03. The Realization

98 19 3
                                    

"Aku numpang neduh dulu ya, panas banget diluar, kayak ada 3 matahari."

Irisha tergelak begitu dengar celetukan Jedry. Ya emang sih cuaca sekarang lagi panas banget, tapi gak gitu juga hiperbolanya. "Iya sini."

Setelah satu minggu yang cukup menyedihkan bagi keduanya, kini hubungan mereka membaik, mulai seperti dahulu. Berjalan seperti biasanya.

Masuk.

"Mau dibikinin minuman?"

"Ih si peka." Noel-noel dagunya bikin Irisha mendelik. "Ada apaan?"

Biasanya dirumah tuh nyetok kopi-kopian atau serbuk minuman manis, terus dikasih es, enak. Jadi Jedry nanya ada apa aja, terus mintanya cappuccino es aja.

"Ahhh, segernya."

Gitu lah Jedry kalau sama Irisha, apa-apanya bisa jadi berlebihan. In a cute way tapinya. Caper ke pacar.

"Makasih ya mbak barista. Rasanya deliciouso."

"Lebay."

Lalu Irisha tetep jadi Irisha yang susah diajak becanda apalagi digombalin. Si jail dan si cuek, kurang lebih begitu adanya.

Irisha langsung main hp aja sambil nyender di sofa, kakinya disilang diatas sedangkan Jedry disebelahnya minum kopi sambil pindah-pindah channel tv.

"Mau dong, kayak yang seger."

Irisha menepuk pundak Jedry buat minta es kopinya. Terus yaudah diminum Irisha. Jedry ikutan nyender, ikutan nontonin video yang lagi Irisha tonton.

"Seru ya."

"Mm-hm."

Reaksi mereka pas liat video yang lagi pada rafting di Pangalengan. Karna sepanjang Irisha scroll isinya itu doang, Jedry bertanya lagi ke Irisha, "Mau kesana?"

"Gak sih."

"Pernah gak kamu main begituan?"

Irisha cuma menggeleng sambil sedikit malu.

"Berarti, kita bisa ajak yang lain kesitu." Maksudnya Modi, Katrin, Ibar, Aro, Rangga, Jericko. "Pasti seru."

Irisha cuma natap Jedry, "Tapi mereka mau gak?"

"Tar kita obrolin dulu aja. Aku juga udah lama gak rafting, pengen lagi, apalagi sama kamu kan?"

Yah gombal dulu, sebelum cerita-cerita tentang Jedry sama temen-temen SMAnya di Semarang sana yang pernah rafting, pernah muncak, pernah snorkeling. Jedry memang punya banyak cerita, dan Irisha bisa selalu ingin mendengarkannya. Berjam-jam saling bicara juga tidak apa-apa, karna pada dasarnya, bukankah mendengar dan didengar oleh orang tersayang adalah hal yang paling menyenangkan?

"Pokoknya kamu harus coba. Agendakan aja biar gak jadi wacana doang."

"Ngikut aja kalo aku Je, gimana yang lain."

"Ya aku bakal usahain kalo gitu."

Irisha tersenyum, menatap Jedry yang dengan segala usahanya. Jedry yang punya banyak cara membuat Irisha jatuh cinta setiap harinya.

"Ayo kita belajar mobil juga. Mana, katanya mau?"

"Heheh tar aja."

"Katanya pengen bisa mobil? Kamu tuh harus bisa, loh, neng. Penting nyetir tuh."

Irisha menjauhkan jari Jedry yang terus megang idungnya. "Iih. Diem ah."

"Ayo aku ajarin nyetir."

"Takut ah Je."

"Takut terus kapan bisanya?" Jedry menggenggam tangan Irisha. "Tar belajarnya sama aku, gak harus langsung bisa, yang penting tau basicnya dulu aja. Dulu juga aku lancar nyetir nyampe berani ke jalan gede tuh setahunan kok, awalnya juga sama, banyak takutnya, tapi karna aku pengen bisa aku maksain. Eh pas udah dijalanin bisa-bisa aja. Nyetirnya jadi bisa, takutnya udah ilang."

The MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang