17. Post Trauma

69 16 7
                                    

"Je?"

"Gak bisa tidur?"

Irisha kira Jedry sudah tidur, ternyata belum juga. Untuk menjawab pertanyaan tadi dia hanya mengangguk. Dan tiba-tiba Jedry mengusapi perutnya.

"Tumbuh yang sehat ya anak papi."

Irisha tersenyum. "Kamu pengen disebut papi?"

"Iya."

"Aku pengen disebut bunda."

"Wah agak nggak nyambung nih ya haluan namanya."

Irisha berakhir hanya dengan tertawa. "Yaudah papi bunda aja, sounds cute."

"Kinda weird sebenernya, tapi kalo calon istri aku pengennya gitu, yaudah papi bunda aja akhirnya." Jedry gombal. "Apa itu bunda ayah? Apa itu papi mami? Kita taunya bunda papi."

"Apa sih." Irisha tetep jadi Irisha yang saltingnya akan selalu kayak gitu. "Je."

"Hm?"

"Aku mikirin, ayah pasti bakal ngerasa gagal padahal yang gagal akunya, bukan dari dia atau cara dia ngedidik anak perempuannya."

Jedry hanya mengecup pelipis Irisha.

"Aku ngerasa bersalah banget. Kasih dia cucu dengan cara kayak gini, aku..."

"We'll be okay. Jangan overthinking ya? Belum kejadian loh, jadi jangan terlalu dipikirin." Jedry mengecup tangan Irisha. "We will through this, ya sayang? I'll always beside you."

Irisha membalikan tubuhnya hingga wajah mereka kini berhadapan. Jedry membenahi anak rambut Irisha yang berantakan, mengusapi pipinya, menatap lamat-lamat.

"Maaf aku udah ngerengut masa muda kamu."

"Enggak Je."

"Tetep aja. Setahun kita hs enggak kejadian apa-apa tuh, enggak sebelum aku yang pengen pake 'hal yang baru'. Kita kecolongan. Sampe akhirnya ada Jedry junior disini. Aku minta maaf ya Sha?"

Irisha tersenyum saja.

"Tapi aku janji buat bakal terus disebelah kamu, aku bakal selesaiin skripsi secepat mungkin, cari kerja abis lulus, kita beli ini itu, nanti harus beli mainan kan ya buat anaknya bunda sama papi? Bundanya juga kalau mau apa-apa bisa minta papi Jedry."

Tertawalah Irisha, sebab panggilan papi Jedry. Papi papi banget ya? Padahal kamar gelap dan hanya menyisakan lampu kecil di nakas, wajah keduanya berseri disana.

"Aku serius."

"Makasih."

"Aku makasih ke kamu. Aku bakal ngejaga kamu sama anak kita, aku bakal belajar buat bahagiain kamu dan dia, Irisha. Aku janji buat semuanya."

















Janji.



















Irisha terbangun setelah teringat kejadian saat awal mereka tau Irisha hamil. Namun kini, yang Irisha liat hanya atap rumah sakit dan gorden di sekeliling. Irisha melihat infus ditangannya, juga pakaiannya.

Yang terakhir Irisha ingat adalah dia dan Jedry pergi dari taman, pulang, mengetahui kenyataan jika Armando tau, tapi kenapa sekarang ada disini?

Gorden terbuka, ada satu suster yang kebetulan akan mengecek, melihat Irisha bangun.

"Sudah sadar? Saya izin cek dulu keadaannya ya."

Irisha di cek keadaannya, dia masih kebingungan. "Jedry mana? Yang nemenin saya mana sus?"

Susternya tersenyum. "Saya akan menghubungi kontak yang tertera dulu ya mbak. Kondisi tubuhnya, sudah lebih enakan?"

"Udah."

The MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang