Hendra mengendarai mobilnya usai memberitahukan Zian bahwa dirinya akan pergi. Hendra menuju ke dalam sebuah hutan yang cukup gelap dan tidak banyak orang lewati.
Sesampainya disana, ia melihat sekeliling dan membuka sebuah pintu ruangan bawah tanah yang terbuat dari baja yang tertutup oleh dedaunan dan tanah. Dengan cepat ia memasukinya.
Saat ia memasukinya, terlihat disana seorang pria yang tengah sibuk dengan komputer nya.
"Leonard, apa ada informasi baru?" tanya Hendra.
"ahh, tuan Hendra, tentu tuan. aku mendapatkan informasinya, Damian melarikan diri ke kota sebelah dan mengganti identitas nya, kini namanya telah berubah menjadi Bara" ucap Leonard.
Leonard merupakan tangan kanan Hendra, sebenarnya Leonard dan Hendra sudah sangat lama berteman, behkan sejak mereka masuk duduk di bangku SD. Hanya Leonard yang dapat dipercaya penuh dalam hal pekerjaan seperti ini oleh Hendra.
Hendra sebenarnya adalah seorang Mafia terkenal di seluruh dunia, mendengar nama kelompok nya saja, setiap orang pasti akan ketakutan. The Electric Eagle, dengan ketua yakni Geraldano. Geraldano adalah nama mafia Hendra, ia tidak menggunakan nama aslinya untuk menjaga identitas nya.
Bahkan sekolah tempat ia mengajar merupakan sekolah nya sendiri, karena itulah tidak ada yang berani kepadanya bahkan kepala sekolah pun.
Learix Ben merupakan kelompok mafia yang menjadi musuh bebuyutan Hendra, karena itu lah ia sedang mencari Damian selaku ketua mafia dari Learix Ben. Ia ingin menghabisi nya dengan tangan nya sendiri.
Semua bermula karena Hendra menolak kerjasama Damian untuk menguasai dunia dagang pasar gelap. Akhirnya Learix Ben selalu mengusik dan bahkan mengancam The Electric Eagle karena hal itu. Hendra semakin muak dengan kelakuan Damian yang semakin menjadi - jadi, sehingga ia ingin menghabisi Damian secara langsung dengan tangannya sendiri.
"Baiklah apa kau sudah membawa target yang telah ku pesan kan padamu? aku tidak sabar untuk bersenang-senang dengannya" Ucap Hendra dengan senyuman Psikopat nya
"tentu tuan, dia terikat di ruang eksekusi tuan" ucap Leonard.
Mendengar itu, Hendra langsung melangkahkan kakinya menuju ruang eksekusi nya.
Disana tampak seorang pria yang terikat dengan posisi tertidur dengan tato Learix Ben di tangannya.
"Hei-hei, kau sangat malang sekali" ucap Hendra dengan suara beratnya.
"LEPASKAN AKU!!!" ucap pria tersebut dengan amarah
"heii, orang bodoh mana yang akan melepaskan mangsanya begitu saja, apa kau tau, singa ini sedang lapar, tidak mungkin dia melepaskan mangsanya begitu saja" ucap Hendra sambil berdiri menatap licik pada korban
"apa yang akan kau lakukan?!" ucap sang korban
"hmmm kira-kira apa yang akan aku lakukan? aku sedikit bosan, mungkin kita akan sedikit bersenang-senang" ucap Hendra sambil mengeluarkan sebilah pisau tajam dari sakunya
"a-apa y-yang?"
"hanya ingin mencongkel kedua matamu, tenang lah, tidak perlu takut. aku akan mengantarkan mu ke kasur yang lebih empuk" ucap Hendra dengan mengarah pisau tadi ke bola mata sang korban.
"ahhh!! JANGANN KUMOHON JANGAN!!! BERHENTI KUMOHON!!"
Hendra tetap melanjutkan aksinya, ia mencongkel mata sang korban hingga bola matanya keluar dengan darah yang mengucur deras.
"AHHH!!!! YAHHH TUHANNN TOLONGG AHHHH" Teriak sang korban
"heii, kau masih berani menyebut Tuhan?? apa mulut mu ini tidak tau malu" Hendra langsung merobek mulut sang korban dengan gunting.
"kau benar-benar tidak tau batasan, ahhhh aku masih bosan" dengan sigap Hendra mengeluarkan gergaji mesin dan menyalakan nya.
"AHHH JANGANN" korban begitu histeris ketakutan.
"BERISIK!!" Hendra langsung menggergaji leher sang korban dengan tawa gembira hingga kepala sang korban terpisah dari tubuhnya.
"HAHAHAHAHA MENYENANGKANN!!! HAHAHAHAAAAA" darah sang korban muncrat membasahi pakaian dan wajah Hendra.
Tidak habis sampai situ saja, dengan cepat Hendra mengambil sabit panjang dan tajam, lalu ia mengoyak perut dari tubuh korban yang sudah terpisah dengan kepalanya itu. Saat Hendra menarik sabitnya untuk mengoyak perut dari sang korban, isi perut korban seketika mengucur keluar. Tampak Hendra semakin senang dengan hal itu, dia semakin menikmati aksinya itu.
Setelah merasa puas dengan aksinya itu, Hendra langsung meninggalkan ruangan itu.
"Leonard, urus sisanya" ucap Hendra lalu pergi meninggalkan tempat itu.
💫💫💫
"ahhhh!!! kenapa aku selalu memikirkan maksud dari perkataan ibu Dasgar tadi? aku adalah orangnya?" Zian memikirkan perkataan Dasgar sedari tadi.
"sudahh lah aku tidak perduli, aku ingin mengambil jus saja kedapur " Zian lalu beranjak dari ranjangnya dan menuju kedapur menuruni tangga.
Saat ia tengah menuju ke dapur, ia melihat Hendra telah kembali dengan tubuh yang banyak dilumuri darah, dengan panik Zian segera menghampiri Hendra.
"HENDRA!!" Zian berlari kearah Hendra
Sontak Hendra melihat kearah suara yang memanggil namanya itu.
"A-apa kau baik-baik saja? kenapa kau bisa berlumuran darah seperti ini? apa yang terjadi, kau tadi dari mana? kenapa kau bisa seperti ini?" ucap Zian panik
"Sudah?" Hendra hanya mengucapkan kata-kata itu.
"a-ahh maaf, aku terlalu berlebihan" Zian menunduk malu.
"sudah lah, aku baik-baik saja. aku akan pergi ke kamar ku untuk bersih-bersih" Hendra berjalan menuju kamarnya
"Kenapa dia bisa berlumuran darah seperti itu? apa yang terjadi dengannya? ahh!! atau jangan-jangan dia baru saja membunuh seseorang?" Zian bergidik ngeri memikirkan hal tersebut dan kembali mengingat perkataan Dasgar bahwasanya setiap malamnya Hendra sering membunuh seseorang.
💫💫💫
Hendra tengah berada dibawah aliran air yang membasahi tubuhnya, kepalanya penuh dengan kebimbangan.
"A-apa ini, mengapa aku tidak bisa membunuhnya? Zian adalah mangsaku sejak awal aku melihat nya, tapi kenapa aku tidak bisa membunuhnya seperti mengsa-mangsa ku lainnya?" Hendra penuh bimbang.
setelah ia membersihkan dirinya, ia segera turun untuk makan malam. Ia mencoba mencari makanan didalam lemari es. Tidak sengaja Zian melihat hal tersebut.
"Apa kau ingin makan?" ucap Zian
"emmm" jawab singkat Hendra
"duduk lah dimeja makan" ucap Zian
Hendra mengiyakan perkataan Zian dan segera duduk dimeja makan. Zian segera mengambil alih dan mengambil sup jamur yang diletakkan nya di lemari es kemudian memanaskannya kembali.
"ini sup jamur, tadi saat kau pergi, aku memasaknya, maaf jika rasanya tidak enak" ucap Zian malu.
Hendra tidak menjawab ucapan Zian dan mencoba memakan sup itu. Hendra terkejut dengan rasa sup yang ia rasakan. Rasanya serupa dengan sup yang menjadi sup favorit nya saat dia masih kecil.
"dari mana kau mempelajari membuat sup ini?" tanya Hendra.
"ahhh apa tidak enak, baiklah sebaiknya tidak usah dimakan a..."
"tidak-tidak, emmm bisakah kau membuatkannya lagi besok untuk makan siang ku?" ucap Hendra pada Zian.
Mendengar itu Zian terkejut bercampur malu. Seorang Hendra mengatakan hal seperti ini kepada Zian. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Hendra berperilaku seperti ini kepada seseorang.
"Y-yahh, akan ku buatkan" Zian lalu pergi dengan malu ke kamarnya.
"hmm, dia lucu juga" Hendra tersenyum melihat tingkah Zian
JIAKGGGHH LAGI LANCAR NIHHH NGETIKNYA, OKAYYY JANGAN LUPA VOTE YAHHH, BIAR AUTHOR SEMAKINN SEMANGAT!!!
BYE....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycho Boy [BL]
Random"Jangan!!! Aghhhh sakit!! Ahhhh" Teriak Zian kesakitan "Bagaimana jika sedikit ukiran lagi di sini" Ucap Hendra sambil mengukir namanya di lengan kanan Zian "Aghhh stop!!! s-stop" Zian semakin lemah dan cahaya redup hingga ia tak sadarkan diri.