KC 11

66 14 6
                                    

Cukup pulas Dewa tidur semalam sampai saat bangun ia merasa lebih fresh dari biasanya. Diliriknya Asel, istrinya itu masih terlelap. Lirikannya kemudian berubah menjadi tatap yang lekat. Seulas senyum pun tercetak di bibir sebelum akhirnya perlahan ia turun dari atas tempat tidur.

Nggak usah dibangunin kali ya?! Kasian. Batinnya sembari keluar kamar Asel, ia hendak siap-siap berangkat bekerja.

Sebelum benar-benar berangkat Dewa sempatkan order makanan via aplikasi go-eat. Nasi kuning komplit menjadi pilihannya.

Dewa tampak lahap, maklum semalam ia memang tidak menyentuh makan malamnya. Ia lebih tertarik menyentuh yang lainnya daripada makanan yang dipesan oleh Asel.

Ehh iya makanannya? Batin Dewa teringat makan malamnya. Ia lalu mencari ke dapur dan ternyata semalam Asel membeli ayam goreng.

Tak ingin buang-buang makanan, ayam goreng itu pun disantap juga oleh Dewa. Maklum ia memang merasa sangat lapar pagi ini.

Puas sarapan ia coba tengok Asel di kamar. Tetap istrinya itu belum membuka mata, masih sangat pulas di bawah selimutnya. Dewa pun memutuskan berangkat tanpa membangunkan Asel. Ia simpan kunci rumah di atas nakas kamar Asel. Sedang rumah, ia kunci dari luar menggunakan kunci cadangan.

***

"Jadi kontingen berangkat kapan? H-1?" Tanya Budi saat kumpul antara para coach dengan pendamping sekaligus penanggung jawab yang akan menyertai pemberangkatan para atlet ke Jakarta.

"Iya H-1. Soalnya hotel baru available H-1 di sana." Jawab Ayu yang bertugas sebagai pendamping sama seperti Dewa.

"Sampai di sana langsung technical meeting berarti ya?" Sandi memastikan.

"Iya." Angguk Ayu. "Gimana Pak Dewa?" Tanyanya kemudian.

"Iya gitu aja. Berangkat lebih awal beberapa jam aja kalau takut telat sampainya. Ya siapa tau kena macet." Ujar Dewa mencoba memberi solusi.

"Iya, betul itu." Ayu mengangguk setuju.

"Pak, nggak apa-apa?" Tanya Budi mencoba menggoda Dewa.

"Maksudnya?" Dewa mengernyitkan kening.

"Pengantin baru langsung harus jauh-jauhan?" Kelakar Budi. Dewa seketika tersenyum lebar.

"Cuma empat hari kan ya?! Amanlah kalau empat hari." Sahut Dewa.

"Kalau lebih?" Tanya Sandi, nimbrung.

"Jangan." Cengir Dewa.

"Beda ya aura Pak Dewa udah nikah mah. Lepas." Goda Sandi.

"Tiap malam dilepasin atuh ya, Pak?! Yang biasanya ditahan-tahan." Timpal Budi yang membuat Dewa tergelak.

"Pak Budi bisa aja." Ujar Dewa.

"Nah obrolan bapak-bapak udah mulai ngaco. Pak Reza aja nih yang kalem." Ujar Ayu yang semenjak tadi geleng-geleng kepala.

"Pak Reza, gas." Budi mengompori.

"Siap." Sahut Reza sembari tersenyum simpul.

"Bu Ayu, itu suka periksa kandungan ke mana?" Tanya Dewa tiba-tiba pada Ayu yang memang tengah mengandung empat bulan itu.

"Hah istri Pak Dewa udah hamil?" Tanya Budi cepat. Semua tanpa sadar melirik ke arah Dewa termasuk Reza. Diam-diam sudut mata Reza lekat mengarah pada suami Asel itu.

"Belum, jaga-jaga. Pengen persiapan aja soalnya butuh obgyn perempuan." Terang Dewa.

"Saya mah ke dokter Ridho." Jawab Ayu menjawab pertanyaan Dewa tadi.

Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang