"agh... t-tubuhku sakit, aku dikamar? mengapa ada infus?" Zian terbangun dari pingsannya, dengan luka-luka yang sudah terbaluti perban di sekujur tubuhnya.
"Tuan Zian, kami sangat khawatir" ucap salah seorang maid yang berdiri di samping ranjang.
"A-apa aku masih hidup?" Zian merasa tidak percaya.
"T-tuan, kenapa tuan melanggar perintah Tuan Hendra, tuan sangat beruntung beliau tidak menghabisi tuan" Ucap Maid itu.
"tidak menghabisi ku?" Zian sedikit aneh dengan perkataan maid itu.
"Ya Tuan, ada banyak orang juga pekerja rumah ini yang melanggar perintah Tuan Hendra dan memasuki ruangan yang Tuan Hendra larang itu, dan mereka berakhir tragis. Ada yang mati dengan tubuh yang sudah dikuliti, ada yang tubuhnya tidak utuh akibat dimutilasi, bahkan ada yang kepalanya hancur berkeping-keping, dan semua itu ulah dari Tuan Hendra" Ucap Maid itu.
Mendengar itu, Zian bergidik ngeri. Ia merasa beruntung tidak bernasib sama seperti para pelanggar itu.
"Sebaiknya Tuan Zian tidur dan beristirahat untuk saat ini" ucap Maid itu.
"emmm, terimakasih " Zian mencoba untuk beristirahat walau ia merasa seluruh tubuhnya masih sakit dan terasa perih, namun perlahan-lahan ia mulai terlelap.
Jam menunjukkan pukul 18.00....
"E..eughh..." Zian terbangun.
"kau sudah bangun?" suara berat yang khas dari seorang psikopat gila, yakni Hendra.
Zian hanya diam, ia tidak berani menjawab dan mencoba tidak melihat kearah Hendra.
"kau beruntung tidak bernasib seperti yang lainnya, aku masih mengasihani mu. Karena kupikir, kau akan berguna bagiku." Ucap Hendra.
"Kau tidak akan mati begitu saja, ini masih belum seberapa, setiap kesalahan mu akan ada hukumannya, jadi kau tidak boleh membantahku" Ucap Hendra lalu pergi meninggalkan Zian yang diam terpaku.
"A-aku harus apa?" Zian meratapi nasibnya yang begitu suram.
3 Bulan berlalu, Zian menjalani seluruh kehidupan nya sesuai keinginan Hendra...
disekolah..
"Aku harus bagaimana, tugas-tugas ini sangat banyak, andai aku punya ponsel dan laptop, pasti aku akan lebih mudah mengerjakan nya" Ucap Zian disaat tengah mengerjakan pelajaran matematika.
Tidak sengaja Hendra mendengarkan ucapan itu, seketika Hendra menatap kearah Zian. Tidak sengaja keduanya saling bertatapan sejenak.
"A-ah!" Zian langsung mengalihkan pandanganya.
"Kenapa harus eye contact sih, mana matanya tajam banget lagi" Ucap Zian dalam hati.
tringggg.....
Bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa jam sekolah sudah berakhir.
"Baiklah, pelajaran hari ini sampai sini, selamat siang semuanya" Hendra segera mengakhiri pelajaran dan segera keluar dari kelas.
Seluruh siswa segera keluar dari kelasnya masing-masing untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu juga dengan Zian yang segera keluar dari kelasnya berjalan melewati ruangan-ruangan menuju ke gerbang sekolah.
"Huh aku harus menunggu, aku benci menunggu seperti ini" Zian menunggu supir suruhan Hendra yang selalu menjemputnya di depan gerbang.
Saat sedang menunggu mobil yang menjemputnya, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari belakang Zian. Hal itu sontak membuat Zian kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Boy [BL]
Random"Jangan!!! Aghhhh sakit!! Ahhhh" Teriak Zian kesakitan "Bagaimana jika sedikit ukiran lagi di sini" Ucap Hendra sambil mengukir namanya di lengan kanan Zian "Aghhh stop!!! s-stop" Zian semakin lemah dan cahaya redup hingga ia tak sadarkan diri.