"Pril." Sikut Windi.
"Apa?"
"Nggak salah denger kan?" Windi memastikan.
"Nggak tau ahh."
"Plot twist banget nggak sih?"
"Biasa aja."
"Kalau emang beneran A Dewa ternyata udah nikah, gimana?"
"Nggak gimana-gimana, malah bagus. Nggak ada yang ngejar-ngejar gue lagi. Dan jalan gue dapatin kang Reza makin terbuka lebar. Soalnya cewek yang kecentilan itu ternyata punya suami dan suaminya A Dewa."
"Ckckck jadi muter-muter gini kepala gue." Ujar Windi yang mendadak merasa pening itu.
***
"Bu, itu bukannya?" Bisik Puput sembari menunjuk ke arah teras belakang. Puput yang baru keluar kamar itu cukup terkejut menyadari di antara tamu-tamu Dewa yang katanya hendak barbeque party itu ada Prilly salah satunya.
"Ssssttt nanti kakak kamu denger." Cepat-cepat Neni meminta Puput bungkam dengan kode menempelkan telunjuk tepat di bibirnya.
"Kak Asel mana?" Tanya Puput sembari celingak-celinguk.
"Di kamarnya. Lagi live kalau nggak salah." Jawab Neni.
"Si A Dewa kadang ya suka macem-macem." Decak Puput.
"Iya." Angguk Neni setuju.
***
"Pak Reza, kapan nih?" Tanya Budi, coach taekwondo.
"Kapan apa ya?" Reza balik bertanya.
"Nyusul Pak Dewa. Pak Dewa aja diem-diem udah punya istri ternyata." Jawab Budi. Ya selain atlet, acara barbeque party ini dihadiri juga oleh para coach.
"Waah nggak tau, belum nemu yang sreg lagi." Ujar Reza santai.
"Yang sreg lagi? Korban PHP kayaknya?!" Toni, coach voli berkelakar. Reza tergelak.
"Udah mending move on, masa sekelas Pak Reza masuk barisan gagal move on." Tutur Sandi, coach club bulutangkis Sukabumi.
"Tapi ternyata untuk move on nggak segampang itu." Sahut Reza nyengir.
"Kayak lagu dong, Pak." Jaka yang tengah bertugas memegang kipas itu pun buka suara. Tawa mendadak pecah mewarnai para kaum adam yang tengah sibuk membakar mulai daging merah hingga jagung.
"Duuuh...." Tiba-tiba Reza mundur saat abu dari arang hinggap di kaos yang ia kenakan.
"Bapak salah diem di situ." Ujar Adit.
"Iya nih kayaknya." Sahut Reza sembari membuka kaos hitam yang ia kenakan untuk dikibas-kibas agar abu arang itu lepas dari kaosnya.
Saat itulah ada beberapa mata yang menatap Reza. Prilly dan Windi bahkan sampai membulatkan mata sembari menelan saliva saat melihat coach nya itu bertelanjang dada. Maklum meski sering latihan bersama, Reza tidak pernah bertelanjang dada sebelumnya. Ia selalu memakai pakaian renang lengkap atau jika tidak ikut turun ke kolam, ia selalu menggunakan kaos para coach.
Bukan hanya Prilly dan Windi tapi ternyata Dewa juga diam-diam memperhatikan. Dan tanpa sengaja netra Dewa menangkap sesuatu.
Ehh... Batinnya.
Demi memastikan, Dewa sampai pura-pura berjalan mendekat, seperti hendak mengambil kipas padahal ia ingin memperhatikan secara pasti kalung Reza. Kalung berliontin huruf R yang sama persis dengan kalung yang dipakai Asel.
Kalung di mana yang jika keduanya memakai pakaian, sama sekali tidak terlihat. Tapi saat mereka harus bertelanjang dada, baru orang lain bisa melihat kalung tersebut.
Berbeda dengan Reza yang ketahuan memakai kalung karena kaosnya terkena abu arang, Dewa tahu Asel memakai kalung yang sama persis seperti itu karena ia sempat melihat saat mereka mandi bersama.
R? Maksudnya? Reza? Rachel? Batin Dewa penuh tanda tanya. Inisial nama mereka emang sama, tapi emang harus kalungnya juga sama persis kayak gitu?!
Dewa menggelengkan kepala sesaat sebelum beranjak masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Semula ia hendak ke kamarnya tapi ia urungkan, ia malah hendak masuk ke kamar Asel.
Langkah Dewa terhenti saat Asel tampak masih live ditemani lagu yang judulnya tadi sempat disebut-sebut Jaka, tak segampang itu.
"Mereka?" Gumam Dewa pelan.
***
"Pak, istrinya mana? Kita mau pamit." Setelah puas berpesta mereka pun akhirnya pamit terlebih malam semakin larut.
"Di kamar." Jawab Dewa.
"Hmmm beda ya pengantin baru mah, jam segini di kamar udah ada yang nungguin." Canda Budi.
"Ditunggu, Pak. Debaynya. Kita siap jadi om dan tante nih." Cetus Adit.
"Disegerakan." Sahut Dewa sembari mencuri pandang reaksi Reza juga Prilly.
"Makasih ya untuk jamuannya, Pak. Titip salam juga buat Ibu dan istrinya" kini Sandi yang bersuara.
"Iya sama-sama. Siap, nanti saya sampaikan." Dewa menyahuti.
Selepas para tamu dan juga dua OB kantor yang ia boyong ke acara ini pamit pulang, Dewa pun langsung masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah itu ia beranjak ke kamar sebelah tepat saat Asel yang baru selesai live itu hendak berganti pakaian.
"Sebentar." Ujar Asel saat pintunya mulai diketuk.
Dewa sebenarnya mendengar tapi sengaja ia terus mengetuk pintu tersebut. Malah ketukannya semakin lama semakin jelas dan keras.
"Bentar." Ujar Asel lagi sembari memakai celana piyama.
"Lagi apa?" Tanya Dewa di balik pintu.
"Lagi ganti baju, A." Jawab Asel yang kini siap memakai atasan piyama.
"Ya buka dulu."
Ketukan semakin intens membuat Asel sebal juga kesal. Ia pun beranjak untuk membuka pintu meski ia sebenarnya belum selesai berganti pakaian. Terlihat dari atasan piyama Asel yang belum dikancing sama sekali.
Sekali cekrek, pintu pun langsung terbuka. Dewa langsung menatap lekat sosok yang ada di hadapannya kini. Sosok yang tengah sibuk dengan kancing piyamanya.
Dewa masuk, menutup pintu lalu menguncinya. Setelah itu ia tarik Asel agar merapat ke arahnya. Asel terkesiap dan lebih terkesiap saat Dewa menahan tengkuknya. Seketika bola mata Asel pun terbelalak saat Dewa melakukan french kiss terhadapnya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta
RomanceJadi bukan karena cinta? - Rachel - Semua terjadi karena cinta. - Dewa -