Lama Dewa di posisinya itu sampai akhirnya ia memutuskan beranjak mendekat.
"Gimana, Win? Semangat kan?" Tanya Dewa pada Windi.
"A... Ehh Pak..." Ralat Windi cepat. Ya A Dewa hanya ia ucapkan saat di luar kantor atau tempat latihan. Selain itu, ia harus tetap menghormati Dewa sebagai orang yang punya pengaruh terhadap keberlangsungan para atlet. "Harus semangat." Cengir Windi.
"Bagus." Timpal Dewa.
"Ya udah sana nyemplung lagi." Ujar Reza kemudian setengah bercanda.
"Siap." Angguk Windi sembari berlalu menjauh siap kembali masuk dalam air.
"Gimana Windi? Bisa dibentuk?" Tanya Dewa sembari duduk di bangku kosong samping Reza.
"Semoga."
"Bisa gantiin Prilly?" Tanya Dewa lagi.
"Memangnya Prilly masih sakit, Pak? Nggak bisa diusahakan Prilly yang maju?" Reza balik bertanya beruntun.
"Jaga-jaga. Kita juga nggak mau ambil resiko kan?! Takutnya dipaksa malah ada apa-apa sama cederanya. Bahaya yang ada." Ujar Dewa. "Bagus-bagus Windi terus saja dipersiapkan. Jadi nanti kalau misal memang Prilly sudah pulih, kita tandingin dulu Prilly sama Windi. Kita lihat dan banding-banding." Sambung Dewa.
"Windi sebenarnya ada potensi. Cuma belum tergali semua saja." Tutur Reza kemudian. "Ngelatih Windi ternyata harus pakai pendekatan biar dia mau berkembang. Kalau Prilly kan tanpa banyak basa basi, dia sudah bisa unggul sendiri." Dewa manggut-manggut mendengar penuturan coach renang andalan kota Sukabumi itu.
"Itu...." Tunjuk Dewa ke arah kolam renang. Di mana gerakan Windi terlihat asal-asalan.
"Nah memang, Pak. Penyakitnya di situ." Ujar Reza. "Sebentar." Pamit Reza yang langsung melepas kaos jersey yang ia kenakan dan langsung meluncur masuk ke kolam renang.
Dewa jelas merasa sangat senang melihat itu. Segera ia abadikan kembali momen Reza yang langsung turun ke dalam kolam untuk melatih Windi.
Ini enaknya dikirim ke Prilly kapan ya?! Batin Dewa.
***
Prilly semenjak tadi terus menerus memindah-mindahkan saluran televisi dari satu ke lainnya. Karena tidak ada yang ia sukai akhirnya ia matikan televisi di kamarnya itu.
Prilly melirik ponselnya sekilas. Tidak ada keinginan untuk meraihnya karena merasa bosan semenjak tadi terus memegang ponsel tanpa ada notifikasi. Status teman-temannya pun sudah ia buka dan lihat semua.
Bosen ihh... Tapi males kalo latihan sekarang. Ntar aja ahh udah deket-deket pemberangkatan. Gumamnya.
***
"Sel, nanti kamu makan duluan aja ya. Aku pulang telat, ada urusan dulu." Ujar Dewa saat panggilan suaranya terhubung.
"Ohh iya."
"Oke. Sampai ketemu di rumah." Tutup Dewa cepat.
"Ini, A." Seorang pelayan menghampiri Dewa yang tengah duduk di bangku tunggu sebuah tempat makan di kota Sukabumi.
"Ya, makasih."
"Sama-sama."
Dewa pun segera mengambil pesanannya. Pecel lele langganan Prilly dulu. Setelah itu Dewa bergegas naik ke dalam mobil dan langsung tancap gas.
"A Dewa?!" Prilly mengernyitkan kening mendapati mantan kekasihnya mendadak muncul di rumahnya malam ini.
"Hai..." Sapa Dewa sembari tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta
RomanceJadi bukan karena cinta? - Rachel - Semua terjadi karena cinta. - Dewa -