KC 3

63 14 15
                                    

Dewa masuk rumah dengan hilang gairah. Gairah hidupnya memang sudah menguap bersama kepergian Prilly. Dan sekarang Ia merasa gairah itu semakin lenyap.

"A..." Sapa Asel saat mendapati Dewa masuk ke dalam rumah.

Bukan sok manis, Asel menyapa Dewa itu hanya sebagai bentuk kesopanan. Bagaimana pun Asel sadar rumah yang ia tinggali adalah rumah laki-laki yang baru saja ia sapa.

"Ya." Sahut Dewa datar.

"Mau bikin teh manis nggak? Kalau mau, sekalian aku kebetulan mau bikin." Tawar Asel cepat nyaris tanpa jeda.

"Nggak usah. Aku capek, mau tidur." Jawab Dewa.

"Ohh iya." Sahut Asel sembari melanjutkan langkah ke area dapur.

Asel pun tidak ambil pusing, ia segera ke dapur untuk membuat teh manis hangat.

Mengapa Asel hanya menawari minum saja bukannya sekalian menawari suaminya itu makan, karena Dewa memang tidak pernah makan di rumah. Baik itu sarapan apalagi makan malam.

Pernah satu waktu Asel membuat telur ceplok untuk sarapan Dewa. Tapi jangankan dicicipi, ditoleh pun tidak. Tidak pantang menyerah, Asel juga sempat membeli ayam bakar saat jam makan malam tiba. Lagi-lagi Dewa menolak dengan alasan sebelum jalan pulang, ia sudah makan di kantin kantornya.

Semenjak itu Asel tidak pernah lagi menyiapkan makan untuk Dewa. Mubazir, begitu pikirnya. Terlebih selama ini Dewa hanya memberi uang ala kadarnya. Sehingga Asel harus berhemat dan ia harus alokasikan uang tersebut benar-benar untuk keperluan rumah. Seperti sabun, bahan makanan, beras dan lainnya. Jika Asel ingin jajan, Asel pun harus merogoh sakunya sendiri, hasil ia bekerja sebagai affiliator.

***

"Sabar... Namanya juga coach terkeren." Bisik Windi.

"Kecentilan." Cibir Prilly.

"Tapi yang penting sama Kang Reza nya nggak dilayani." Windi mencoba menenangkan sabahatnya itu.

Prilly terus mengintai gerak gerik atlet yang tengah latihan dimana Reza menjadi coachnya atlet tersebut.

***

Asel kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa serta cangkir berisi teh manis hangat miliknya. Ia pun lantas melanjutkan pekerjaannya, mempromosikan barang dagangan orang lain agar dapat komisi saat terjadi penjualan.

Semangat Asel. Minimal sampai tabungan kamu cukup kok. Bagus-bagus bisa beli rumah dari komisi. Nggak usah gede. Rumah petak juga nggak masalah, orang kamu sendiri. Gumamnya terus menyemangati diri sendiri.

***

Dewa mengutuk dirinya sendiri saat menyadari ada dokumen penting yang tertinggal di rumah sedang ia tidak bisa ke rumah meski sekedar untuk mengambilnya. Waktu kunjungan menteri sudah di depan mata. Ia harus mempersiapkan segala sesuatunya.

Apa minta si Asel kirim pakai go-kirim ya?! Tapi itu dokumen penting. Batin Dewa. Puput. Ya minta tolong Puput.

"Put, lagi di mana?" Tanya Dewa to the point saat panggilannya terhubung.

"Kampus, A. Kenapa?"

"Anterin dokumen dong ke kantor Aa. Dokumennya ada di rumah."

"Ehh aku ada pre test. Ini tinggal nunggu dosen."

"Ohh ya udah." Dewa hopeless.

"Emang Kak Asel ke mana? Kenapa nggak minta tolong Kak Asel?"

"Asel sibuk."

Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang