Enjoy ~
.
.
.
Oliv baru saja terbangun dari tidur lelapnya, tidak, dia sama sekali tidak bisa tidur. Dirinya baru bisa tidur saat pukul dua dini hari. Dan sekarang dia bangun terlambat.
"Gala gala mama ini! Oliv telat bangun kalna mama tidak temani Oliv tidul kemalin!"
"Tidak mau telat Oliv sekolah" ini sudah pukul 6:45 dan dirinya belum mempersiapkan apapun.
Tok
Tok
Tok"Sayang.. ini mommy~ sudah bangun?" Suara ketukan dan pertanyaan itu membuat Oliv menoleh kearah pintu berada.
Dirinya langsung saja merubah raut wajahnya menjadi kesal, entah mengapa menurut nya, mommy nya itu terlihat aneh.
Dirinya sama sekali tidak ingin membalas ataupun membukakan pintu. Terlalu malas, dia hanya membutuhkan mamanya sekarang, bukan Mak lampir anjir itu.
Saat ingin berjalan kearah kamar mandi, pintu kamar terbuka membuat nya merasa bingung. Bukankah dia menguncinya?
"Kenapa tidak menjawab dan membukakan mommy pintu?" Tanya Belinda datar. Dirinya sungguh tidak suka dengan yang namanya menunggu, kesabarannya tak seberapa.
"Tidak mau belsama kamu Oliv" kembali melangkah kearah kamar mandi.
Belinda geram, dirinya sudah bersungguh-sungguh untuk merawat Oliv dalam beberapa hari kedepannya untuk menggantikan tugas pengasuh itu. Tapi kenapa Oliv begitu menjengkelkan dimatanya.
"Ck bukankah mommy sudah bilang.. kalau mulai sekarang mommy yang akan merawat mu sampai pengasuh sialan itu kembali!" Kesalnya, mengambil paksa tangan Oliv dan menyeretnya menuju kamar mandi.
"Ini sudah pukul 7 kurang Oliv.. kenapa kau begitu pemalas!"
"Bukankah mommy selalu mengajarkan mu agar selalu bangun tepat waktu?"
"Jadi sekarang mommy tau kenapa kau menjadi bodoh~" Belinda menatap Oliv dengan pandangan miris. Kenapa anak yang satu ini begitu berbeda dengan mereka.
"Tidak pelnah dengal Oliv tuh kamu ngajalin Oliv" ucap cuek Oliv, namun tak ayal dadanya terasa sesak. Dirinya tidak tau apa yang salah, padahal ini adalah ucapan yang baru kali ini ia dengar.
"Ck terserah. Sekarang ayo pakai seragam nya. Biar mommy yang siapkan buku pelajaran kamu"
Oliv mengangguk dan berjalan kearah walk in closet untuk memakai seragam nya, tapi dirinya merasa tak yakin jika caranya akan benar dan rapi, tapi ya, bukankah kita harus mencobanya dulu?
Keluar dari sana dengan tubuh nya yang sudah terlapisi kain putih biru yang err.. lumayan berantakan, tapi tidak terlalu karena hanya bagian pinggang nya saja yang terlihat tak rapi.
Belinda menatap Oliv dengan pandangan kesal "kau itu bodoh atau bagaimana sayangnya mommy~ bajunya masih belum rapi ini.." membenarkan baju seragam Oliv agar lebih rapi lagi.
"Nah, ini baru bener~ cantiknya anak mommy" mencubit pipi bulat Oliv dengan gemas, kenapa anaknya ini sangat menggemaskan dan cantik.
"Nanti harus belajar lagi, kamu sudah besar sayang.."
"Dan juga, disekolah belajar dengan benar. Kalau bisa nanti dapetin juara satu, jangan tiga terus ok"
"Lihat kakak kamu yang lain, mereka pinter banget loh~ selalu dapat juara satu dikelas dan umum juga. Adrian, dia juga jadi ketua basket loh sayang~ jadi, mommy harap kamu jadi seperti mereka ya.."
"Liat, kakak kamu sukses kan sekarang? Karena apa? Karena mereka pintar. Jadi, Oliv juga harus jadi anak pintar" mengelus rambut halus Oliv dengan pandangan sayangnya, tidak, namun bagi Oliv itu seperti pandangan mengejek.
Mommy nya tersenyum, namun seperti tidak tulus. Dan sorot matanya juga terlihat tajam, dirinya tidak suka itu.
Dirinya merasa tidak nyaman dan juga tidak suka dengan pandangan dan ucapan yang dilontarkan Belinda terhadap nya.
Apakah dia benar-benar bodoh? Apakah dia semanja itu? Apakah dia lemah? Cengeng? Apakah dia tidak boleh melakukan sesuatu yang dirinya sukai?
Dadanya terasa sakit, tidak tahan mendengar ucapan sang mommy terhadapnya. Apakah dirinya begitu berbeda? Mengapa mereka begitu tidak suka terhadapnya.
Dia rasanya ingin menangis sekarang. Ini sungguh sangat menyakitkan. Ini perasaan yang menurutnya paling menyakitkan dibandingkan dengan yang lain. Dirinya dulu memiliki penyakit jantung yang sangat parah, namun dia tidak merasakan sesakit dan se sesak ini dulu. Ini terasa berbeda, dia tidak suka.
"Oliv tidak bodoh~" lirihnya.
"Sekarang ayo kita turun.. mau gendong?" Tawar Belinda.
Oliv diam menatap kearah Belinda dengan tatapan rumit. Apakah perkataan itu wajar untuk orang bodoh sepertinya? Lihatlah, mommy nya terlihat biasa saja dan tenang, sama sekali tidak ada rasa bersalah di raut wajahnya.
"Oliv bisa sendili. Punya kaki Oliv" berjalan mendahului Belinda yang lagi-lagi terlihat kesal karena Oliv.
"Dasar kau... Argh.." kesal Belinda. Mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa anak itu sungguh sulit untuk didekati. Selalu saja Mia, Mia dan Mia yang ada dipikirannya.
"Apakah kau tak menyadari jika mommy mu ini cemburu? Mommy sangat menyayangimu Oliv!" Teriak Belinda, namun dihiraukan oleh Oliv.
.
.
.
Anjay... Sayang gak tuh🗿
Vote sama komennya dong❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia Xavier Helton ||END✓
Short Story"Ugh ini dimana?" Dirinya langsung saja terduduk dan meneliti sekitar. "Ini bukan lumah Oliv" "Ini kamal bukan milik Oliv bukan lumah Oliv sama mama sama papa" "Hiks mama papa~" tangis nya, apakah kedua orang tuanya membuangnya? "Hiks jangan buang...