KC 1

179 18 6
                                    

"Apa sih, Bu?!" Dewa menghela nafas kasar.

"Bukan apa sih, apa sih? Kamu semakin berumur, udah waktunya kamu memikirkan..."

"Iya, nanti kalau udah waktunya." Potong Dewa cepat.

"Kapan?" Sambar Neni. "Udah, mending nanti malam ikut Ibu. Ibu mau kenalin kamu." Pungkas Neni.

Dewa tidak bisa mengelak. Buktinya malam ini ia berhasil dibawa sang ibu ke sebuah tempat. Dan perkenalan dua keluarga itu pun terjadi. Sepasang suami istri paruh baya memperkenalkan keponakan mereka pada Neni juga Dewa.

"Ibu cocok. Kamu juga kan?" Tanya Neni saat mereka tengah dalam perjalanan pulang selepas pertemuan makan malam tadi.

"Nggak." Jawab Dewa singkat, padat dan jelas.

"Bilang nggak, karena belum kenal jauh. Ibu yakin dia bisa jadi istri yang soleha."

"Ahh Ibu. Udah ahh." Dewa mendesah kasar, ia benar-benar tidak suka.

"Ibu lamar dia ya?!"

"Ibu nggak usah aneh-aneh deh." Dewa keki.

***

Ternyata Neni tidak main-main, ia benar-benar melamar Rachel. Meski Dewa belum menyetujui secara langsung. Bahkan tidak tanggung-tanggung Neni sudah mengurus semuanya termasuk acara pernikahan putra sulungnya itu.

"Asel." Panggil Uci pada keponakannya itu. Asel, nama panggilan kecil Rachel, menoleh ke arah pintu kamar yang ia tempati saat ini.

"Iya, Tan." Sahut Asel.

"Bener kamu mau nikah sama Dewa?" Tanya Uci sembari mulai menghampiri Asel yang tengah duduk berselonjor di atas tempat tidur. Tahu tantenya berjalan mendekat, Asel memperbaiki posisi duduknya.

"Iya, Tan." Angguk Asel ragu.

"Yakin?" Uci memastikan. Pasalnya ia merasa pernikahan Asel dan Dewa terbilang kilat.

Asel tersenyum simpul. Baginya yakin tidak yakin, tetap ia harus memilih opsi menikah secepat mungkin. Itu karena semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia akibat kecelakaan, Asel dirawat oleh adik dari sang Mama. Uci dan suaminya, Rudi, sebenarnya sama sekali tidak keberatan Asel tinggal bersama mereka. Terlebih mereka belum juga dikaruniai anak meski pernikahan mereka sudah lebih dari tujuh tahun.

Akan tetapi Asel merasa tidak enak hati. Suami tantenya itu bukan laki-laki dengan gaji berlebih. Semua terasa pas malah kadang kurang. Asel tidak ingin terus merepotkan juga memberatkan sehingga ia ingin melepaskan diri secepat mungkin dari Tante dan Om-nya itu.

"Yakin. Nggak tau kenapa, Asel ngerasa klik aja." Bohong Asel saat Uci bertanya mengenai keputusan Asel itu.

***

Hari pernikahan pun akhirnya tiba. Neni sengaja memakai jasa wedding organizer terkemuka di kota Sukabumi agar pernikahan Dewa dan Asel berjalan lancar dan sesuai ekspektasi. Tidak banyak tamu yang diundang karena pernikahan mereka mengusung konsep intimate wedding.

Berbeda dengan Asel yang mampu mengulas senyum pada siapa pun di hari sakralnya, Dewa semenjak tadi terus saja berwajah datar. Meski begitu Dewa berhasil melakukan ijab qabul dengan lancar tanpa terbata juga kendala.

"Mau tidur di kamar ini atau di kamar sebelah?" Tanya Dewa saat ia dan Asel sampai di kamar tidur putra pertama Neni itu. Ya Asel memang langsung diboyong pihak suaminya selepas acara akad nikah dan resepsi tadi. "Kamar sebelah kosong kok." Sambung Dewa kemudian, Asel diam-diam menelan saliva.

"Boleh. Di mana aja." Ujar Asel pelan. "Tapi kayaknya aku mau di kamar sebelah." Putusnya kemudian saat melihat laki-laki itu tidak menanggapi jawabannya.

Asel keluar kamar Dewa dengan perasaan campur aduk. Jelas agak tidak nyaman hati Asel mendengar ucapan Dewa barusan. Terlebih Asel merasa pertanyaan Dewa seperti menyiratkan sebuah usiran.

Nggak apa-apa, numpang hidup berkedok status istri sebelum akhirnya aku cabut dari sini. Yang penting nggak bikin beban lagi Tante sama Om. Tanpa aku aja mereka ngepas ekonominya. Ditambah aku makin seret, kasian. Batin Asel.

Sedang di kamar yang baru ditinggal Asel, Dewa duduk di pinggiran tempat tidur. Sekilas ia lirik pintu kamarnya yang sudah kembali ditutup Asel. Ia lalu menunduk dalam, kemudian menyugar rambutnya frustasi.

Aku nggak bisa. Nggak bisa. Gumamnya berulang kali.

***

Test... Test...
Cerita baru...
Happy Reading ❤️

Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang