia selalu berteriak dan bersikap tegas.'aku ingin bahagia'.ia terus memohon, meskipun ia merasa tak layak untuk mendapatkan kebahagiaan itu sendiri.baginya, ia tengah melakukan penebusan atas apa yang telah ia lakukan dimasa lalunya, hal-hal yeng membuatnya dibenci dan diabaikan begitu saja.

Langkah kaki terdengar dari pintu utama,seorang gadis dengan seragam lengkapnya tengah berjalan dengan lesu, serta seragamnya yang sedikit lusuh.ia adalah naura, gadis itu menghela nafas berat ketika sang ayah menatapnya sejak ia memasuki ruangan.memberikan tatapan tajam, bersiap untuk memarahinya.

"Masih ingat rumah rupanya!."

Naura memilih untuk tak menanggapi ucapan sang ayah,yang kini duduk dikursi yang berada diruang keluarga.ia memilih untuk berjalan melewatinya, menaiki tangga bersiap pergi ke kamarnya.

Papa yas beranjak dari duduknya, merasa kesal karena ucapannya sama sekali tak digubrisi oleh naura.ia berjalan menghampiri naura yang hendak menaiki tangga, lalu menjambak keras rambut gadis itu dari belakang."lep,lepasin pa."

"Kepala naura sakit,lepasin!."

Ia sama sekali tak memperdulikan putrinya yang terus merengek kesakitan, justru ia menarik rambutnya dengan keras sambil berjalan menuju kamar madi, sehingga naura kesusahan menyesuaikan langkah kakinya.

Plakkk.

Satu tamparan lolos begitu saja mengenai pipi putih mulus itu.bukan untuk pertama kalinya, namun untuk kesekian kalinya bahkan naura sendiri tak dapat menghitungnya."apa salah naura pa?."

"SALAHMU LAHIR DIDUNIA!."

"Naura nggak pernah minta buat dilahirkan."

Plakkk.

Satu tamparan kembali melayang mengenai pipi gadis itu, tamparan yang begitu keras dan membekas.perlahan pipi gadis itu membengkak, meninggalkan warna biru keungunan.gadis itu meludah mengeluarkan darah dari mulutnya.

Tak hanya sampai disitu, merasa tidak puas dengan hal tadi ia kembali menjambak rambut naura, lalu memasukkan kepala gadis itu di bath up yang berisikan air.

From Prolog To EpilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang