6. Mengelola Emosi

10 1 0
                                    

Mengelola emosi dalam pernikahan adalah kunci untuk menjaga hubungan yang sehat dan harmonis. Emosi yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan konflik dan ketegangan, sementara kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi dapat memperkuat hubungan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengelola emosi dalam pernikahan:

1. Pahami Emosi Mama Sendiri
- Kenali Emosi: Langkah pertama dalam mengelola emosi adalah mengenali dan memahami perasaan Mama sendiri. Luangkan waktu untuk merenungkan apa yang Mama rasakan dan mengapa Mama merasakan hal tersebut.
- Identifikasi Pemicu: Ketahui apa saja yang memicu emosi negatif Anda. Apakah itu kata-kata tertentu, tindakan, atau situasi spesifik? Dengan memahami pemicu ini, Anda dapat lebih siap menghadapinya.

2. Belajar Mengontrol Reaksi Emosional
- Berhenti Sejenak: Ketika Anda merasa marah atau frustrasi, ambil waktu sejenak untuk menarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri sebelum merespons. Ini dapat membantu mencegah reaksi impulsif yang dapat memperburuk situasi.
- Teknik Relaksasi: Praktikkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh saat Anda merasa emosional.

Kalau Mama marah saat posisi berdiri maka duduklah. Kalau salam posisi duduk, maka berbaringlah. Kalau berbaring tetap pengen marah, jika Mama muslim ambil air wudhu dan sholat saja. Setelah itu baca Qur'an untuk lebih menenangkan hati.

Saya paling suka membaca ayat kursi. Membaca ayat itu membuat pikiran saya menjadi tenang. Maha suci Allah terus-menerus mengurus makhluk-Nya. Kita tidak perlu takut atau pun khawatir. Ada Allah yang akan menyelesaikan semua masalah kita.

3. Komunikasi yang Jelas dan Terbuka
- Ekspresikan Perasaan dengan Jujur: Jangan menahan emosi Mama. Sebaliknya, cobalah untuk mengungkapkan perasaan Anda dengan jujur dan terbuka kepada pasangan Anda. Gunakan pernyataan "saya" untuk menghindari menyalahkan, seperti "Saya merasa kesal ketika..."

Sampaikan hal ini pada pasangan. Mungkin saja kita menjadi emosi karena beberapa sifat dia. Jujur saja saya pernah berasa di fase melihat dia bernapas saja saya pengen marah-marah. Hahaha. Tapi kalau kita jujur mengatakan apa yang tidak kita sukai dari perilakunya. Kemungkinan dia akan berhati-hati juga. Pada dasarnya cowok itu nggak peka. Mereka tidak akan tahu kalau tidak diberi tahu. Bukan berarti mereka sengaja membuat kita kesal.

- Dengarkan dengan Empati: Ketika pak su mengungkapkan perasaan mereka, dengarkan dengan penuh perhatian dan cobalah untuk memahami perspektif mereka. Jangan langsung membela diri atau menanggapi dengan marah.

4. Belajar Memahami Perspektif Pasangan
- Empati: Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang Pak Su. Memahami perasaan dan pengalaman mereka dapat membantu Mam merespons dengan lebih bijak dan penuh kasih.
- Jangan Menghakimi: Hindari menghakimi perasaan atau reaksi Pak Su. Setiap orang berhak atas perasaan mereka, dan penting untuk menghargai apa yang mereka rasakan.

5. Atur Harapan yang Realistis
- Diskusikan Harapan: Bicarakan harapan Mam dalam pernikahan secara terbuka dan jujur dengan pasangan. Harapan yang tidak realistis atau tidak diungkapkan dapat menyebabkan frustrasi dan kekecewaan.

- Fleksibel: Bersikap fleksibel dan terbuka untuk menyesuaikan harapan seiring berjalannya waktu. Pernikahan membutuhkan adaptasi dan kompromi.

Masalah muncul karena ada gap antara harapan dengan kenyataan. Maka sebenarnya, kalau kita tidak berharap terlalu tinggi tidak akan ada masalah.

Kita juga harus juga bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Apakah harapan kita itu adalah kebutuhan yang krusial? Atau sebatas keinginan semata yang jika tidak dipenuhi juga tidak ada masalah?

6. Tetapkan Batasan yang Sehat
- Kenali Batasan Anda: Penting untuk mengetahui batasan pribadi Anda dan menghormati batasan pasangan Anda. Jangan biarkan situasi yang mengganggu berlarut-larut tanpa diselesaikan.
- Berani Mengatakan Tidak: Jika ada sesuatu yang membuat Anda merasa tidak nyaman atau terlalu banyak untuk ditangani, beranikan diri untuk mengatakan tidak dengan cara yang penuh kasih dan tegas.

Ini yang sekarang sedang saya pelajari yaitu tentang batasan. Terkadang karena saya terlalu bucin saya berusaha menolerir hal yang tidak saya sukai dari perilaku Pak Su. Tapi lambat laun sama merasa jadi istri kok gini banget ya. Akhirnya dalam beberapa hal saya dengan jelas mengatakan tidak dan menyertakan alasannya. Ternyata Pak Su memahami dan kini tidak berusaha menganggu saya lagi.

7. Gunakan Waktu untuk Menenangkan Diri
- Ambil Waktu Sendiri: Jika Anda merasa sangat emosional, ambil waktu sejenak untuk diri sendiri untuk menenangkan pikiran dan emosi. Berjalan-jalan, membaca buku, atau melakukan hobi yang Anda nikmati bisa membantu meredakan stres.

Healing terbaik saya adalah jalan-jalan bersama my baby girl. Belanja, membawa dia ke tempat permainan atau ke taman. Lihat dia lari-larian itu sudah kebahagiaan bagi saya. Atau nongki sambil makan es krim juga asyik. Di Mixue dan Momoyo biasanya juga ada play ground untuk si kecil eksplorasi.

- Jangan Membahas Saat Emosi Tinggi: Hindari membahas masalah penting ketika Anda atau pasangan sedang dalam kondisi emosional yang tinggi. Tunggu hingga Anda berdua tenang sebelum memulai diskusi. Ini hal yang dilakukan suami saya dulu. Kalau saya lagi marah-marah dia pergi. Tapi begonya, setelah itu masalahnya tidak pernah dibahas lagi. Ini menjadi salah satu pemicu saya, karena saya merasa perasaan saya tidak dihargai. Jadi untuk para paksu, menghindari untuk berdebat ketika istri sedang marah itu baik. Namun, jangan lupa untuk bertanya pada istri, kenapa tadi dia marah-marah dan apa yang menganggu perasaannya saat dia sudah mulai tenang dan moodnya baik.

8. Cari Bantuan Profesional Jika Diperlukan
- Konseling Pernikahan: Jika Anda merasa kesulitan mengelola emosi dalam pernikahan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari konselor pernikahan. Seorang profesional dapat membantu Anda berdua mengembangkan keterampilan komunikasi dan manajemen emosi yang lebih baik.
- Pelatihan Manajemen Emosi: Ikut serta dalam pelatihan atau workshop tentang manajemen emosi dapat memberikan teknik dan strategi praktis untuk mengelola emosi dalam hubungan.

Saya tidak tahu-menahu apa ada konselor pernikahan atau pelatihan manajemen emosi di kota saya, jadi yang saya lakukan adalah pergi ke poli jiwa. Karena saya merasa emosi dan perasaan saya sudah terlalu menganggu. Saya mengajak serta Pak Su, agar dia juga mengerti apa yang sebenarnya yang saya rasakan. Konsultasi saya sekitar 1 jam tapi sebenarnya saya masih merasa kurang. Akhirnya saya dengan bantuan obat saya merasa lebih tenang.

Ketahuilah Mama, setelah menikah dan melahirkan, hormon-hormon dalam tubuh kita memang menjadi lebih kacau. Terlebih kalau Mama pakai KB hormonal seperti pil, suntik dan implan. Efek marah-marah karena PMS itu menjadi sangat nyata.

Karena saya bekerja di Puskesmas, saya mudah untuk berkonsultasi dengan perawat pemegang program jiwa. Saya selalu meminta saran dan nasihat beliau sehingga saya menjadi lebih tenang.

9. Fokus pada Penyelesaian Masalah
- Cari Solusi Bersama: Daripada terjebak dalam konflik atau menyalahkan, fokuslah pada mencari solusi bersama. Diskusikan apa yang bisa Anda berdua lakukan untuk memperbaiki situasi.
- Hindari Kritik yang Merusak: Kritik yang merusak atau menyerang hanya akan memperburuk situasi. Cobalah untuk memberikan umpan balik dengan cara yang konstruktif dan penuh empati.

Saya sekarang sudah mulai menemukan solusi dari permasalahan saya. Saya dan Pak Su berusaha untuk berubah jadi lebih baik lagi dan menyelesaikan satu-persatu permasalahan kami.

10. Pelihara Hubungan dengan Kasih Sayang
- Ungkapkan Kasih Sayang Secara Rutin: Ungkapkan cinta dan penghargaan Anda kepada pasangan setiap hari, baik melalui kata-kata, tindakan, atau sentuhan fisik. Ini membantu membangun fondasi emosional yang kuat.
- Bersikap Sabar dan Pemaaf: Ingatlah bahwa tidak ada orang yang sempurna, termasuk pasangan Anda. Bersikaplah sabar dan siap untuk memaafkan kesalahan.

Ingatkan 5 love language dari Gary Chapman yang kemarin kita bahas? Saat saya mendengarkan podcast Nikita Willy bersama dr. Aisyah Dahlan, beliau menyebutnya sebagai 5 baterai kasih sayang. Jadi kalau kita suka marah-marah aja ke Pak Su, bisa jadi ada baterai kita yang kurang. Peluk aja Pak Su. Minta dia bilang I Love you. Minta dibeliin es krim. Minta dipijit misalnya. Nonton bareng atau sekedar ngobrol aja. Dan ena-ena terkadang adalah solusi tepat dalam pertengkaran kita dengan Pak Su. Hehehe.

Surat Cinta Untuk Para Mamah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang