"Saya mau liat kamu tanding di Jakarta." Bisik Dewa yang mana saat bibirnya benar-benar hanya berjarak sekian sentimeter dari bibir Prilly, langsung mengarah ke telinga mantan kekasihnya itu. "Bukannya itu mimpi kamu? Dan itu juga kan yang jadi alasan utama kamu mutusin buat pisah dari aku? Masa ada kesempatan di depan mata disia-siain."
"I-ya."
"Cepet pulih ya. Aku pamit pulang dulu."
"Pulang?"
"Iya, masa nginep?!" Cengir Dewa.
"Ya mana ada? Dilabrak istri kamu nanti aku." Cetus Prilly, membuat sebuah lengkungan di bibir Dewa tercetak.
Dewa melenggang dengan perasaan lega. Setidaknya ia sudah utarakan yang ingin iya utarakan. Hasilnya ia serahkan ke Prilly. Dewa yakin Prilly akan berjuang kembali berlatih dan siap berangkat ke Jakarta.
***
"Nyebelin... Nyebelin... Kang Reza ke aku nggak gitu. Ke Windi kok gitu? Pilih kasih. Kalau aku nggak bisa paling dikasih arahan dari atas. Nggak pernah ikut turun. Ke Windi?! Ckckck..." Gerutu Prilly sembari meremas-remas selimutnya.
"Windi kecentilan lagi. Nyari kesempatan dalam kesempitan banget sih. Nggak nyangka."
"Gue harus cepet pulih. Benar-benar pulih. Gue harus latihan lagi dan berangkat ke Jakarta." Tekad Prilly yang terus berbicara sendiri itu.
"Setidaknya dengan gue menang, Kang Reza pasti bangga."
***
Dewa sampai saat Asel ternyata sedang live. Dewa yang hendak menghampiri Asel di kamarnya mengurung niat. Ia akhirnya memilih mandi, makan malam dan menonton televisi terlebih dahulu sembari menunggu Asel selesai.
"A, makan."
"Udah."
"Piring kotornya kok nggak ada?"
"Udah aku cuci."
"Heh?!"
"Kenapa?"
"Nggak."
"Udah livenya?" Tanya Dewa sembari meraih remote televisi dan menekan power off.
"Udah."
"Bisa tidur sekarang dong?" Cetusnya.
"Bisa."
"Asyik."
Dewa langsung beranjak sembari merangkul Asel saat ia melewati istrinya itu.
***
Prilly hari ini sudah membulatkan tekad, ia hendak mulai kembali berlatih. Bahkan ia sampai rela berangkat lebih awal, satu jam sebelum waktunya ia biasa mulai latihan.
Langkah Prilly melambat ketika mengetahui jika meski ia berangkat lebih awal ternyata latihan sudah dimulai. Reza tengah berjongkok di pinggir kolam renang menyemangati Windi.
"Ampuuun, Kang." Seru Windi.
"Emang saya apain kamu?" Tanya Reza geli. "Tapi bagus, lebih baik dari biasanya." Evaluasi Reza.
"Yaiyalah harus bagus. Nggak lucu disuruh traktir coach ngopi di tubrukan, boncos dompet aku." Ujar Windi yang memplesetkan nama sebuah coffee shop ternama di Indonesia yang buka cabang juga di kota Sukabumi.
"Bisa aja." Reza geleng-geleng kepala.
"Kang..." Cicit Prilly.
"Pril?!" Reza yang menoleh sedikit terkejut mendapati sosok atlet andalan kota Sukabumi itu muncul siang jelang sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta
RomansJadi bukan karena cinta? - Rachel - Semua terjadi karena cinta. - Dewa -