KC 12

89 14 10
                                    

Asel mengernyitkan keningnya. Dan saat hendak buka suara untuk menjawab, terdengar deringan telepon dari ponsel Dewa. Semula suami Asel itu mengabaikannya akan tapi deringan tidak kunjung berhenti sehingga akhirnya ia merogoh saku sebelah kanan untuk mengambil ponsel miliknya.

"Pak, gawat. Prilly cedera." Seru Ayu, panik.

"Hah?!" Dewa terperanjat.

"Ini lagi di klinik deket kantor."

"Saya ke sana sekarang." Putus Dewa sembari melepaskan pelukannya. "Saya pergi dulu. Nanti kita bicara lagi."

"Iya." Angguk Asel. "A..." Cicitnya pelan.

"Apa?" Dewa menghentikan langkah dan menoleh.

"Hp aku?!" Lirih Asel pelan. Dewa tampak berpikir. "Aku mau live." Sambung Asel. Dewa menarik nafas panjang.

"Cuma live, abis itu matiin." Ujar Dewa sembari balik badan menghampiri Asel.

"Heh?!"

"Abis live matiin." Ulang Dewa penuh penekanan.

"I-ya." Angguk Asel.

Dewa kembali merogoh sakunya. Jika tadi saku kanan, kini saku kiri. Lalu dikeluarkan ponsel Asel dan langsung ia serahkan dengan tatapan tajam.

"Aku berangkat. Kamu jangan kemana-mana. Kalau mau keluar tunggu aku pulang." Pesan Dewa tegas.

"Iya." Asel lagi-lagi hanya bisa mengangguk.

***

"Prilly gimana?" Tanya Dewa sesaat setelah sampai klinik pada Ayu dan Reza yang ada di sana.

"Masih diperiksa dokter. Semoga nggak apa-apa." Jawab Ayu.

"Argh ada-ada aja." Ujar Dewa. "Jatuh?" Tanyanya memastikan.

"Iya kepeleset." Kini Reza yang menjawab. Dewa kemudian mengedarkan pandangan di mana pandangannya langsung bertemu tatap orangtua Prilly. Cepat-cepat Dewa menghampiri.

"Pak, Bu..." Sapa Dewa sembari menyalami orangtua Prilly.

"Dewa?" Balas laki-laki paruh baya itu.

Menyaksikan kedekatan orangtua atlet dengan Dewa yang tidak biasa itu membuat Ayu dan Reza seketika melirik. Terlebih orangtua Prilly memanggil Dewa hanya dengan sebutan nama tanpa embel-embel. Sedang orangtua atlet yang lain biasa memanggil Dewa dengan panggilan Pak Dewa, tidak peduli mereka lebih tua daripada Dewa.

"Bu Ayu tolong siapin untuk biayanya." Ujar Dewa sekembali dari orangtua Prilly.

"Baik, Pak." Jawab Ayu bersamaan dengan perawat yang mengizinkan mereka masuk menemui Prilly.

"Gimana, Pril?" Tanya Dewa cemas.

"Sakit." Jawab Prilly singkat sembari mencoba beranjak turun dari tempat tidur.

"Hati-hati." Ujar Ayu sembari mendekat ke arah Prilly.

"Iya." Sahut Prilly yang memang harus bergerak sangat hati-hati dan pelan-pelan itu.

"Sini saya bantu." Dewa tiba-tiba mendekat.

Prilly sempat ingin menolak. Bagaimana tidak, ada Reza di sana. Tapi Reza bergeming. Ia hanya melihat tanpa berani menyentuh. Akhirnya Prilly membiarkan ayahnya juga Dewa membantu ia beranjak. Terlebih tidak ada lagi yang sigap membantu. Ayu tengah mengandung sedang ibunya pun sebenarnya tengah kurang sehat beberapa hari belakangan ini.

"Dipijat aja ya?! Siapa tau ada urat yang perlu dibenerin." Ujar Dewa kemudian.

"Nggak." Tolak Prilly cepat.

Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang